You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahkluk sosial manusia tentu memerlukan orang lain di
sekitarnya. Sehingga manusia perlu mengadakan interaksi dengan orang lain dan
menjalin hubungan. Untuk menjalin interaksilah manusia perlu mengadakan
komunikasi. Bahasalah yang dijadikan alat untuk berkomunikasi tersebut
(Suryaningsih, 1989).
Bahasa yang digunakan manusia dalam berkomunikasi tidaklah terbatas.
Selain bahasa kesatuan negaranya, manusia juga dituntut untuk dapat menguasai
bahasa negara lain agar mampu beradaptasi di era globalisasi kini. Bahasa asing
yang dikuasai tidak hanya terbatas pada bahasa Inggris sebagai bahasa
internasional, bahasa asing lain seperti bahasa Jepang kini juga perlu dikuasai.
Pentingnya belajar bahasa Jepang tidak hanya diperlukan oleh-oleh para
pencinta pop culture Jepang, melainkan masyarakat yang bergerak di bidang
pendidikan dan perdagangan pun perlu mempelajari bahasa Jepang. Karena
perdagangan dan penelitian di Asia dipegang oleh Negara sakura ini sehingga
untuk berkomunikasi dengan masyarakatnya tentu harus mampu menguasai
bahasa Jepang (Afifah, 2013).
Mempelajari bahasa asing seperti bahasa Jepang tidak hanya terbatas pada
pola-pola kalimat saja. Pembelajar juga harus mengetahui budaya dari negara
tempat bahasa itu digunakan. Bahasa Jepang merupakan bahasa yang memiliki
keunikan tersendiri dalam tatanan bahasanya. Penutur yang menggunakan bahasa
ini dalam berkomunikasi tidak hanya menghiraukan kosakata atau gramatika dari
kalimat yang diucapkan, tapi juga mampu memilih tepat atau tidaknya kalimat
tersebut diucapkan pada lawan bicara.
Sebagai pembicara yang berkomunikasi dengan bahasa Jepang haruslah
memahami tatanan bahasa tersebut. Budaya Jepang dikenal sangat santun dan
memperhatikan tata karma. Tidak sopan jika kita salah menggunakan cara bicara
kepada guru atau atasan di kantor menggunakan kalimat yang kita pelajari dari
komik atau animasi (Aryani, 2014).

Keraf dalam (Sutanto, 2011) juga mengungkapkan bahwa bahasa adalah


alat untuk manusia saling bertemu dan bergaul sehingga harus dipakai secara tepat.
Penutur atau petutur yang menggunakan bahasa Jepang dalam berkomunikasi
haruslah memperhatikan tatanan bahasa yang disampaikan serta memperhatikan
kedudukan lawan bicaranya. Sama halnya seperti bahasa-bahasa lainnya yang
memiliki tatanan bahasa sopan, bahasa Jepang pun memiliki tatanan bahasa sopan
yang digunakan saat berbicara dengan orang-orang tertentu serta pada situasi
tertentu.
Tatanan bahasa demikianlah yang dikenal dengan ragam bahasa hormat
atau disebut dengan keigo. Pada dasarnya keigo dipakai untuk menghaluskan
bahasa yang dipakai orang pertama (pembicara atau penulis) untuk menghormati
orang kedua (pendengar atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan)
(Sudjianto, 2004). Sehingga penggunaan keigo memberikan pengaruh terhadap
apa yang disampaikan penutur terhadap pendengar.
Berdasarkan penggunaan keigo oleh penutur, lawan bicara atau pendengar
(bukan lawan bicara) dapat memahami bagaimana penutur memandang lawan
bicaranya. Pendengarpun dapat mengetahui hubungan antara penutur maupun
lawan bicara, apakah teman akrab, atasan- bawahan, senior- junior, dan
sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui karena prinsip pemakaian keigo yang
tidak terlepas dari pertimbangan siapa pembicara, lawan bicara, dan orang yang
dibicarakan (Sudjianto, 2007).
Penggunaan ragam bahasa hormat atau keigo di Jepang selain dipengaruhi
oleh jabatan atau usia penutur dan lawan bicara serta orang dibicarakan, sama
seperti bahasa pada umumnya keigo juga dipengaruhi oleh situasi penutur.
Terkadang keigo digunakan penutur untuk menyindir lawan bicara. Keigo
dapat dikatakan sebagai bahasa yang menunjukkan keputusan atau pertimbangan
orang pertama mengenai hubungan kedudukan atau status, kekuatan atau
kekuasaan,

penghormatan

dan

ketidakhormatan,

serta

keakraban

dan

ketidakakraban antara pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan


termasuk segala sesuatu yang berhubungan dengannya (Sudjianto, 2007).
Pembelajar bahasa Jepang guna meningkatkan kemampuan komunikasi
dengan bahasa yang dipelajarinya biasanya tidak hanya belajar melalui bangku

formal, seperti sekolah ataupun kursus bahasa. Pembelajar dapat belajar bahasa
Jepang langsung dari native (orang jepang) melalui media audio visual. Karena
pembelajar dengan mudah mempelajari bahasa Jepang dengan mendengar dan
melihat. Salah satu contoh media audio visual yang dapat dijadikan media untuk
belajar adalah melalui dorama.
Dorama adalah istilah Jepang yang menggambarkan jenis serial televisi
populer di Jepang atau dikenal dengan drama. Dengan menonton dorama,
pembelajar bahasa Jepang tidak hanya belajar bahasa Jepang yang biasa
digunakan dalam komunkasi orang Jepang sehari-hari, tapi juga dapat
mempelajari budaya mereka. Begitu halnya dengan ragam bahasa hormat Jepang
atau keigo dapat dikenal dan dipelajari melalui dorama. Seperti yang ditulis oleh
Sherly dalam penelitiannya (2011:3) keigo merupakan salah satu budaya Jepang
yang menjadi ciri khas Jepang.
Hal tersebut menarik untuk diteliti dan dibahas. Menganalisa ragam
bahasa hormat atau keigo yang muncul dalam dorama agar dapat mengetahui
penggunaanya secara tepat. Maka peneliti memilih dorama Good Life atau dikenal
dengan judul Arigatou Papa, Sayounara di Jepang. Munculnya beberapa tokoh
dengan usia dan profesi yang berbeda tentu melatarbelakangi penggunaan keigo
pada dorama ini oleh tokoh-tokohnya. Penulispun merasa tertantang untuk
meneliti lebih lanjut ragam bahasa hormat yang digunakan oleh para tokoh
dorama Good Life. Selain itu juga menganilisis dalam kondisi dan pada siapa saja
tokoh dalam dorama menggunakan keigo saat berkomunikasi.
Analisis dalam penelitian tidak hanya berdasarkan gramtaika ragam
bahasa hormat atau keigo melainkan juga memperhatikan factor social dari tooktokoh dalam dorama. Seperti umur dan profesi tokoh dalam doram yang
menggunakan keigo serta situasi ketika kalimat diucapkan. Maka dari itu adapu
teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori sosilinguistik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdaarkan latar belakang di atas, berikut adalah rumusan masalah
penelitian yang akan dibahas:
1. Ragam bahasa hormat atau keigo apa yang muncul dalam dorama

2. Dalam konteks apa saja ragam bahasa hormat atau keigo digunakan oleh tokohtokoh dalam drama Good Life?

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan


Penulis hanya akan meneliti penggunaan keigo oleh tokoh-tokoh pada dorama
Good Life khusus pada episode 1- 3. Serta menganilisis situasi ketika keigo
digunakan.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ragam bahasa hormat atau keigo yang muncul dalam dorama
Good Life.
2. Untuk mengetahui dalam konteks apa saja tokoh menggunakan ragam bahasa
hormat atau keigo pada dorama Good Life.

1.5 Manfaat Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yang telah penulis
paparkan di atas, diharapkan penelitian ini memberikan manfaat dalam pendidikan,
khususnya bahasa Jepang. Penyusunan skripsi ini tentu memiliki beberapa
manfaat yang tidak hanya dirasakan oleh peneliti, namun juga para pembaca
tulisan ini. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari tulisan ini diantaranya:
1. Bagi pengajar bahasa Jepang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
atau dapat dijadikan refrensi dalam mengajarkan ragam bahasa hormat atau keigo.
2. Bagi pembelajar bahasa Jepang
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baru serta menambah
wawasan pembelajar bahasa Jepang mengenai ragam bahasa hormat atau keigo
yang digunakan secara tepat. Dengan memperhatikan lawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta situasi pembicaraan berlangsung.

3. Bagi peneliti lainnya


Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi peneli
lainnya dalam mengkaji ragam bahasa hormat atau keigo lebih jauh.

Afifah, Riana. 2013. http://edukasi.kompas.com/. www.kompas.com. [Online]


Kompas,

April

2,

2013.

[Cited:

Desember

21,

2014.]

http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/02/14411548/Ini.10.Bahasa.Asing.yang.
Berguna.Dipelajari.
Aryani, Emiliana Dewi. 2014. Mudah Belajar Bahasa Jepang Melalui Anime.
Jakarta Selatan : TransMedia Pustaka, 2014.
Sudjianto. 2007. Bahasa Jepang dalam Konteks Sosial dan Kebudayaan.
Bandung : s.n., 2007.
Sudjianto, Ahmad Dahidi &. 2004. Pengantar Linguistik Jepang. Bekasi
Timur : Kesaint Blanc, 2004.
Suryaningsih, Sri. 1989. Bahasa sebagai Alat Komunikasi. Semarang :
Universitas Katolik Soegijapranata, 1989.
Sutanto, Sherly Wijaya. 2011. Analisis Penggunaan Sonkeigo dan Kenjougo
dalam Komunikasi Antara Siswa dan Guru di Jepang. Jakarta : Universitas Bina
Nusantara, 2011.

You might also like