Professional Documents
Culture Documents
BAHAN AJAR
DIKLAT PENINGKATAN KOMPETENSI GURU OLIMPIADE
IPA (BIOLOGI) SMP
Disusun oleh :
Any Suhaeny
132 298 260
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur dan berkat rakhmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, akhirnya penulisan bahan ajar berjudul PEWARISAN SIFAT yang
digunakan dalam melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan bagi guru sains di
Indonesia oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan IPA (PPPPTK IPA) telah dapat diselesaikan.
Sesuai Misi yang telah ditetapkan, PPPPTK IPA untuk tahun 2010 perlu
menyiapkan bahan ajar yang dapat dipergunakan membantu guru dalam
mengelola pembelajaran sains secara inovatif, kreatif, aktual, dan sesuai
tuntutan
kebutuhan
kompetensi
masyarakat
substansi
sains
dengan
melalui
berorientasi
pendekatan
pada
peningkatan
keterampilan
proses
kontekstual. Pada akhirnya, hal ini diharapkan dapat membentuk siswa memiliki
kecakapan hidup dengan memanfaatkan bidang sains.
Adapun penyusunan bahan ajar ini, akan digunakan pada Diklat Peningkatan
Kompetensi Guru Olimpiade IPA SMP. Kami harapkan bahan diklat ini dapat
dimanfaatkan oleh guru-guru dalam mengelola pembelajaran sains sebagai
bahan referensi sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam sains.
Semoga Tuhan YME selalu menyertai kita dalam meningkatkan mutu
pendidikan, khususnya pendidikan IPA di Indonesia.
Any Suhaeny
NIP. 132 298 260
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
Daftar Tabel ..
iv
Bab I. Pendahuluan .
A. Standar Kompetensi
B. Kompetensi Dasar
A. Kasus .........................................................................................
16
26
34
36
39
Glosarium ...................................................................................................
40
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
12
Gambar 6
13
Gambar 7
Gambar 8
14
15
Gambar 9
17
18
21
22
23
24
24
25
28
28
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Sifat Fisik Dominan dan Sifat Fisik Resesif pada Manusia ... 27
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
23
29
31
iv
BAB. I
PENDAHULUAN
A. STANDAR KOMPETENSI
Memahami
dan
mampu
mengimplementasikan
pendalaman
materi
B. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan konsep pewarisan sifat dalam topik terpilih dan mampu
mengaplikasikannya dalam pembahasan soal olimpiade .
BAB. II
PEWARISAN SIFAT
A. PENDAHULUAN
Pernahkah ada orang yang mengatakan bahwa mata Anda mirip dengan ayah
atau ibu? Atau pernahkan Anda memperhatikan penampakan beberapa anggota
keluarga Anda seperti misalnya warna kulit, tipe rambut, bentuk alis, tinggi
badan, dan lain-lainnya yang mencirikan penampakan fisik? Adakah persamaan
atau perbedaannya? Secara harfiah, orang tua tidak memberikan secara
langsung warna mata, kulit, bahkan bentuk alisnya. Jadi apa sebenarnya yang
diwariskan orang tua kepada anak atau keturunannya?
Orang tua melengkapi anak atau keturunannya dengan informasi yang terkode
dalam bentuk unit-unit herediter yang disebut dengan gen. Puluhan ribu gen
yang kita warisi dari orang tua kita adalah penyusun genom kita. Seperti telah
diketahui bahwa tubuh manusia terdiri atas sekitar 100 triliun sel, yang umumnya
berdiameter kurang dari sepersepuluh milimeter. Didalam sebuah sel terdapat
inti atau nukleus yang di dalamnya mengandung dua perangkap lengkap genom
manusia (kecuali sel telur dan sperma). Perangkat tersebut berasal dari
seperangkat genom dari ayah dan seperangkat dari ibu. Sehingga ketika
sepasang suami istri mempunyai keturunan, mereka akan mewariskan satu
perangkat yang lengkap tetapi merupakan hasil saling tukar antara sebagian
kromosom-kromosom ayah dan ibu dalam prosedur yang disebut dengan
rekombinasi. Hal ini yang akan menjelaskan kondisi penurunan sifat pada suatu
keluarga seperti yang diuraikan di atas.
Penurunan sifat-sifat herediter memiliki basis molekuler yaitu replikasi DNA,
dan menghasilkan salinan-salinan gen yang dapat diteruskan dari orang tua ke
keturunannya. Penurunan sifat tidak hanya terjadi pada manusia tetapi pada
seluruh makhluk hidup. Pada hewan dan tumbuhan, pengiriman gen dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya dilakukan oleh ovum dan sperma.
Bila Anda memperhatikan sekumpulan anak ayam yang sedang mencari
makan dengan induknya, Anda akan melihat bahwa beberapa sifat anak ayam
ada yang mirip dengan sifat induk betina, dan atau induk jantannya. Misalnya,
3
sifat yang nampak pada warna bulu, kaki, ekor, dan sebagainya. Hal yang
serupa juga terdapat pada tanaman, misalnya padi. Sifat-sifat yang dimiliki
tanaman padi unggul diperoleh dari bibit-bibit yang memiliki sifat-sifat unggul ini.
Dalam peristiwa tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa ada penurunan sifat
dari orang tua kepada anak-anaknya.
Inti sel yang normal berisi benang-benang DNA yang halus, tidak kelihatan di
bawah pengamatan dengan mikroskop biasa. Sebelum terjadi pembelahan sel,
setiap benang DNA ini memilin dan dengan protein membentuk suatu tabung
yang padat yang biasa disebut kromosom. Kromosom ini jika diberi pewarnaan
akan dapat terlihat di bawah pengamatan dengan menggunakan mikroskop
biasa. Kromosom-kromosom membentuk pasangan-pasangan yang homolog,
yaitu setiap kromosom yang berpasangan mempunyai panjang yang sama dan
jumlah gen yang sama. Salah satu dari pasangan kromosom ini berasal dari
induk jantan, sedangkan yang lainnya dari induk betina. Pasangan kromosom
5
diperlukan
keseluruhan.
Bagian-bagian benang DNA adalah gen, yang masing-masing gen
menentukan sintesis suatu enzim. Kelompok enzim dari berbagai gen ikut
berperan dalam menentukan sifat-sifat. Di samping enzim, lingkungan juga
membantu dalam pembentukan sifat. Sebagai contoh, pada bayi yang kembar
siam (identical twin), bayi yang mau makan dengan lahap akan berkembang
menjadi dewasa yang tubuhnya lebih besar dari pada yang tidak mau makan
dengan lahap; beberapa tanaman yang pohonnya tinggi akan tumbuh dengan
daun-daun yang lebih subur di tempat yang terkena sinar dan lembab dari pada
di tempat yang terlindung dari sinar. Gen-gen yang terbentuk dalam organisme
disebut genotip. Interaksi antara genotip dan keadaan di sekelilingnya akan
menghasilkan fenotip, yaitu sifat yang nampak (dapat diamati dan diukur).
Contoh fenotip adalah rambut yang hitam ikal, golongan darah, daun yang tidak
berambut.
Kromosom dan gen secara sederhana dapat diibaratkan dengan kalung
manik-manik. Kalung diibaratkan kromosom dan manik-manik diibaratkan gen.
6
Kalung yang serupa dapat menjadi pasangannya yang homolog (Tabel 1). Gengen pada posisi yang sama (lokus) di sepasang kromosom yang homolog
tersebut menentukan sifat makhluk hidup.
Gen yang dominan (diberi simbol dengan huruf kapital) selalu muncul
sebagai sifat yang nampak. Gen yang resesif (diberi simbol dengan huruf kecil)
hanya bisa mun`cul sebagai sifat yang nampak bila berpasangan dengan gen
yang resesif lagi. Jadi, genotip AA atau Aa akan muncul sebagai fenotip A.
Sedangkan gen a hanya akan muncul sebagai fenotip a bila genotipnya aa.
Organisme yang mempunyai dua gen yang sama pada satu lokus (AA atau aa)
disebut homozigot, sedangkan yang mempunyai pasangan gen alternatif (Aa)
disebut heterozigot. Gen alternatif (A atau a) disebut alel.
Pasangan 1
Pasangan 2
Diagram
kromosom
Genotip
Status gen
Fenotip
aa
Bb
C1C2
Homozigot
Heterozigot
Heterozigot
Resesif
B = dominan
C1 dan C2 = ko-
b = resesif
dominan
C1/C2 (keduanya)
Sebuah alel adalah salah satu dari dua atau lebih bentuk-bentuk alternatif
sebuah gen yang dapat berada pada satu lokus. Sebuah alel adalah salah satu
bentuk varian gen pada lokus tertentu, atau lokasi, pada suatu kromosom. Alel
berbeda menghasilkan variasi dalam pewarisan sifat seperti warna rambut atau
golongan darah.
7
B. Hukum Mendel
Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil
Heinzendorf di Silesia, Austria. (Sekarang kota itu bernama
Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann Gregor Mendel
adalah orang yang sampai kini dianggap sebagai peletak
dasar ilmu keturunan atau genetika. Semasa hidupnya,
beliau senang melakukan percobaan di kebunnya untuk
Gambar 3.
Gregor Mendel
Hasil percobaannya diumumkan pada tahun 1865, dan sejak tahun itu ilmu
tentang keturunan tumbuh dengan teori-teori yang lebih ilmiah.
Eksperimen Mendel
Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh
keingintahuannya
tentang
suatu
ciri
tumbuhan
diturunkan
dari
induk
keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida
dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang
8
Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada
waktu tertentu, tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan secara keseluruhan.
Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong,
sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka.
Mendell mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti seperti yang
ditunjukan dalam tabel berikut ini.
keturunan
generasi
pertama
itu
berkembang
biak
sendiri
Dalam setiap kasus, satu dari ciri-ciri yang berlawanan hilang dalam keturunan
generasi pertama dan muncul kembali dalam seperempat keturunan generasi
kedua. Dari percobaan tersebut, Mendell melahirkan hukum mengenai
pewarisan sifat yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum ini terdiri dari dua
bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel,
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel,
juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
11
Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri
yang dominan sedangkan lainnya resesif. Induk galur murni dengan ciri dominan
mempunyai sepasang gen dominan (PP) dan dapat memberi hanya satu gen
dominan (P) kepada keturunannya. Induk galur murni dengan ciri yang resesif
mempunyai sepasang gen resesif (pp) dan dapat memberi hanya satu gen
resesif (p) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima
satu gen dominan dan satu gen resesif (Pp) dan menunjukkan ciri-ciri gen
dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan
generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung
satu gen dominan (P) atau gen resesif (p). Oleh karenanya, ada empat
kombinasi yang mungkin: PP, Pp, pP dan pp. Tiga kombinasi yang pertama
menghasilkan tumbuhan dengan sifat dominan, sedangkan kombinasi terakhir
menghasilkan satu tumbuhan dengan sifat resesif.
Percobaan Mendel yang dipaparkan di atas adalah satu contoh persilangan
monohibrid. Hasil dari percobaan ini menunjukkan sifat warna ungu dominan
terhadap sifat warna putih. Oleh karena itu, simbol sifat ini dilambangkan dengan
P (huruf pertama dari purple) untuk yang dominan dan p untuk yang resesif.
Dalam percobaan ini, Mendel menggunakan individu dari galur murni, yaitu
individu yang selalu menurunkan sifat kepada keturunannya yang sama dengan
sifat induknya. Sifat
12
Dengan demikian setiap gamet memperoleh gen separuh dari jumlah yang
dimiliki individu. Jadi, setiap gamet memiliki satu lambang, yaitu P atau p. Oleh
karena itu genotip semua keturunan pertama (F1) adalah Pp sehingga sifatnya
yang nampak adalah warna ungu. Untuk memperoleh keturunan kedua (F2),
dilakukan perkawinan sesama keturunan pertama (F1). Genotip dari semua
keturunan pertama adalah Pp, sehingga genotip pada masing-masing gamet (
dan ) adalah P dan p. Gamet ini akan menghasilkan keturunan kedua (F2)
dengan genotip PP (25%), Pp (50%), dan pp (25%). Dengan demikian fenotip F2
adalah warna bunga ungu (75%) dan putih (25%).
13
tidak saling tergantung, sebab perbandingan 3:1 untuk satu ciri bertahan dalam
setiap subkelompok ciri yang lain, dan sebaliknya. Dalam pembentukan gamet,
gen-gen individu membentuk kombinasi secara bebas. Hal ini menunjukkan
bahwa sepasang gen tidak dipengaruhi oleh pasangan gen lainnya. Peristiwa ini
biasa disebut hukum Mendel II atau hukum berpasangan secara bebas.
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua
pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen
sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen
yang menentukan seperti tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman,
tidak saling mempengaruhi. Eksperimen Mendel menunjukkan bahwa ketika
tanaman induk membentuk sel-sel reproduksi jantan dan betina, semua
kombinasi bahan genetik dapat muncul dalam keturunannya, dan selalu dalam
proporsi yang sama dalam setiap generasi. Informasi genetik selalu ada
meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena
didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi kemudian, bila ciri dominan
tidak ada, ciri resesif itu akan muncul lagi.
15
C. Pola-pola Hereditas
Reproduksi
generatif
sel-sel
kelamin
(gamet)
merupakan
mata
rantai
16
diperkirakan terdapat 100.000 gen atau lebih, sehingga setiap kromosom harus
mengandung ribuan gen. Beberapa gen yang berbeda yang menempati
kromosom yang sama disebut terpaut (linkage). Untuk lebih jelasnya Anda dapat
pelajari pada gambar berikut ini.
Menurut Sutton, jika ada gen-gen yang mengendalikan dua sifat berbeda
bertempat pada kromosom yang sama, maka gen-gen itu tidak dapat
memisahkan diri secara bebas, lebih-lebih gen yang letaknya berdekatan.
Peristiwa pautan ini merupakan salah satu sebab terjadinya penyimpangan
hukum Mendel.
b. Pindah Silang
Pada peristiwa meiosis, kromatid yang berdekatan dari kromosom yang
homolog tidak selalu
saling melilit yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sering menyebabkan
terjadinya gen-gen suatu kromatid tertukar dengan gen-gen kromatid homolog.
Peristiwa ini disebut pindah silang (crossing over). Selanjutnya, silakan Anda
pelajari gambar diagram persilangan berikut ini.
17
macam kombinasi, yaitu AB dan ab, dengan rasio 50% AB : 50% ab dari 80%
sel yang membelah. Jadi, frekuensi gamet AB adalah 50% x 80% = 40%,
sedangkan frekuensi gamet ab adalah 50% x 80% = 40%.
2) Kelompok sel yang mengalami pindah silang sebanyak 20%. Setiap sel
menghasilkan 2 sel gamet baru dengan kombinasi AB, Ab, aB, dan ab. Ab
san aB terbentuk karena adanya peristiwa pindah silang. Frekuensi masingmasing kombinasi gamet adalah sebagai berikut.
AB : 25% x 20% = 5%
Ab : 25% x 20% = 5%
aB : 25% x 20% = 5%
ab : 25% x 20% = 5%
Apabila 1) dan 2) digabungkan, maka dihasilkan macam frekuensi sebagai
berikut.
AB : 40% + 5% = 45%
Ab : 40% + 5% = 45%
Ab = 5%
aB = 5%
a) Dalam peristiwa pautan silang bila tidak terjadi pindah silang, maka susunan
gen pada gamet semuanya merupakan kombinasi parental. Sebagai akibat
terjadinya peristiwa pindah silang ini maka jumlah macam gamet yang
dihasilkan F1 terdapat 4 macam, yaitu AB dan ab yang merupakan kombinasi
parental serta Ab dan aB merupakan rekombinan. Frekuensi kombinasi
parental (KP) lebih kecil dari 50% dan frekuensi rekombinan (RK) kurang dari
50%,
b) Bila terjadi pindah silang, maka akan terbentuk kombinasi baru atau
rekombinan yang frekuensinya selalu lebih kecil daripada kombinasi parental
(RK< KP).
2. Gen Letal
Gen
terjadi disebabkan fungsi gen terganggu sehingga tubuh organisme tidak dapat
19
b. Letal Dominan
Pada letal dominan, individu akan mati bila mempunyai gen homozigot
dominan. Contohnya pada tikus berambut kuning. Tikus berambut kuning
disilangkan dengan tikus berambut kuning. Pad F 1 dihasilkan tikus berambut
kuning dan tikus tidak berambut kuning dengan rasio 2 : 1. Untuk penjelasannya
pelajari pada persilangan berikut ini.
20
tersebut menemukan fakta bahwa tikus berambut kuning mati ketika masih
embrio. Tikus berambut kuning yang mati bergenotip homozigot dominan.
c. Letal pada Manusia
Letal pada manusia adalah gen penyebab penyakit sicklemia dan
talasemia. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1) Sicklemia
Eritrosit penderita sicklemia (sickle cell anemia) berbentuk bulan sabit. Hal
ini disebabkan
2) Talasemia
Talasemia adalah penyakit darah di mana eritrosit penderita bentuknya
lonjong, berukuran kecil, dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan darah
normal. Eritrosit yang demikian memiliki afinitas rendah terhadap oksigen,
sehingga penderita akan kekurangan oksigen.
21
Gagal berpisah yang terjadi pada kromosom sex juga akan menimbulkan
beberapa akibat seperti yang tertera pada tabel 3, salah satunya adalah dapat
menyebabkan kematian.
22
23
Dengan demikian, kariotip dari setiap sel tubuh lalat buah dalam hasil
perkawinan dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 14. Hubungan kromosom dengan determinasi seks pada lalat buah
b. Pautan Seks
Morgan telah menyilangkan lalat buah jantan bermata putih (ww) dengan
lalat betina bermata merah (WW). Pada F1 diperoleh 100% bermata merah.
24
25
26
Tabel 4. Sifat Fisik Dominan dan Sifat Fisik Resesif pada Manusia
Sifat Dominan
Rambut keriting
Bibir tebal
Mata sipit
Hidung lurus
Lubang hidung besar
Lidah dapat menggulung
Sifat Resesif
Rambut lurus
Bibir tipis
Mata lebar
Hidung melengkung
Lubang hidung kecil
Lidah tidak dapat menggulung
2. Penyakit Menurun
Sebagaimana telah diuraikan bahwa penyakit menurun biasanya bersifat
resesif sehingga baru muncul dalam keadaan homozigot. Dalam keadaan
heterozigot, fenotip penyakit tidak muncul karena tertutup oleh gen pasangannya
yang dominan. Untuk jelasnya, silakan Anda pelajari uraiannya berikut ini.
a. Albino
Ciri-ciri orang albino adalah mempunyai rambut, mata, dan kulit berwarna
putih. Meskipun kedua orang tuanya berkulit sawo matang atau hitam,
kemungkinan keturunannya ada yang albino.
Menurut penelitian, kemungkinan terjadinya albino di dunia 1 : 20.000
kelahiran. Penderita albino tidak memiliki pigmen melanin, karena tidak dapat
menghasilkan enzim pembentuk melanin. Enzim melanin diproduksi berdasarkan
perintah gen melanin.
Penderita albino rentan terhadap penyakit kanker kulit dan tidak tahan
cahaya. Mata penderita albino tidak mengandung pigmen sehingga akan terasa
sakit bila berada di tempat yang terang.
Tidak semua keturunan dalam satu keluarga bersifat albino, sehingga
dapat diduga bahwa sifat tersebut dibawa oleh gen resesif yang muncul jika ayah
dan ibunya masing-masing membawa sifat resesif tersebut. Gen albino tidak
terletak pada kromosom kelamin, melainkan pada autosom. Oleh karena itu,
penderita albino dapat berjenis kelamin wanita atau laki-laki seperti pada gambar
berikut ini.
27
b. Buta Warna
Penyakit buta warna ditentukan oleh gen resesif yang terpaut seks
(terpaut kromosom X). Penyakit buta warna dapat dibedakan menjadi 2 macam.
1) Buta warna parsial (sebagian), yaitu seseorang tidak dapat membedakan
warna tertentu saja. Misalnya, buta warna merah dan buta warna hijau.
2) Buta warna total, yaitu orang yang tidaka dapat membedakan semua jenis
warna. Alam ini hanya tampak seperti film hitam putih saja.
Karena sifat buta warna terpaut kromosom X, kemungkinan genotip orang yang
norma dan buta warna dapat dipelajari pada diagram berikut ini.
28
c. Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan pada darah di mana darah yang keluar dari
pembuluh darah sukar membeku. Luka kecil pun dapat menyebabkan penderita
meninggal dunia karena terjadi pendarahan yang terus-menerus.
Penderita hemofilia tidak dapat memproduksi faktor pembeku darah. Gen
faktor pembeku darah pada kromosom X nonhomolog. Gen yang bersifat
dominan diberi simbol H (mampu memproduksi faktor pembeku darah),
sedangkan gen resesif diberi simbol h (tidak mampu memproduksi faktor
pembeku darah).
Pada wanita, gen tersebut mempunyai alel pasangannya, sedangkan
pada laki-laki tidak seperti itu. Oleh karena itu, pengaruh gen h pada wanita
dapat ditutup oleh pasangannya, yaitu gen H yang normal (X HHh), sedangkan
pada laki-laki tidak demikian (XhY). Oleh karena itu, penyakit hemofilia lebih
banyak diderita oleh kaum laki-laki daripada kaum wanita. Untuk lebih jelasnya
genotip dan fenotip pada wanita dan laki-laki dapat digambarkan pada tabel
berikut ini.
Tabel 5. Genotip dan Fenotip Hemofilia pada Wanita dan Laki-laki
No.
Genotip
Fenotip
1.
XHXH
Wanita normal
2.
X X
Wanita karier
3.
XhXh
Wanita hemofilia
4.
X Y
Laki-laki normal
5.
Laki-laki hemofilia
XY
Wanita
karier
(berfenotip
Keterangan
Pembawa hemofilia
Bersifat letal,
dewasa
normal)
yang
meninggal
bergenotip
sebelum
X HXh
dapat
menghasilkan dua macam ovum, yaitu ovum XH dan ovum Xh. Jika wanita ini
menikah dengan laki-laki normal (XHY), maka kemungkinan ada anak laki-laki
menderita hemofilia dan anak laki-laki normal.
29
3. Golongan Darah
Bernstein
(Jerman)
dan
Furuhita
(Jepang)
telah
mengemukakan
hipotesisnya, yaitu bahwa hanya sepasang gen pada setiap individu yang
bertanggung jawab atas golongan darah.
Penggolongan darah tersebut didasarkan atas adanya aglutinogen
(antigen) tertentu di dalam sel darah merah. Adanya antigen tersebut dalam sel
darah merah dikendalikan oleh gen tertentu pula.
Golongan darah manusia dapat digolongkan menurut beberapa sistem
seperti berikut ini.
a. Sistem AB0.
b. Sistem MN.
c. Sistem Rhesus (Rh).
a. Sistem A, B, 0
Menurut Landsteiner (1900), golongan darah manusia dapat dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu A, B, AB, dan 0. Penggolongan darah sistem ABO
berdasarkan ada tidaknya antigen-antibodi di dalam seseorang. Antigen (zat
asing) yang dibentuk berupa aglutinogen (zat yang digumpalkan), sedangkan
antibodi
(pelawan
antigen)
yang
dibentuk
berupa
aglutinin
(zat
yang
Golongan darah
Aglutinogen
Aglutinin
AB
AB
Keterangan:
1. Golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan aglutinin .
2. Golongan darah B mempunyai aglutinogen B dan aglutinin
3. Golongan darah AB mempunyai aglutinogen AB dan tidak memiliki aglutinin.
30
b. Sistem MN
Setelah ditemukan golongan darah A, B, AB, dan 0, Landsteiner dan
Levin
menemukan
golongan
darah
M,
N,
dan
MN
(1927).
Dasar
MN. Demikian pula, golongan darah B dan 0. Misalnya, orang bergolongan darah
A, M mempunyai genotip IAIA, LMLM. Golongan darah B, M memiliki genotip I BIB,
LMLM. Golongan darah A, N memiliki genotip IAIA, LNLN, dan seterusnya.
Untuk menentukan keturunan golongan darah, sering digunakan analisis
dengan sistem gabungan AB0 dan MN. Misalnya, ada seorang anak yang
mengaku sebagai anak dari suatu keluarga untuk mendapatkan warisan. Anak
tersebut bergolongan darah 0, M, sedangkan ayahnya bergolongan darah A, N
dan ibunya bergolongan darah B, M. Bagaimanan untuk menunjukkan
kebenarannya?
Ayah : IAIo, LNLN
: IBIo, LMLM
Ibu
32
Oleh karena itu, tubuh ibu membentuk antibodi, yaitu Rh+. Antibodi ini melawan
darah bayi yang mengandung antigen Rh. Biasanya, anak pertama lahir dengan
selamat karena proses perlawanan tidak begitu kuat.
Selanjutnya, jika ibu tersebut hamil lagi bayi kedua yang juga bergolongan
darah Rh+, antibodi yang telah terbentuk dalam darah ibu akan masuk ke tubuh
bayi. Antibodi tersebut melawan antigen Rh pada eritrosit bayi. Eritrosit bayi akan
menggumpal (terjadi aglutinasi). Bayi tersebut akan menderita gangguan darah
yang disebut eritroblastosis fetalis, yaitu penyakit anemia karena eritositnya
berkurang. Akibatnya, pertukaran gas pada bayi terganggu sehingga dapat
terjadi kematian. Perlu diketahui bahwa gangguan darah tersebut hanya terjadi
jika ibu bergenotip Rh- dan bayi (fetus) yang dikandungnya bergenotif Rh+. Jika
ibu bergenotip Rh+ dan fetus bergenotip Rh-, maka tidak akan terjadi gangguan
darah, baik pada bayi maupun ibu. Darah ibu tidak terganggu karena gangguan
dari antibodi pelawan Rh+ darah fetus jumlahnya kecil, sehingga tubuh ibu dapat
mengatasinya.
Faktor rhesus diatur oleh satu gen yang terdiri atas dua alel, yaitu Rh
yang dominan dan rh yang resesif. Genotip orang yang bergolongan darah Rh+
adalah RhRh, sedangkan genotip orang yang bergolongan darah Rh - adalah
rhrh.
33
BAB III.
RANGKUMAN
Pada awal abad ke-19, para ilmuwan menyatakan bahwa anak mewarisi ciriciri dari faktor-faktor yang dibawa di dalam sel dari ayah (sperma) dan ibu (telur).
Pada tahun 1860-an, Gregor Mendel menemukan beberapa hukum dasar
genetika melalui serangkaian percobaan persilangan. Setiap individu mempunyai
sifat yang beragam. Sifat ini diturunkan dari induk ke keturunannya melalui
perkawinan/persilangan/pembastaran. Sifat ini dibentuk oleh faktor pembawa
sifat keturunan yang disebut gen.
Gen terletak dalam inti sel, yaitu pada kromosom. Gen baru diketemukan
oleh Crick dan Watson pada tahun 1953. Kromosom adalah suatu struktur
makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan.
DNA adalah suatu polimer yang terdiri dari empat jenis monomer yang berbeda
yang dinamakan dengan nukleotida. Informasi yang diberikan diwariskan dalam
bentuk urutan nukelotida spesifik yang dimiliki oleh masing-masing gen. Gen
merupakan unit hereditas suatu organisme hidup, dan tersimpan dalam
kedudukan tertentu di dalam kromosom.
Dalam setiap percobaan Mendel, satu dari ciri-ciri yang berlawanan hilang
dalam keturunan generasi pertama dan muncul kembali dalam seperempat
keturunan generasi kedua. Dari percobaan tersebut, Mendel melahirkan hukum
mengenai pewarisan sifat yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum ini terdiri
dari dua bagian yaitu Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal
sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas
(independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua
Mendel.
Jumlah gen yang terdapat di dalam setiap sel tubuh makhluk hidup jauh
lebih banyak daripada jumlah kromosom, sehingga ada beberapa gen yang
berbeda tetapi menempati kromosom yang sama. Beberapa gen yang berbeda
yang menempati kromosom yang sama disebut terpaut (linkage). Dua gen yang
yang lokusnya berdekatan akan selalu berpautan sedangkan gen-gen yang
lokusnya berjauhan memungkinkan untuk saling berpisah karena terjadi pindah
34
silang. Gen yang dapat menimbulkan kematian disebut dengan gen letal. .
Kematian terjadi disebabkan fungsi gen terganggu sehingga tubuh organisme
tidak dapat tumbuh sempurna. Gen letal dapat dibedakan menjadi gen letal
resesif dan gen letal dominan. Letal pada manusia adalah gen penyebab
penyakit sicklemia dan talasemia.
Penurunan sifat-sifat herediter memiliki basis molekuler yaitu replikasi DNA,
dan menghasilkan salinan-salinan gen yang dapat diteruskan dari orang tua ke
keturunannya. Penurunan sifat tidak hanya terjadi pada manusia tetapi pada
seluruh makhluk hidup. Semua sifat manusia, baik fisik, fisiologis, maupun
psikologis diwariskan kepada keturunannya mengikuti hukum-hukum hereditas.
Penyakit keturunan tidak dapat disembuhkan dan tidak menular, melainkan
diwariskan kepada keturunannya. Contoh, albino, buta warna, hemofilia, dan
gangguan mental.
35
BAB IV.
EVALUASI
1. Faktor yang berpengaruh dalam pewarisan sifat keturunan adalah . . . .
A.
golongan darah
B.
status sosial
C.
jenis makanan
D.
gen
gen
B.
dominan
C.
resesif
D.
faktor sifat
dominan
B.
fenotip
C.
genotip
D.
intermediat
1:1
B.
2:1
C.
3:1
D.
4:1
B.
C.
D.
10 % saja
36
E.
50 % normal
50 %
B.
25 %
C.
12,5 %
D.
6,25 %
E.
3,125 %
7. Determinasi seks pada belalang adalah dengan metode X0. Sel somatis
seekor belalang dinalisis dan diketahui mengandung 23 kromosom. Tentukan
frekuensi tipe gametnya adalah ...
A.
22 A + X0
B.
11 A + X
C.
11 A
D.
11 A + XX
E.
11 A + X A atau 11 A
8. Faktor rambut keriting dominan terhadap rambut lurus. Dapatkan orang tua
yang berambut keriting semua mempunyai anak yang berambut lurus.
A.
B.
C.
D.
E.
9 : 3 : 4
B.
12 : 3 : 1
37
C.
9 : 7
D.
12 : 3 : 4
E.
9 : 3 : 1
10. Tanaman mangga hijau asam ( HHAA) disilangkan dengan mangga kuning
manis ( hhaa ) genotip warna dan rasa saling bertautan, maka ratio fenotip
pada F2 nya adalah
A.
3 : 1
B.
1 : 3
C.
9 : 7
D.
7 : 9
E.
1 : 1
X Y dan X X
B.
XcbY dan X X
C.
X Y dan X cbX
D.
E.
X Y dan XcbXcb
38
DAFTAR PUSTAKA
39
GLOSARIUM
Aberasi kromosom
Aglutinasi
Albino
Alel
Antibodi
Antigen
Dihibrida
Dominan
Donor universal
Fenotip
Genotip
Hemofilia
Heterozigot
Homozigot
Karier
Letal
Modifikasi
Monohibrida
Resipien universal
Resesif
Rhesus
40