Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas 2003) pasal 14 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan
formal adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pasal 28 ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pada ayat berikutnya disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak (TK). Pada bagian penjelasan ayat tersebut
ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini tidak merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan
dasar. Karena itu, walaupun TK berada pada jalur pendidikan formal, tidak termasuk dalam jenjang
pendidikan formal yang diatur pada pasal 14 di atas (Depdiknas, 2003). Implikasi dari UndangUndang tersebut adalah pendidikan anak usia dini tidak merupakan syarat untuk memasuki
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini, khususnya TK, tidak bersifat wajib. Namun, sebagian
besar orang tua yang peduli terhadap perkembangan anak mempunyai semangat yang tinggi untuk
memasukkan anaknya ke TK. Di negara maju seperti Amerika Serikat, TK merupakan lembaga
pendidikan prasekolah yang diikuti hampir semua (98%) anak di negara tersebut (Chandler, West,
dan Hausken, 1995: 1). Kondisi di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan, tampaknya tidak jauh
berbeda dengan kondisi di Amerika Serikat. Hal ini terbukti sudah sulit mencari siswa SD di
perkotaan yang tidak melalui TK. Harapan dari para orang tua memasukkan anaknya ke TK adalah
agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan dan
pertumbuhan anak. Harapan ini sesuai dengan penjelasan UU Sisdiknas 2003 pasal 28 ayat 3 yang
menyatakan bahwa tujuan pendidikan di TK adalah untuk mengembangkan kepribadian dan potensi
diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Depdiknas, 2003: 11). 2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik AUD ?
Bagaimanakah perkembangan AUD ?
Apakah permasalahan dan perkembangan AUD ?
Bagaimana makna pendekatan perkembangan ?
Bagaimana perinsip-perinsip bimbingan perkembangan ?
Apa sajakah unsur-unsur lingkungan perkembangan ?
C. Tujuan penulisan makalah
Mengetahui karakteristik AUD
Mengetahui perkembangan AUD
Mengetahui permasalahan dan perkembangan AUD
Mengetahui makna pendekatan perkembangan
Mengetahui unsur-unsur lingkungan perkembangan
BAB II
ISI
A. Karakteristik AUD
melalui
pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
karakter
2009:
7).
dan
Usia
kepribadian
dini
anak
merupakan
(Yuliani
usia
di
Nurani
mana
anak
anak
TK
diantaranya
oleh
Bredecam
dan
Copple,
2.
Anak
mengekspresikan
perilakunya
secara
relatif
spontan.
3.
4.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal.
6.
7.
petualang.
8.
9.
10.
11.
12.
B. Perkembangan AUD
Masalah-masalah kebutuhan perkembangan pada anak usia dini merupakan kebutuhan
yang harus/mutlak terpenuhi sesuai dengan perkembangan, maka bagi pendidik anak
usia dini harus paham akan kebutuhan perkembangan anak usia dini sehingga dapat
menangani masalah-masalah yang timbul, baik masalah pemenuhan kebutuhan
perkembangan yang umum ataupun masalah kebutuhan perkembangan yang bersifat
khusus.
Usia dini merupakan masa yang paling baik untuk meletakan dasar yang kokoh bagi
perkembangan mental - emosional dan potensi otak anak yang akan mempengaruhi kejiwaan
anak. Teori dan penelitian Daniel Goleman tentang kecerdasan emosi (Emotional
Intelligence/EQ), mengingatkan bahwa keberhasilan hidup manusia tidak semata-mata
ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) seperti yang dipahami sebelumnya, tetapi justru
ditentukan oleh emotional intelligence. Kecerdasan emosi ini sangat terkait dengan belahan
otak kanan.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa:
Keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar (80%) ditentukan oleh
kecerdasan emosi(EQ).Sehingga anak
perkembangan emosi senantiasa akan mengalami gangguan emosi dan perilaku seperti,
agresif secara verbal dan/atau fisik yang bisa membahayakan dirinya atau orang lain, menarik
diri atau tidak percaya diri, pencemas dan juga bisa hiperaktif, yang mengakibatkan kurang
perhatian dalam kegiatan disekolah secara optimal dan selalu menunjukan skala rendah
dalam pencapaian program pembelajaran yang telah ditargetkan
.Perkembangan emosi yang dibutuhkan anak usia dini meliputi segala bentuk hubungan
yang erat, hangat dan menimbulkan rasa aman serta percaya diri sebagai dasar dari
perkembangan selanjutnya, yang ini mutlak perlu diperhatikan oleh orang tua ataupun guru
sejak dini
Penanganan dan menganalisis kebutuhan emosi anak usia dini diperlukan deteksi dini
yang serius dan tuntas dan harus didukung oleh informasi dan pengumpulan data yang akurat
dan lengkap dari berbagai pihak mengenai diri anak mulai dari kandungan, setelah dilahirkan
sampai anak memasuki Pendidikan Anak Usia Dini serta pada pengaturan yang diterapkan
kepada anak oleh orang tua. Apabila masalah perkembangan emosi pada anak kurang
diperhatikan atau tidak dipenuhi dan tidak segera ditangani maka akan berakibat vital
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, baik tingkat kecerdasan (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), serta kecerdasan spiritual (SQ).
Tujuan dari analisis gangguan perkembangan anak pada usia dini adalah untuk
mengetahui karakteristik, gejala-gejala yang menyebabkan timbulnya gangguan/kelainan
untuk memperkirakan kemungkinan bantuan yang akan diberikan serta melaksanakan tindak
lanjut agar anak dapat diantisipasi supaya masa yang akan datang tidak selalu fatal.
C. Permasalahan perkembangan AUD
Berbagai macam perkembangan anak usia dini tidak luput lah dari permasalahanpermasalahan yang harus dihadapi orang tua atau guru-guru anak usia dini
permasalahan itu meliputi
pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak cacat
mental dengan anak normal.
2. Cacat Mental Sedang
Anak cacat mental sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36
berdasarkan skala Binet sedangkan menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- 40. Anak cacat
mental sedang masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak usia dini.
Walaupun agak lambat. Anak dapat mengurus atau merawat diri sendiri dengan pelatihan
yang intensif. Mereka dapat memperoleh manfaat latihan kecakapan social dan pekerjaan
namun tidak dapat menguasai kemampuan akademik seperti; membaca, menulis, dan
berhitung. Akan tetapi mereka masih dapat bepergian di lingkungan yang sudah dikenalnya.
3. Cacat Mental Berat
Kelompok anak cacat mental berat disebut juga idiot. Kelompok ini dapat dibedakan
lagi antara anak cacat mental berat dan sangat berat. Cacat mental berat (severe) memiliki IQ
antara 32-20menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Wechsler (WISC) Anak
cacat mental sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ
dibawah 24 menurut skala Wechsler (WISC). Anak cacat mental berat memerlukan bantuan
perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Hampir semua anak cacat
mental berat dan sangat berat menyandang cacat ganda. Umpamanya sebagai tambahan cacat
mental tersebut si anak lumpuh (karena cacat otak) , tuli atau cacat lainnya.
C.
ringan banyak
terbatas daripada anak cacat mental ringan. Mereka hamper selalu bergantung pada
perlindungan orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Mereka
masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada
umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun.
3. Karakteristik Anak Cacat Mental Berat
Anak cacat mental berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan slalu tergantung
pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri. Pada
umumnya mereka tidak dapat membedakan mana yang berbahaya dan yang tidak berbahaya,
tidak mungkin berpartisifasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara
maka kat-kata ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak cacat mental berat dan
sangat berat hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau
4 tahun.
Sunaryo Kartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental antara
lain (1) Keterbatasan inteligensi, (2) Keterbatasan social dengan ciri-ciri ; cenderung
berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu
memikul tanggung jawab. (3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti; kurang
mampu mempertimbangkan sesuatu, kurang mampu membedakan yang baik dengan yang
buruk, yang benar dan yang salah, tidak membayangkan terlebih dahulukonsekuensi suatu
perbuatan.
Guru TK mengenali anak keterbelakangan mental melalui berbagai aktifitas selama
kegiatan, bermain, bercerita, makan, di kelas maupun di halaman sekolah atau bagaimana
cara ia berinteraksi dengan anak lain, guru, atau orang di sekitarnya. Begitu juga interaksinya
dengan lingkungan alam, alat permainannya, dan rangsangan lain yang ada di sekitarnya.
mengutarakan isi hati dengan kaimat, berbicara tidak jelas, gagap, dsbnya. Terkait masalah di
atas berikut ini penulis mencoba membahas tentang perkembangan bahasa pada anak usia
dini.Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk
berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan bergaul
(social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial
dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan
dapat
berkomunikasi
dengan
orang
lain.
Anak
dapat
mengekspresikan
pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan
oleh anak.
a.
yang baik Dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Syamsu Yusuf
mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan,
intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu:
1. Kognisi (Proses memperoleh pengetahuan )
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat
perkembangan bahasa keluarganya.
3. Jumlah keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak
lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya
memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4.
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.
lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan
satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di
dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa
Indonesia.
A. Faktor yang mempengaruhi masalah bahasa pada anak
Menurut
Syamsu
Yusuf
(2004)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan bahasa anak adalah kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis
kelamin, dan hubungan keluarga.
1. Faktor kesehatan.
Kesehatan merupakan
faktor
yang
anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila anak pada usia dua tahun pertama
sering mengalami sakit-sakitan maka anak tersebut cenderung akan mengalami keterlambatan
atau kesulitan dalam perkembangan bahasa.
2. Intelegensi.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya, anak yang
perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau di atas
normal.
3. Status sosial ekonomi keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami
kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibanding dengan anak yang berasal dari
keluarga yang lebih baik status ekonominya, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
kecerdasan atau kesemoatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan
perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya.
4. Jenis kelamin
Pada tahun pertama tidak ada perbedaan vokalisasi antara wanita dan pria, tetapi pada
usia dua tahun anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak lakilaki.
5.
Hubungan keluarga.
Hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang
dari orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, dan begitu sebalikya hubungan
yang tidak sehat bisa menyebabkan perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami
stagnasi atau kelainan, seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan
kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak
sopan.
B.
didalam
perkembangan
bicara
pada
anak
yaitu
Kepribadian anak masih luwes, mudah dibentuk, sangat fleksibel, dan belum mengalami
peristiwa traumatik yang mengakar dalam hati sanubarinya atau alam bawah sadarnya.
Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang dijaga originalitas
kepribadiannya akan tumbuh secara alamiah menuju tahap-tahap perkembangan kepribadian
yang lebih baik. Semua ini dilakukan oleh anak yang bersangkutan dengan tanpa beban dan
tanpa tekanan mental dari pihak manapun, sehingga nuansa kebebasan yang diperolehnya
semakin mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya.
Intensnya Hubungan Orang Tua (Wali Murid) Dengan Guru Di PAUD
Umumnya, orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak didik masih menjalani
komunikasi intens dengan pihak sekolah jika anak yang diasuhnya masih berada di
lingkungan lembaga PAUD. Dalam hal ini, secara tidak disengaja telah terjadi interaksi yang
sangat intens antara anak didik, guru dan orang tua. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengarahkan tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga anak
didik akan terjauh dari gangguan mental dan perilaku bermasalah dan mempercepat
pertumbuhannya
Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan konseling
prinsip-prinsip pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah konseli, tujuan
dan proses penanganan masalah, program pelayanan, dan penyelenggaraan pelayanan.
Berikut ini merupakan prinsip layanan bimbingan dan konseling ( Bernarn & Fullmer, 1969
dan
1979;
1.
Crow
Prinsip-prinsip
&
Crow,
1960;
Berkenaan
Miller
&
dengan
Fruehling,
Sasaran
1978)
Pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan
muupun kelompok. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri yang harus dipahami oleh
konselor. Individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam hal jenis kelamin, umur, status sosial,
ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat, jabatan, minat, bakat, dan sebagainya. Variasi dan
keunikan individual, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam
perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan
konseling
sebagai
berikut:
a. Bimbingan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi individu yang akan diberikan layanan.
b. Bimbingan dan konseling berkaitan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk
dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling
perlu
menjangkau
keunikan
dan
kekompleksan
pribadi
individu.
c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu
itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan,
kelemahan,
dan
permasalahan
yang
sedang
dihadapi
oleh
individu
bersangkutan.
d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor
yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang.
Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan
penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus mempertimbangkan berbagai
aspek
perkembangan
individu.
e. Perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya memberikan
bantuan atau bimbingan kepada individu- individu tertentu, baik individu itu anak-anak, remaja,
ataupun
2.
orang
Prinsip-prinsip
Berkenaan
dewasa.
dengan
Masalah
Individu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu
positif. Faktor-faktor yang negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu. Secara ideal pelayanan bimbingan dan
konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai masalah yang sedang dihadapinya
yang tentunya permasalahan setiap individu itu berbeda-beda. Prinsip-prinsip yang berkenaan
dengan
hal
tersebut
adalah:
f. Meskipun pelayanan bimbingan koseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan
dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan konseling pada umumnya dibatasi hanya pada
hal-hal yang menyakut kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian diri terhadap
lingkungan dimana individu itu berada, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap
kondisi
3.
mental
Prinsip-prinsip
dan
Berkenaan
fisik
dengan
Program
individu.
Layanan
Konselor dituntut untuk dapat menyusun program pelayanan bimbingan dan konseling.
Program ini berorientasi pada seluruh warga lembaga dimana tempat konselor bertugas
(misalnya sekolah atau kantor) dengan memperhatikan variasi maslah yang mungkin akan
muncul dan jenis layanan yang dapat diselenggaraka, rentangn dan unit waktu yang tersedia
(misalnya semester dan bulan), ketersediaanstaf, kemungkinan hubungan antarpersonal dan
lembaga, dan faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangakan di lembaga
h. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari prroses pendidikan dan
perkembangan. Oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan
sejalan
dengan
program
pendidikan
dan
perkembangan
secara
utuh.
i. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga
(misalnya
sekolah),
kebutuhan
individu
dan
masyarakat.
kepada
anak-anak
sampai
dengan
orang
dewasa.
k. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konselig hendaknya diadakan penilaian yang teratur
untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yag diperoleh, serta mengetahui kesesuaian
antara
4.
program
Prinsip-prinsip
yang
Berkenaan
direncanakan
dengan
dan
pelaksanaannya,
Pelaksanaan
Layanan
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang terprogram atau incidental)
dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan
melalui proses tertentu oleh seorang konselor. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling konselor perlu mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari dalam
lembaga maupun dari luar lembaga agar tercapainya perkembangan peserta didik secara
optimal.
Bimbingan sosial
Tujuan bimbingan yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan
kelompok,sehingga tercipta belajar mengajar yang kondusif.
Menurut abu ahmadi,bimbingan sosial dimaksutkan untuk memperoleh kelompok
belajar dan bermain,persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan
membantu dalam menyelasaikan masalah tertentu.
Bimbingan belajar
Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar didalam atau diluar
sekolah,meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual), merencanakan
waktu dan kegiatan belajar,kesulitan dalam mata pelajaran tertentu,dan hal yang
berkaitan dengan cara,proses,prosedur dalam belajar.