You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas 2003) pasal 14 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan
formal adalah pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pada pasal 28 ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pada ayat berikutnya disebutkan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak (TK). Pada bagian penjelasan ayat tersebut
ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini tidak merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan
dasar. Karena itu, walaupun TK berada pada jalur pendidikan formal, tidak termasuk dalam jenjang
pendidikan formal yang diatur pada pasal 14 di atas (Depdiknas, 2003). Implikasi dari UndangUndang tersebut adalah pendidikan anak usia dini tidak merupakan syarat untuk memasuki
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini, khususnya TK, tidak bersifat wajib. Namun, sebagian
besar orang tua yang peduli terhadap perkembangan anak mempunyai semangat yang tinggi untuk
memasukkan anaknya ke TK. Di negara maju seperti Amerika Serikat, TK merupakan lembaga
pendidikan prasekolah yang diikuti hampir semua (98%) anak di negara tersebut (Chandler, West,
dan Hausken, 1995: 1). Kondisi di Indonesia, khususnya di daerah perkotaan, tampaknya tidak jauh
berbeda dengan kondisi di Amerika Serikat. Hal ini terbukti sudah sulit mencari siswa SD di
perkotaan yang tidak melalui TK. Harapan dari para orang tua memasukkan anaknya ke TK adalah
agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan dan
pertumbuhan anak. Harapan ini sesuai dengan penjelasan UU Sisdiknas 2003 pasal 28 ayat 3 yang
menyatakan bahwa tujuan pendidikan di TK adalah untuk mengembangkan kepribadian dan potensi
diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Depdiknas, 2003: 11). 2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik AUD ?
Bagaimanakah perkembangan AUD ?
Apakah permasalahan dan perkembangan AUD ?
Bagaimana makna pendekatan perkembangan ?
Bagaimana perinsip-perinsip bimbingan perkembangan ?
Apa sajakah unsur-unsur lingkungan perkembangan ?
C. Tujuan penulisan makalah
Mengetahui karakteristik AUD
Mengetahui perkembangan AUD
Mengetahui permasalahan dan perkembangan AUD
Mengetahui makna pendekatan perkembangan
Mengetahui unsur-unsur lingkungan perkembangan

D. Manfaat penulisan makalah


Manfaat penulisan makalah ini adalah :
Mengetahui bagaimana karakteristik dalam AUD
Mengetahui bagaimana perkembangan dalam AUD
Mengetahui bagaimana permasalahan dan perkembangan yang terjadi di AUD
Mengetahui bagaimana makna dari pendekatan dan perkembangan
Mengetahui yang ada didalam perinsip-prinsip bimbingan perkembangan
Mengetahui unsur-unsur yang ada didalam lingkungan perkembangan

BAB II
ISI
A. Karakteristik AUD

Karakteristik anak usia dini terdapat dalam undang-undang


tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan

melalui

pemberian

rangsangan

pendidikan

untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar


anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
(UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia
6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan
Sujiono,

karakter

2009:

7).

dan
Usia

kepribadian
dini

anak

merupakan

(Yuliani

usia

di

Nurani

mana

anak

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini


disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi
yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada berbagai karakteristik


khususnya

anak

TK

tentang hakikat anak usia dini,

diantaranya

oleh

Bredecam

dan

Copple,

Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 1.13)


sebagai berikut.
1.

Anak bersifat unik.

2.

Anak

mengekspresikan

perilakunya

secara

relatif

spontan.
3.

Anak bersifat aktif dan enerjik.

4.

Anak itu egosentris.

5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal.
6.

Anak bersifat eksploratif dan berjiwa

7.

Anak umumnya kaya dengan fantasi.

petualang.

8.

Anak masih mudah frustrasi.

9.

Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

10.

Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

11.

Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

12.

Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

B. Perkembangan AUD
Masalah-masalah kebutuhan perkembangan pada anak usia dini merupakan kebutuhan
yang harus/mutlak terpenuhi sesuai dengan perkembangan, maka bagi pendidik anak
usia dini harus paham akan kebutuhan perkembangan anak usia dini sehingga dapat
menangani masalah-masalah yang timbul, baik masalah pemenuhan kebutuhan
perkembangan yang umum ataupun masalah kebutuhan perkembangan yang bersifat
khusus.
Usia dini merupakan masa yang paling baik untuk meletakan dasar yang kokoh bagi
perkembangan mental - emosional dan potensi otak anak yang akan mempengaruhi kejiwaan
anak. Teori dan penelitian Daniel Goleman tentang kecerdasan emosi (Emotional
Intelligence/EQ), mengingatkan bahwa keberhasilan hidup manusia tidak semata-mata
ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) seperti yang dipahami sebelumnya, tetapi justru
ditentukan oleh emotional intelligence. Kecerdasan emosi ini sangat terkait dengan belahan
otak kanan.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa:
Keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar (80%) ditentukan oleh
kecerdasan emosi(EQ).Sehingga anak

yang kurang dalam pemenuhan kebutuhan

perkembangan emosi senantiasa akan mengalami gangguan emosi dan perilaku seperti,
agresif secara verbal dan/atau fisik yang bisa membahayakan dirinya atau orang lain, menarik
diri atau tidak percaya diri, pencemas dan juga bisa hiperaktif, yang mengakibatkan kurang
perhatian dalam kegiatan disekolah secara optimal dan selalu menunjukan skala rendah
dalam pencapaian program pembelajaran yang telah ditargetkan
.Perkembangan emosi yang dibutuhkan anak usia dini meliputi segala bentuk hubungan
yang erat, hangat dan menimbulkan rasa aman serta percaya diri sebagai dasar dari

perkembangan selanjutnya, yang ini mutlak perlu diperhatikan oleh orang tua ataupun guru
sejak dini
Penanganan dan menganalisis kebutuhan emosi anak usia dini diperlukan deteksi dini
yang serius dan tuntas dan harus didukung oleh informasi dan pengumpulan data yang akurat
dan lengkap dari berbagai pihak mengenai diri anak mulai dari kandungan, setelah dilahirkan
sampai anak memasuki Pendidikan Anak Usia Dini serta pada pengaturan yang diterapkan
kepada anak oleh orang tua. Apabila masalah perkembangan emosi pada anak kurang
diperhatikan atau tidak dipenuhi dan tidak segera ditangani maka akan berakibat vital
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, baik tingkat kecerdasan (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), serta kecerdasan spiritual (SQ).
Tujuan dari analisis gangguan perkembangan anak pada usia dini adalah untuk
mengetahui karakteristik, gejala-gejala yang menyebabkan timbulnya gangguan/kelainan
untuk memperkirakan kemungkinan bantuan yang akan diberikan serta melaksanakan tindak
lanjut agar anak dapat diantisipasi supaya masa yang akan datang tidak selalu fatal.
C. Permasalahan perkembangan AUD
Berbagai macam perkembangan anak usia dini tidak luput lah dari permasalahanpermasalahan yang harus dihadapi orang tua atau guru-guru anak usia dini
permasalahan itu meliputi

Klasifikasi Anak Cacat Mental


Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada tarafintelegensinya, yang terdiri
dari terbelakang ringan, dan berat. Pengelompokan seperti ini sebenarnya bersifat artificial
karena ketiga kelompok di atas tidak dibatasi oleh garis demargasi yang tajam. Gradasi dari
satu level ke level berikutnya bersifat kontinyu.
Kemampuan inteligensi anak cacat mental kebanyakan diukur dengan tes Stanford
Binet dan Skala Weschler (WISC).

1. Cacat Mental Ringan


Cacat mental ringan disebut juga debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52
menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka
masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Namun pada umumnya
anak cacat mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian social secara independen dan
anak ini tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal

pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak cacat
mental dengan anak normal.
2. Cacat Mental Sedang
Anak cacat mental sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36
berdasarkan skala Binet sedangkan menurut Skala Wsechler memiliki IQ 54- 40. Anak cacat
mental sedang masih memperoleh kecakapan komunikasi selama masa anak usia dini.
Walaupun agak lambat. Anak dapat mengurus atau merawat diri sendiri dengan pelatihan
yang intensif. Mereka dapat memperoleh manfaat latihan kecakapan social dan pekerjaan
namun tidak dapat menguasai kemampuan akademik seperti; membaca, menulis, dan
berhitung. Akan tetapi mereka masih dapat bepergian di lingkungan yang sudah dikenalnya.
3. Cacat Mental Berat
Kelompok anak cacat mental berat disebut juga idiot. Kelompok ini dapat dibedakan
lagi antara anak cacat mental berat dan sangat berat. Cacat mental berat (severe) memiliki IQ
antara 32-20menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Wechsler (WISC) Anak
cacat mental sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut Skala Binet dan IQ
dibawah 24 menurut skala Wechsler (WISC). Anak cacat mental berat memerlukan bantuan
perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dll. Hampir semua anak cacat
mental berat dan sangat berat menyandang cacat ganda. Umpamanya sebagai tambahan cacat
mental tersebut si anak lumpuh (karena cacat otak) , tuli atau cacat lainnya.

C.

Karakteristik Anak Cacat Mental

1. Karakteristik Anak Cacat Mental Ringan


Anak cacat mental

ringan banyak

yang lancer berbicara tetapi kurang

pembendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka


masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus.
Sebagaimana tertulis dalam The New American Webster (1956:301) bahwa: Moron
(debile) is a person whose mentality does not develop beyond the 12 year old level.
Maksudnya, kecerdasan berfikir seseorang cacat mental ringan paling tinggi sama dengan
kecerdasan anak normal usia 12 tahun.
2. Karakteristik Anak Cacat Mental Sedang
Anak cacat mental sedang hamper tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran
akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih

terbatas daripada anak cacat mental ringan. Mereka hamper selalu bergantung pada
perlindungan orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan yang bukan bahaya. Mereka
masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada
umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun.
3. Karakteristik Anak Cacat Mental Berat
Anak cacat mental berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan slalu tergantung
pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri. Pada
umumnya mereka tidak dapat membedakan mana yang berbahaya dan yang tidak berbahaya,
tidak mungkin berpartisifasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan jika sedang berbicara
maka kat-kata ucapannya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak cacat mental berat dan
sangat berat hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau
4 tahun.
Sunaryo Kartadinata (1998/1999) mengatakan karakteristik anak cacat mental antara
lain (1) Keterbatasan inteligensi, (2) Keterbatasan social dengan ciri-ciri ; cenderung
berteman dengan anak yang lebih muda, ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu
memikul tanggung jawab. (3) Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya seperti; kurang
mampu mempertimbangkan sesuatu, kurang mampu membedakan yang baik dengan yang
buruk, yang benar dan yang salah, tidak membayangkan terlebih dahulukonsekuensi suatu
perbuatan.
Guru TK mengenali anak keterbelakangan mental melalui berbagai aktifitas selama
kegiatan, bermain, bercerita, makan, di kelas maupun di halaman sekolah atau bagaimana
cara ia berinteraksi dengan anak lain, guru, atau orang di sekitarnya. Begitu juga interaksinya
dengan lingkungan alam, alat permainannya, dan rangsangan lain yang ada di sekitarnya.

3. Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini


Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa
merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, seorang
dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain, baik secara lisan atau secra
tertulis.
Tidak menutup kemungkinan akan ditemukan anak usia dini yang mengalami
kesulitan

dalam berbahasa, tidak mampu memahami bahasa lisan, tidak mampu

mengutarakan isi hati dengan kaimat, berbicara tidak jelas, gagap, dsbnya. Terkait masalah di

atas berikut ini penulis mencoba membahas tentang perkembangan bahasa pada anak usia
dini.Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk
berkomunikasi bagi setiap orang. Seorang anak akan mengembangkan kemampuan bergaul
(social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial
dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan
dapat

berkomunikasi

dengan

orang

lain.

Anak

dapat

mengekspresikan

pikirannya menggunakan bahasa, sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan
oleh anak.
a.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa

yang baik Dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Syamsu Yusuf
mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan,
intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu:
1. Kognisi (Proses memperoleh pengetahuan )
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat
perkembangan bahasa keluarganya.
3. Jumlah keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak
lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya
memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4.

Posisi urutan kelahiran


Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat

ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.

Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)


Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau

lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan

satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di
dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa
Indonesia.
A. Faktor yang mempengaruhi masalah bahasa pada anak
Menurut

Syamsu

Yusuf

(2004)

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

perkembangan bahasa anak adalah kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis
kelamin, dan hubungan keluarga.
1. Faktor kesehatan.
Kesehatan merupakan

faktor

yang

sangat mempengaruhi perkembangan bahasa

anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila anak pada usia dua tahun pertama
sering mengalami sakit-sakitan maka anak tersebut cenderung akan mengalami keterlambatan
atau kesulitan dalam perkembangan bahasa.
2. Intelegensi.
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya, anak yang
perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal atau di atas
normal.
3. Status sosial ekonomi keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami
kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibanding dengan anak yang berasal dari
keluarga yang lebih baik status ekonominya, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
kecerdasan atau kesemoatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan
perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya.
4. Jenis kelamin
Pada tahun pertama tidak ada perbedaan vokalisasi antara wanita dan pria, tetapi pada
usia dua tahun anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak lakilaki.
5.

Hubungan keluarga.
Hubungan yang sehat antara orang tua dengan anak (penuh perhatian dan kasih sayang

dari orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, dan begitu sebalikya hubungan
yang tidak sehat bisa menyebabkan perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami
stagnasi atau kelainan, seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan
kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau tidak
sopan.

B.

Keterlambatan dan bahaya (gangguan) di dalam perkembangan bicara pada anak.


Apabila tingkat perkembangan bicara berada dibawah tingkat kualitas perkembangan
bicara anak yang umumnya sama yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan di dalam
kosa kata (bahasa) anak tersebut pada saat bersama teman sebayanya bercakapcakap/berbicara menggunakan kata-kata terus dianggap muda diajak bermain dengan katakata. Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi
anak pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak
masuk sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya adalah
rendahnya tingkat kecerdasan yang membuat anak tidak mungkin belajar berbicara sama
baiknya seperti teman-teman sebayanya, yang kecerdasannya normal atau tinggi kurang
motivasi karena anak mengetahui bahwa mereka dapat berkomunikasi secara memadai
dengan bentuk prabicara dorongan orang tua/orang dewasa, terbatasnya kesempatan praktek
berbicara karena ketatnya batasan tentang seberapa banyak mereka diperbolehkan berbicara
dirumah.
Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah
ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai
berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh,
hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak
terlihat dari fakta bahwa apabila orang tua tidak hanya berbicara kepada anak mereka tetapi
juga menggunakan kosa kata yang lebih luas dan bervariasi, adapun kemampuan anak
didalam berbicara yang berkembang sangat pesat dan cepat yaitu contohnya : anak-anak dari
golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak)
belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik. Sangat kurang kemungkinannya
mengalami keterlambatan berbicara pada anak. Sedangkan anak yang berasal dari golongan
yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi
mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu
perkembangan bicara pada anak didik tersebut.
Gangguan/bahaya

didalam

perkembangan

bicara

1. Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata


2. Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara

pada

anak

yaitu

3. Sering kali berbicara yang tidak teratur


4. Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.

D. Makna pendekatan perkembangan


Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti
hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan1[1][1]. Jadi Pendekatan
Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya, atau ada juga
dalam beberapa referensi mengatakan jika Bimbingan dan Konseling adalah suatu
layanan pemberian bantuan yang diberikan pada individu agar dapat menuntaskan tugas
perkembangannya.
Metode dalam pengertian harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk mencapai suatu
tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti
jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala sarana yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti
alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung,
bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan
sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode,
lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman
terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain
sebagainya2[2][2]. Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk
membuat atau melakukan sesuatu3[3][3]. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah Suatu
cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan
dan Konseling

Menjaga Originalitas Kepribadian Anak

Kepribadian anak masih luwes, mudah dibentuk, sangat fleksibel, dan belum mengalami
peristiwa traumatik yang mengakar dalam hati sanubarinya atau alam bawah sadarnya.
Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa anak yang dijaga originalitas
kepribadiannya akan tumbuh secara alamiah menuju tahap-tahap perkembangan kepribadian
yang lebih baik. Semua ini dilakukan oleh anak yang bersangkutan dengan tanpa beban dan
tanpa tekanan mental dari pihak manapun, sehingga nuansa kebebasan yang diperolehnya
semakin mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya.
Intensnya Hubungan Orang Tua (Wali Murid) Dengan Guru Di PAUD

Umumnya, orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak didik masih menjalani
komunikasi intens dengan pihak sekolah jika anak yang diasuhnya masih berada di
lingkungan lembaga PAUD. Dalam hal ini, secara tidak disengaja telah terjadi interaksi yang
sangat intens antara anak didik, guru dan orang tua. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk
mengarahkan tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga anak
didik akan terjauh dari gangguan mental dan perilaku bermasalah dan mempercepat
pertumbuhannya

Persiapan Mental Memasuki Sekolah Dasar


Lembaga PAUD sekarang ini telah mendapat tuntutan secara tidak langsung dari berbagai
sekolah dasar (SD), terutama sekolah-sekolah dasar unggulan agar lulusan PAUD
mempunyai kompetensi akademik yang baik. Mengahadapi problematik ini, keberadaan
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan, baik oleh anak didik maupun orang tua murid.
Pasalnya, anak didik sering kali belum siap menempuh pendidikan pada jenjang diatasnya,
meskipun semua kompetensi telah dimiliki. Dalam hal ini, pendidik sekaligus konselor
bertugas untuk membekali anak didiknya dengan penguatan mental secukupnya.

E. Prinsip-prinsip bimbingan perkembangan

Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan konseling
prinsip-prinsip pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah konseli, tujuan
dan proses penanganan masalah, program pelayanan, dan penyelenggaraan pelayanan.

Berikut ini merupakan prinsip layanan bimbingan dan konseling ( Bernarn & Fullmer, 1969
dan

1979;

1.

Crow

Prinsip-prinsip

&

Crow,

1960;

Berkenaan

Miller

&

dengan

Fruehling,

Sasaran

1978)

Pelayanan

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan
muupun kelompok. Setiap individu memiliki keunikan tersendiri yang harus dipahami oleh
konselor. Individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam hal jenis kelamin, umur, status sosial,
ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat, jabatan, minat, bakat, dan sebagainya. Variasi dan
keunikan individual, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam
perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan
konseling

sebagai

berikut:

a. Bimbingan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku,
bangsa, agama, dan status sosial ekonomi individu yang akan diberikan layanan.

b. Bimbingan dan konseling berkaitan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk
dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling
perlu

menjangkau

keunikan

dan

kekompleksan

pribadi

individu.

c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu
itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan,
kelemahan,

dan

permasalahan

yang

sedang

dihadapi

oleh

individu

bersangkutan.

d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung faktor-faktor
yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang.
Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan
penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus mempertimbangkan berbagai
aspek

perkembangan

individu.

e. Perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya memberikan
bantuan atau bimbingan kepada individu- individu tertentu, baik individu itu anak-anak, remaja,
ataupun

2.

orang

Prinsip-prinsip

Berkenaan

dewasa.

dengan

Masalah

Individu

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu
positif. Faktor-faktor yang negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu. Secara ideal pelayanan bimbingan dan
konseling ingin membantu semua individu dengan berbagai masalah yang sedang dihadapinya
yang tentunya permasalahan setiap individu itu berbeda-beda. Prinsip-prinsip yang berkenaan
dengan

hal

tersebut

adalah:

f. Meskipun pelayanan bimbingan koseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan
dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan konseling pada umumnya dibatasi hanya pada
hal-hal yang menyakut kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian diri terhadap
lingkungan dimana individu itu berada, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap
kondisi

3.

mental

Prinsip-prinsip

dan

Berkenaan

fisik

dengan

Program

individu.

Layanan

Kegiatan pelayanan bimbingan konseling daoat diselenggarakan secara incidental, maupun


terprogram. Pelayanan incidental diberikan kepada konseli yang secara langsung (tidak
terprogram atau terjadwal) kepada konselor untuk meminta bantuan. Konselor langsung
memberikan bantuan kepada konseli sesuao dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh
konseli.

Konselor dituntut untuk dapat menyusun program pelayanan bimbingan dan konseling.
Program ini berorientasi pada seluruh warga lembaga dimana tempat konselor bertugas
(misalnya sekolah atau kantor) dengan memperhatikan variasi maslah yang mungkin akan
muncul dan jenis layanan yang dapat diselenggaraka, rentangn dan unit waktu yang tersedia
(misalnya semester dan bulan), ketersediaanstaf, kemungkinan hubungan antarpersonal dan
lembaga, dan faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangakan di lembaga

bersangkuta. Prinsip-prinsip program layanan bimbingan dan konseling itu adalah :

h. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari prroses pendidikan dan
perkembangan. Oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan
sejalan

dengan

program

pendidikan

dan

perkembangan

secara

utuh.

i. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga
(misalnya

sekolah),

kebutuhan

individu

dan

masyarakat.

j. Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara


berkesinambungan

kepada

anak-anak

sampai

dengan

orang

dewasa.

k. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konselig hendaknya diadakan penilaian yang teratur
untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yag diperoleh, serta mengetahui kesesuaian
antara

4.

program

Prinsip-prinsip

yang

Berkenaan

direncanakan

dengan

dan

pelaksanaannya,

Pelaksanaan

Layanan

Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang terprogram atau incidental)
dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan
melalui proses tertentu oleh seorang konselor. Dalam pelaksanaan program bimbingan dan
konseling konselor perlu mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari dalam
lembaga maupun dari luar lembaga agar tercapainya perkembangan peserta didik secara
optimal.

F. Unsur-unsur lingkungan perkembangan


1. Unsur-Unsur Bimbingan Dan Konseling
Bidang-bidang bimbingan, yaitu:
bimbingan pribadi
beberapa masalah pribadi menimbulkan konflik,misalnya antara
intelektual dan emosi, bakat dan aspirasi lingkungan, antar kehendak,
antar situasi.
Menurut downing,layanan bimbingan pribadi bermanfaat terutama dalam
membantu menciptakan hubungan sosial yang
menyenangkan,menstimulasi siswa meningkatkan partisipasi,
mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, meninggalkan
motivasi belajar dan menstimulasi tumbuhnya minat bakatnya.

Bimbingan sosial
Tujuan bimbingan yang agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan
kelompok,sehingga tercipta belajar mengajar yang kondusif.
Menurut abu ahmadi,bimbingan sosial dimaksutkan untuk memperoleh kelompok
belajar dan bermain,persahabatan dan kelompok sosial yang sesuai dan yang akan
membantu dalam menyelasaikan masalah tertentu.
Bimbingan belajar
Bimbingan belajar bertujuan mengatasi masalah kegiatan belajar didalam atau diluar
sekolah,meliputi bimbingan cara belajar (kelompok atau individual), merencanakan
waktu dan kegiatan belajar,kesulitan dalam mata pelajaran tertentu,dan hal yang
berkaitan dengan cara,proses,prosedur dalam belajar.

You might also like