Professional Documents
Culture Documents
Dasar Hukum
Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji
Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No : 23 tahun 1992
tentang kesehatan, pada BAB IV tugas dan tanggung jawab pasal 6 yang menyatakan
: Pemerintah bertugas mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No : 62 tahun 1995 tentang
pelaksanaan pemeriksaan penyelenggaraan urusan haji bab IV pasal 12 yang
menyebutkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan haji dilakukan oleh Departemen
Kesehatan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No.2 tahun
1992 tentang penyelenggaraan urusan haji pada pasal 8 menyebutkan setiap warga
negara yang akan menunaikan ibadah haji, harus memenuhi persyaratan yaitu sehat
jasmani dan rohani. Pasal 9 menyatakan calon jemaah haji harus memenuhi syarat
kesehatan yang ditentukan dan calon haji yang mengidap penyakit karantina atau
penyakit menular menurut undang-undang yang berlaku ditunda keberangkatannya.14
Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji adalah
berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan RI No.1117/Menkes/ SK/XII/1992
Universitas Sumatera Utar
ba hwa pengamanan kesehatan haji Indonesia terdiri dari kegiatan kegiatan sebagai
berikut :4
a. Pemeriksaan kesehatan
Rangkaian pemeriksaan kesehatan seluruh jemaah haji pada saat kedatangan
di Embarkasi adalah sebagai berikut :
a.1.Pemeriksaan dokumen kesehatan ( Buku Kesehatan Jemaah Haji dan Surat
Keterangan Imunisasi Meningitis / ICV ).
a.2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang terdiri dari :
a.2.1.Pemeriksaan Fisik
a.2.1.Pemeriksaan Penunjang ( Kadar Gula Darah, EKG, Planotest bagi CJH
Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur).
b. Pembinaan kesehatan
Pembinaan kesehatan merupakan sarana mencapai kondisi kesehatan optimal
hingga menjelang keberangkatan. Bimbingan dan penyuluhan dapat dengan cara-cara
promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian
jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan
ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh kepada kesehatan, manajemen
berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis). Penyuluhan
kesehatan juga dapat dilakukan pada saat jemaah yang sakit datang meminta
3,4 pelayanan
kesehatan.
c. Pelayanan medis
Universitas Sumatera Utar
Embarkasi/Debarkasi
d. Pengamatan penyakit
Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara
sistimatis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan
jemaah haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah - masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi meliputi 3,14,17
d.1. Surveilans Epidemiologi Jemaah Haji Risiko Tinggi.
Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010
bahwa penderita hipertensi dengan umur < 40 tahun berjumlah 27 orang, 40-49 tahun
berjumlah 146 orang, 50-59 tahun berjumlah 371 orang dan = 60 t ahun ber ju mla h
415 orang.
Universitas Sumatera Utar
vektor serangga
Unsur tim pengamanan kesehatan haji tingkat propinsi antara lain Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Universitas Sumatera Utar
U tara, Dinas Kesehatan Kota Medan dan RS Haji Mina Medan. Dalam melaksanakan
tugasnya KKP bertanggungjawab kepada Departemen Kesehatan RI.14
b. 1. Anamnesis
b.2. Pemeriksaan Fisik
b.3. Tes Fungsional
Untuk CJH lansia (Usia = 60 t ahun ), dilakukan Tes Fungsional Barthel
Indeks dimana untuk menilai kesanggupan melakukan aktifitas sehari-hari.Hasil
penilaian berupa ukuran kesanggupan: mandiri, perlu pendamping/pengawas,
perlu bantuan/ketergantungan.Adapun yang dinilai adalah fungsi perawatan
diri,fungsi kerumahtanggaan dalam melakukan aktifitas sehari hari dan fungsi
perilaku.
b.4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk CJH berusia = 4 0 t ahu n d i laku k a n p e mer ik s aan Rad io lo g i, Darah
Sewaktu (GDS), Kolesterol dan EKG.Untuk CJH Wanita Usia Subur (WUS) dan
Pasangan Usia Subur (PUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan. Untuk CJH
yang bertugas sebagai pendamping dilakukan tes kebugaran.
b.4.1.Laboratorium Klinik
b.4.2. Radiologi
b.4.3. EKG
b.4.4.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard
Tes Kebugaran berfungsi untuk mengetahui tingkat kebugaran. Harvard
Test Step adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik
turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan
parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan
Universitas Sumatera Utar
f isik seorang CJH untuk melakukan thawaf dan sai sebagai ritual/rukun ibadah
haji. Kontraindikasi Harvard Test Step adalah penderita penyakit jantung dan paru.
c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan disimpan di Puskesmas.
d. Cataan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH).
BKJH diisi setelah CJH mendapatkan bukti pelunasan Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH) atau terdaftar di SISKOHAT.
e. BKJH disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk
selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksaan Kesehatan Kedua.
f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.
g. Untuk kepentingan pembinaan , pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang
sesuai dengan kebutuhan.
h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan kesehatan bagi
calon jemaah haji dan melaporkan hasil pemeriksaan calon jemaah haji ke Dinas
Kabupaten/Kota.
2.2.2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua.
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan
rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara
epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan
ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi (risti). Pemeriksaan Kesehatan Kedua
dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan Kedua di rumah sakit yang
ditunjuk.Penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Universitas Sumatera Utar
2 .Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri
mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat.
3.Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti
perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain.
4.Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi
syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan
kedua.
b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan.
b.1.Peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis jenis penyakit menular
tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk keluar masuk
antar negara.
b.2. Ketentuan Keselamatan Penerbangan
a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian.
b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu.
c.Imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin ACW135Y,
dibuktikan dengan Kartu ICV (international Certificate of Vaccination).
d.Calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila :
1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda.
2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di
Embarkasi.
3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan.5,18
2.3. Pembinaan Kesehatan
Universitas Sumatera Utar
4. L ontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke
Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan
berdesakan saat melontar jumroh.6
s ebagai Silent Killer karena tidak ditemukan tandatanda fisik, individu dengan
tekanan darah >160/95 mmHg memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena
penyakit jantung dan 3 kali lebih tinggi untuk terkena stoke. Prevalensi hipertensi di
dunia sekitar 5- 18 %, sedangkan di Indonesia 6- 15 %. Sekitar 25- 37% jemaah haji
asal Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyebab
11,20 kematian
a. O ptimal yaitu tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik <
80 mmHg.
b. Normal yaitu tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan tekanan darah diastolik <
85 mmHg.
c. Normal tinggi yaitu tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 85-89 mmHg.
d. Hipertensi Ringan atau Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140-149 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.
e. Hipertensi Sedang atau Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan
tekanan darah diastolik 100-109 mmHg.
f. Hipertensi Berat atau Derajat 3 yaitu tekanan darah sistolik =18 0 mmHg dan
tekanan darah diastolik = 110 mmHg.
Berdasarkan tingginya tekanan sistolik, The Seven Of The Joint National
Comitte on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(JNC VII) tahun 2003, membagi hipertensi sebagai berikut :
a. Normal bila tekanan darah sistolik 90 120 mmHg dan diastolik 60 80
mmHg,
b. Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120 139 mmHg dan diastolik 80
89 mmHg,
c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 159 mmHg dan
diastolik 90-99 mmHg
d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik = 160 mmHg dan diastolik =
100 mmHg.
Universitas Sumatera Utar
m udah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunangkunang,susah tidur dan pusing.22
2.5.3. Determinan Hipertensi
2.5.3.1.Faktor Yang Tidak Dapat Diubah
a.Genetik
Penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan
faktor risiko mengalami hipertensi dikemudian hari dan dinyatakan pula bahwa bila
salah satu orang tua menderita hipertensi, maka mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi dibanding dengan orang yang kedua orang tuanya normal.24
b.Umur dan Jenis Kelamin
Pada umumnya ditemukan peningkatan tekanan darah menurut peningkatan
usia dimulai sejak umur 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Nursanty (2005)
karakteristik penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda
Medan tahun 2003 2004, bahwa proporsi penderita hipertensi pada kelompok umur
= 40 tahun 98,7 % (231 Orang).11,25
Menurut penelitian Mukhtar D (2007) menemukan bahwa prevalensi
penderita hipertensi pada perempuan usia 60-79 tahun sebesar 63% dan > 80 tahun
sebesar 74% dan diruang Rawat Akut Geriatri, persentase pasien perempuan dengan
hipertensi adalah 62,5%. Studi Cardiovascular Disease Framingham melaporkan
bahwa 90% usia pertengahan dan usia lanjut mengalami hipertensi. Ditemukan
kecenderungan peningkatan prevalensi penderita hipertensi menurut peningkatan
usia, tingkat prevalensi sebesar 6-15%.26
c.Ras atau Suku Bangsa
Universitas Sumatera Utar
c. Kebiasaan Merokok
Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan
terjadinya thrombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu
rokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkann kadar
kolesterol baik (HDL). Telah diketahui juga bahwa akibat merokok, menyebabkan
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Rokok juga dapat menyebabkan
pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar oleh nikotin
akhirnya viskositas darah meningkat dan menimbulkan hipertensi.20,27
Menurut penelitian Martini (2006) ditemukan bahwa faktor risiko yang
signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap per hari 1020 batang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari lebih
berpengaruh terhadap risiko kejadian hipertensi dibandingkan lama kebiasaan
merokok. Penelitian ini mendukung penelitian Niskanen dkk (2004) adapun
karakteristik dari merokok yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
Universitas Sumatera Utar
h ipertensi adalah umur pertama kali mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap
28 perhari dan lama lama kebiasaan merokok telah dijalani.
d. Konsumsi Kopi
Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya
tekanan darah.Pada umumnya yang mempunyai kebiasaan merokok juga suka minum
kopi.
e. Konsumsi Alkohol
Alkohol yang diminim terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan
metabolisme karbohidrat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan
menimbulkan thrombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam
jumlah besar dapat mengakibatkan hipertensi.21
Prevalensi penderita hipertensi dimasyarakat disebabkan oleh konsumsi
alkohol sekitar 5-7%. Konsumsi alcohol sebanyak 3 sloki per hari merupakan ambang
bagi kenaikan tekanan darah, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah 3
mmHg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi alkohol
dapat menurunkan tekanan sistolik 4-8 mmHg.27
f. Stress Psikososial
Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh.Pada saat stres
respons syaraf simpatis memicu peningkatan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress berkepanjangan tekanan darah akan tetap tinggi.22
g. Kurang Olah Raga
Universitas Sumatera Utar
2.6.1.Pencegahan primer
Pencegahan Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari
diri dari berbagai faktor risiko.Dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengkonsumsi makanan sehat dan mengurangi garam
b Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang, tidak
usah tergesa-gesa dan berdesakkan.
c. Kegiatan fisik dalam rangka menunaikan ibadah sunah disesuaikan dengan
2
.
6
.
U
p
a
y
a
P
e
n
c
e
g
a
h
a
n
kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari
mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit
diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan.
d. Istirahat yang cukup.
e. Olah Raga teratur jalan kaki lebih kurang 30 menit sehari.
Universitas Sumatera Utar
f . Tidak merokok.
g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi dari orang
lain (batuk,pilek,demam) yang semua itu dapat meningkatkan denyut jantung
menjadi lebih cepat dan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bahkan sesak
nafas.
2.6.2.Pencegahan Sekunder
Pencegahan Sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini
suatu penyakit pada awal masa sakit berupa screening (penyaringan), hal ini dapat
dilihat pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Bagi calon jemaah haji yang
terdeteksi menderita hipertensi agar melakukan tindakan pengobatan secara teratur
sehingga memungkinkan menjalankan ibadah haji dengan kondisi prima. Jemaah haji
hipertensi sebaiknya rutin mengontrol tekanan darah pada dokter kloter masingmasing (konsultasi) dan bawalah obat anti hipertensi bila bepergian dan minum
secara teratur.
2.6.3.Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat, kecacatan dan kematian. Untuk jemaah haji hipertensi agar tetap
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala dan berobat secara teratur.
Dengan demikian kondisi fisik dapat dipertahankan secara optimal baik sebelum,
.4,10,19 selama