You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita tentunya telah mengetahui, bahwa kurikulum menunjukkan semua
pengalaman belajar siswa di sekolah. Atas dasar pandangan tersebut, diperoleh
kesan bahwa sekolah dapat dipandang sebagai miniatur masyarakat, karena di
dalam lingkungan sekolah murid mempelajari segi-segi kehidupan sosial, seperti
norma-norma, nilai-nilai, adat istiadat, gotong-royong atau kerja sama, dan
sebagainya. Semua ini mirip dengan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Dengan demikian proses pendidikan dapat diarahkan kepada pembentukan
pribadi anak secara utuh, dan ini dicapai melalui kurikulum sekolah.
Dari kajian di atas ternyata pengertian kurikulum itu sangat luas; yakni
pengalaman belajar murid. Keluasan ini pada akhirnya dapat membingungkan
para guru dalam mengembangkan kurikulum, sehingga akan menyulitkan dalam
perencanaan pengajarannya.
Ildataba mencoba memandang kurikulum dari sisi lain. Dia menganggap
bahwa suatu kurikulum biasanya terdiri atas tujuan, isi, pola belajar-mengajar, dan
evaluasi. Pandangan Taba tentang kurikulum yang lebih fungsional ini diikuti oleh
tokoh-tokoh lain, diantaranya adalah Ralph W. Tyler. Menurut Tyler, ada beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan
pengajaran, yaitu:
1) Tujuan apa yang ingin dicapai?
2) Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?
3) Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?
4) Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?
Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak terbatas hanya
pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula
diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi atau pengajaran di suatu
sekolah. Demikian pula kurikulum, dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu

sekolah, kurikulum bidang studi atau pun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran
tertentu. Komponen-komponen Kurikulum yaitu:
1) Komponen tujuan
2) Komponen isi
3) Komponen metode proses belajar-mengajar
4) Komponen evaluasi atau penilaian
Atas dasar pandangan tersebut, kita sebagai guru dapat mengembangkan
kurikulum untuk berbagai tujuan. Maka dari itu penyusun tertarik untuk
menyusun makalah yang berjudul Fungsi Kurikulum bagi Guru
1.2 Permasalahan
Permsalahan yang akan dibahas dalam makalah ini secara spesifik adalah
fungsi kurikulum dari guru, tetapi akan beberapa hal lain selain fungsi kurikulum
antara bagi guru, antara lain:
1.

Apakah Pengertian Kurikulum?

2. Bagaimana Fungsi kurikulum bagi guru itu sendiri?


3. Bagaimana peran Guru sebagai pengembang kurikulum?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Kurikulum
2. Agar setiap calon pendidik dapat mengetahui fungsi kurikulum bagi guru.
3. Agar dapat mengetahui peran guru sebagai pengembang kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum
Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa
ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah
kurikulum berasal dari bahas latin, yakni Curriculae, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh

ijazah.

Dengan menempuh

suatu kurikulum,

siswa dapat

memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat
ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi populer
sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh
pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar
pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah rencana pelajaran pada
hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut ini.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang
tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis
dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi. pelajaran yang disampaikan
kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna
baginya.
3

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program


pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu
para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus
disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak
terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan
lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif.
Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa
direncanakan dalam suatu kurikulum.
Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum
lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih
menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah
satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,
activities, and experiences which pupils have under direction of
the school, whether in the classroom or not (Romine, 1945,h.14).
Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (UndangUndang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang


mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian
dilakukan evaluasi. (Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang
Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan).
Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik garis
besar pengertian kurikulum yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
2.2 Fungsi Kurikulum Bagi guru
Dapat dikatakan bahwa kurikulum bagi seorang guru diibaratkan sebagai
kompas, yakni kurikulum adalah pedoman bagi guru dalam usaha kegiatan belajar
mengajar. Seperti diketahui bahwa setiap proses pembelajaran memiliki target
capaian berupa tujuan. Dengan kata lain, tujuan pendidikan dan pengajaran telah
harus diketahui oleh guru sebelum mengajar. Oleh karena itu sebelum mengajar,
guru sudah harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, termasuk
strategi yang tepat dari mata pelajaran yang akan disajikan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Abdurrahman (1994:93) mengemukakan, untuk mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, diperlukan adanya strategi
belajar mengajar yang tepat. Untuk itu harus dilakukan telaah, perkiraan dan
perencanaan yang baik, dengan kata lain, pendidikan dan pengajaran harus
dikelola dan direncanakan dengan baik.
Namun bagi guru baru, diingatkan oleh Dakir (2004) bahwa sebelum
mengajar pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya. Setelah
itu barulah Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan selanjutnya guru
mencari berbagai sumber yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
Secara keseluruhan, kurukulum dibutuhkan oleh guru sebagai pedoman, baiak
sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ataupun pada saat proses belajar
5

mengajar, dan bahkan sesudah proses pembelajaran tersebut berlangsung.


Nurdin dan Usman (2002) mengemukakan bahwa salah satu tahapan mengajar
yang harus dilalui oleh guru profesional adalah menyusun perencanaan
pengajaran atau dengan kata lain disebut dengan mendesain program pengajaran.
Setyiap guru dituntut untuk mampu menyusun rencana pembelajaran yang akan
lakukan di kelas. Secara detail guru seharusnya telah memiliki tahapan yang jelas
tentang kegiatan yang akan dilakukannya sepanjang dia berada di kelas. Hal ini
tidak hanya membantu guru di dalam mengajar, tetapi juga akan membantu guru
dalam mengelola kelas secara efektif dan efisien.
Dalam implementasi kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, mendesain
program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil
belajar siswa merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tak
terpisah satu sama lainnya (terpadu).
Guru merupakan pendidik profesional, yang mana secara implisit ia telah
merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan. dipundak
orang tua. Para orangtua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus
berarti pelimpahan sebagian tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru,
tentunya orang tua mengharapkan agar anaknya akan menemukan guru yang baik,
berkompetensi dan berkualitas.
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah;

Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasi pengalaman


belajar para anak didik.

Sebagai pedoman dalam mengadakan evaluasi terhadap perkembangan


anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan
Dengan adanya kurikulum sudah tentu tugas guru sebagai pengajar dan

pendidik lebih terarah. Pendidik merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dan sangat penting dalam proses pendidikan dan merupakan salah
satu komponen yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam
pendidikan.

Kurikulum merupakan alat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan


dapat meringankan sebagian tugas pendidik dalam proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien, karena itu kurikulum mempunyai fungsi sebagai pedoman.
Pedoman yang dijadikan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena
memuat tentang jenis-jenis program apa yang dilaksanakan di sekolah, bagaimana
menyelenggarakan jenis program, siapa yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaannya dan perlengkapan apa yang dibutuhkan.

2.3 Peran guru sebagai pengembangan kurikulum


Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala
tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya,
tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan
berlangsung secara efektif.
Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah hal
yang mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro,
kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta
didik sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh karena itu, proses
mendesain dan merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan sistem nilai
(value system) yang berlaku beserta perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat itu. Disamping itu oleh karena kurikulum juga harus berfungsi
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan
bakat dan minatnya, maka proses pengembangannya juga harus memperhatikan
segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan-persoalan tersebut yang
mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum
harus secara terus menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya
selalu relevan dengan tuntutan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai
dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen
kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai
implementasi

adalah

realisasi

dari

pedoman

tersebut

dalam

kegiatan

pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi


kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh
kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan
bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa
kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru
dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih
berperan banyak dalam tataran kelas.
Murray Printr mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut :
1. Implementers
guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam
melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus
kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis
yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan
yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan
daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka
tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah.
Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya
bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas
keseharian.
2. adapters
lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetaou juga sebagai
penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan
daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada
dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan
8

kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi
sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan
waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh
guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan
dengan peran guru sebagai implementers.
3. pengembang kurikulum
guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja
dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga
dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana
mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru
dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah,
serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
4. peneliti kurikulum (curriculum researcher)
Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki
tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya

sebagai guru. Dalam

melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk


menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan
kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran
dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti
kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah metode penelitian yang berangkat dari
masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui PTK, guru
berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, dengan PTK bukan saja
dapat menambah wawasan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, akan
tetapi secara terus menerus guru dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.

Sedangkan lesson study adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/
sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata
pelajaran yang sama/guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya),
merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran
yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang
dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan
setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru
saja dilakukan. (Ridwan Johawarman, dalam Sumardi, 2009).
Dunia pendidikan di Indonesia sudah mengalami beberapa perubahan kurikulum.
Hal ini bukan berarti ganti menteri pendidikan ganti kurikulum, seperti pendapat
sebagian guru, melainkan kurikulum harus selalu berubah sesuai dengan tuntutan
jaman.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum, dan standar
kompetensi,

di

setempat. Dengan

bawah
adanya

koordinasi
otonomi

dan

supervisi
sekolah

dinas

pendidikan

memotivasi

guru

untuk mengubah paradigma sebagai curriculum user menjadi curriculum


developer. Guru mampu keluar dari kultur kerja konvensional menjadi kultur
kerja kontemporer yang dinamis, dan guru mampu memainkan peran sebagai
agent of change.

10

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna
manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga
sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak
akan berlangsung secara efektif.
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum
sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah
dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai
implementasi

adalah

realisasi

dari

pedoman

tersebut

dalam

kegiatan

pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi


kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh
kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan
bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa
kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru
dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih
berperan banyak dalam tataran kelas. Murray Printr mencatat peran guru dalam
level ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum
yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima
berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum
guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum
bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh
karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat
kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah.
Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar

11

dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas


rutin atau tugas keseharian.
2. Peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana
kurikulum, akan tetaou juga sebagai penyelaras kurikulum dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi
kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan
karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan
kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan
standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana
implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya
seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai
adapters

lebih

luas

dibandingkan

dengan

peran

guru

sebagai

implementers.
3. Peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam
mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan
dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan
strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur
keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat
menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah,
serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
4. Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum
researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional
guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru
memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum,
misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program,
menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target
kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum
adalah PTK dan Lesson Study.

12

3.2 Saran
Agar tercapai tujuan pendidikan di Indonesia secara merata dan supaya
mutu pendidikan di negara kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya sekiranya
perlu diadakan pembenahan beberapa hal antara lain :
1. Ditinjau kembali isi dan tujuan dari kurikulum yang saat ini digunakan di
dunia pendidikan.
2. Lebih ditingkatkan peran aktif dan tanggung jawab pemerhati sekolah
disetiap satuan pendidikan.
3. Meningkatkan lagi kemampuan guru dalam menyusun komponenkonponen kurikulum.
4. Lebih ditngkatkan lagi pemahaman guru akan fungsi dan manfaat
kurikulum itu sendiri.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, Insya Allah mutu pendidikan di
Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.

13

DAFTAR PUSTAKA

Paul Suparno, SJ, R. Rohadi, G. Sukadi dan St. Kartono, Reformasi Pendidkan,
Yogyakarta : Kanisius, 2006
Dr. Abdullah Idi, M.Ed., Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Yogyakarta : Ar-ruzz Medra, 2007
Nugroho, Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Berbasis
Stakeholders, 2008
Prof. Dr. S. Nasution, M. A. 2008. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara

14

FUNGSI KURIKULUM SEORANG BAGI GURU


Disusun
Oleh:
Maskur
Muhadi
M. Azkia
Ari Suhada
Rahmat Iqbal
Dede Ramadhan
Andri Syahputra

Program Studi Penjaskesrek


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Darusalam
2014
15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Sang Illahi Robbi yang mana atas berkat dan RahmatNyalah kami bisa menyelesaikan makalah ini, tak lupa sholawat dan salam
marilah kita limpah curahkan kepada nabi besar kita Yakni Nabi Muhammad
SAW, tanpa adanya beliau mungkinkah kita terbebas dari zaman kebodohan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang pengertian dan fungsi
kurikulum bagi guru, makalah ini kami tujukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, dengan dosen pengasuh Akhmad
Kamil, S.Pd., M.Si.. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
yang membutuhkan baik bagi dunia pendidikan ataupun para akademisi yang
ingin meningkatkan atas pengetahuanya walaupun dengan segala keterbatasanya
artikel ini dalam memberikan informasi, apabila ada kesalahan dalam artikel ini
kami mohon maaf yang sebesar besarnya, karena kealpaan, kehilafan itu adalah
sifat manusia yang nyata didunia, maka segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kemajuan, sangat kami harapkan.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wasalamualaikum wr.bb.

i
16

Daftar isi
KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................

1.2 Rumusan Masalah.................................................................

1.3 Tujuan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................

2.1 Pengertian Kurikulum...........................................................

2.2 Fungsi Kurikulum bagi Guru................................................

2.3 peran guru sebagai pengembang kurikulum..........................

BAB III PENUTUP...............................................................................

11

3.1 Kesimpulan............................................................................

11

3.2 Saran......................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

14

ii
17

You might also like