Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Bernanda Andrilyus Pelafu 462007039
Disetujui di Semarang,
11 Maret 2010
Nurse educator
I.
Latar Belakang
II.
Tujuan
attitude.
III.
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Stroke bukan merupakan penyakit tunggal tetapi
merupakan kumpulan tanda dan gejala dari beberapa
penyakit diantaranya ; hipertensi, penyakit jantung,
peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus, dan
penyakit vaskuler perifer (Markus 2001). Stroke adalah
serangan otak yang timbul secara mendadak dimana
terjadi gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh
sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di
otak sehingga menyebabkan sel-sel otak kekurangan
darah, oksigen atau zat - zat makanan dan akhirnya
dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu
relatif singkat. (Yayasan Stroke Indonesia 2009).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Stroke Hemoragik (SH) adalah
penurunan
neurologis
otak
yang
terjadi
secara
B. Etiologi
Menurut Sylvia dan Lorraine (2006), SH terjadi akibat :
1. Perdarahan intraserebrum hipertensif.
2. Perdarahan subaraknoid (PSA): ruptura aneurisma
secular (berry), rupture malformasi arteriovena
(MAV), trauma.
3. Penyalahgunaan kokain, amfetamin
4. Perdarahan akibat tumor otak
5. Infark hemoragik
6. Penyakit perdarahan sistemik termasuk penggunaan
obat antikoagulan.
C. Patofisiologi
aneurisme
ini,
sehingga
dapat
terjadi
subaraknoid
sering
dikaitkan
dengan
atau
gangguan
perdarahan
penekanan
mesensefalon,
atau
mungkin
gejala-gejala
klinis
yang
nyata.
10
11
D. Pohon masalah
aneurisma
Perdarahan serebri
TIK
Nyeri
Iskemia
anoksia
Metabolisme anaerob
Metabolit asam
Acidosis lokal
Edema intrasel
Edema Ekstrasel
Lesi Korteks
Lesi di Kapsul
Gangguan bicara/penglihatan,
Gangguan mobilisasi
13
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada klien SH seperti:
1. Pengaruh terhadap status mental:
a. Tidak sadar : 30% - 40%
b. Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
2. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan
menimbulkan:
a. Hemiplegia
kontralateral
yang
disertai
hemianesthesia (30%-80%)
b. Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
14
c. Apraksia
bila
mengenai
hemisfer
non
dominant(30%)
3. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
a. hemiplegia
dan
hemianesthesia
kontralateral
kemungkinan
terjatuh
ke
sisi
yang
berlawanan
2. Stroke hemisfer kiri
a. Mengalami hemiparese kanan
b. Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
c. Kelainan bidang pandang sebelah kanan
d. Disfagia global
e. Afasia
f. Mudah frustasi
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan
adalah :
1. laboratorium:
mengarah
pada
pemeriksaan
darah
untuk
mengetahui
adanya
edema,
infark,
tekanan
meningkat
dan
cairan
yang
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan penderita dengan SH adalah sebagai
berikut:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi
miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi
bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang
adekuat, bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan.
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu
lakukan kateterisasi
18
neuroprotektor,
intraven,
diuretic,
dengan pemberian
antikoagulan,
antihipertensi,
dan
trombolisis
tindakan
19
H. Proses keperawatan
1. Pengkajian data keperawatan
a. Identitas klien: Meliputi nama, umur (kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama: Biasanya didapatkan kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
c. Riwayat
penyakit
sekarang:
Serangan
stroke
kepala,
penggunaan
kontrasepsi
obat-obat
anti
oral
yang
koagulan,
lama,
aspirin,
Pada
pola
sensori
penglihatan/
klien
mengalami
kekaburan
pandangan,
biasanya
memecahkan
mengalami
masalah
karena
kesulitan
untuk
gangguan
proses
dan
kepercayaan:
Klien
biasanya
jarang
umum:
mengelami
penurunan
bicara/afasia:
tanda-tanda
vital:
TD
dada:
Pada
pernafasan
kadang
24
ekstremitas:
Sering
didapatkan
nervus
cranialis:
Umumnya
motorik:Hampir
selalu
terjadi
sensorik:
Dapat
terjadi
hemihipestesi.
25
kembali
didahuli
dengan
refleks
26
2. Analisa Data
No
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
DIAGNOSA
KEPERAWATA
1.
Subyektif (S) :
1. Klien mengatakan nyeri
Gangguan rasa
nyaman; nyeri
Peningkatan TIK
Gangguan rasa
nyaman; nyeri
berhubungan den
P,Q,R,S,T.
peningkatan TIK
Obyektif (O) :
1. Klien tampak mengerutkan
muka dan memegang
kepala.
2. Tangan tampak
menggenggam erat.
27
2.
Subyektif (S) :
1.
Gangguan
Perdarahan
Gangguan perfusi
perfusi jaringan
intracerebral
otak
Obyektif (O) :
berhubungan den
perdarahan
1. Penurunan kesadaran
intracerebral
2. Kelemahan/kelumpuhan.
3. Hasil tes diagnostik
3.
Subyektif (S) :
1. Klien mengatakab tidak
Gangguan
mobilitas fisik
fisik berhubungan
mampu
dengan
bergerak/menggerakan
hemiparese/hemi
ekstermitas.
28
Obyektif (O) :
1. Hanya terbaring di tempat
tidur.
2. Aktivitas dibantu
4.
Subyektif (S) :
1. Klien mengatakan kabur
Gangguan
Penurunan sensori,
Gangguan perseps
melihat tulisan/kata-kata
dengan penuruna
Obyektif (O) :.
sensori, penuruna
penglihatan
2. Kurang konsentrasi
5.
Subyektif (S):
1.
Obyektif (O):
Gangguan
penurunan sirkulasi
angguan komuni
komunikasi
darah otak
verbal berhubung
verbal
dengan penuruna
29
1. Bicara pelo/afasia
Obyektif (O):
Resiko
Kelemahan otot
Resiko gangguan
gangguan
mengunyah dan
nutrisi berhubung
nutrisi
menelan
dengan kelemaha
otot mengunyah
7.
Subyektif (S):
1. Klien mengatakan belum
menelan
Kurangnya
pemenuhan
hemiparese/hemiplegi
Kurangnya
pemenuhan peraw
30
1. Bau badan
hemiparese/hemi
Subyektif (S):
1. Klien mengatakan sulit
menggerakan anggota
tubuhnya
Resiko
Resiko gangguan
gangguan
integritas kulit ya
integritas kulit
berhubungan tira
baring lama
Obyektif (O):
1. Klien hanya berada di
tempat tidur.
2. Tidak mampu mobilisasi
31
9.
Suyektif (S):
1. Klien mengatakan sulit
menelan
Obyektif (O):
Resiko
Penurunan refleks
Resiko
ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
yang berhubunga
1. Batuk inefektif
dengan penuruna
Gangguan
Gangguan elimin
eliminasi uri
neuron
uri (inkontinensia
(inkontinensia
yang berhubunga
urin)
32
3. Intervensi Keperawatan
N
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
INTERVENSI
RASIONAL
DAN TUJUAN
1.
Gangguan perfusi
1. Berikan penjelasan
berhubungan
tentang sebab-sebab
dengan perdarahan
intracerebral.
akibatnya.
Tujuan: setelah
melakukan
tindakan
1.
2.
3.
33
keperawatan selama
kelain tekanan
yang tepat.
jaringan otak
4.
tercapai maksimal
ditandai dengan:
1. Klien tidak
serebral
gelisah
2. Tidak ada
5.
keluhan nyeri
kepala, mual,
mengejan berlebihan
perdarahan ulang.
kejang.
6. Ciptakan lingkungan
6.
3. GCS 456
4. Pupil isokor,
pengunjung
kenaikan TIK.
34
7.
Diagnosa
Keperawatan :
Gangguan rasa
nyaman Nyeri
nyaman, usahakan
berhubungan
dengan nyeri
tenang.
berhubungan
dengan peningkatan
3. Alihkan perhatian
pasien dari rasa nyeri.
35
TIK .
4. Kolaborasi berikan
Tujuan: Rasa
obat-obat analgetik
nyaman pasien
terpenuhi.
Kriteria hasil :
nyeri berkurang.
Nyeri berkurang
atau hilang.
3.
Diagnosa
Keperawatan :
Gangguan mobilitas
1.
jam
fisik berhubungan
dengan
hemiparese/hemipla
36
gia.
Tujuan: setelah
melakukan tindakan
sakit
keperawatan Klien
mampu
melaksanakan
fisik klien.
4.
37
kekuatan otot.
3. Klien
menunjukkan
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas.
4.
Diagnosa
Keperawatan:
1. Tentukan kondisi
1.
patologis klien
Gangguan persepsi
sensori
baerhubungan
penglihatan terhadap
dengan penurunan
perubahan persepsi.
sensori penurunan
tindakan
2.
38
penglihatan.
Tujuan: setelah
melakukan
seksama.
tindakan
4. Observasi respon
keperawatan selama
menangis, bahagia,
peningkatan
bermusuhan, halusinasi
persepsi sensorik
setiap saat.
secara optimal
5. Berbicaralah dengan
dengan kriteria
hasil:
gunakan kalimat-
1. Adanya
kalimat pendek.
3.
4.
5.
perubahan
39
kemampuan yang
nyata.
2. Tidak terjadi
disorientasi
waktu, tempat,
orang.
5.
Diagnosa
1. Berikan metode
1.
Memenuhi kebutuhan
Keperawaratan:
alternatif komunikasi,
Gangguan
kemampuan klien.
komunikasi
isarat.
verbal
berhubungan
2.
2.Antisipasi setiap
kebutuhan klien saat
3.
40
dengan
penurunan
berkomunikasi.
komunikasi.
sirkulasi darah
otak.
gunakan pertanyaan
Tujuan: Setelah
yang jawabannya ya
melakukan
atau tidak.
efektif.
tindakan
4.Anjurkan kepada
4.
5.
keperawatan
berkomunikasi dengan
komunikasi.
Proses
klien.
komunikasi klien
5. Hargai kemampuan
dapat berfungsi
klien dalam
secara optimal
berkomunikasi.
6.
41
dengan kriteria
6. Kolaborasi dengan
hasil:
fisioterapis untuk
1. Terciptanya
latihan wicara.
suatu
komunikasi
dimana
kebutuhan
klien dapat
dipenuhi.
2. Klien mampu
merespon
setiap
berkomunikas
42
i secara verbal
maupun isarat.
6.
Diagnosa
1. kemampuan dan
1.
Membantu dalam
Keperawatan:
tingkat kekurangan
mengantisipasi/merencanakan
Kurangnya
dalam melakukan
perawatan diri
perawatan diri.
individual.
berhubungan
dengan
klien
hemiparese/hem
melakukan aktivitas
iplegi.
dan
menerus.
Tujuan: setelah
dengan
melakukan
sungguh.
tindakan
untuk
beri
3. Hindari
tetap
2.
bantuan
sikap
3.
melakukan
43
keperawatan
yang
dapat
Kebutuhan
dilakukan
klien
perawatan diri
sendiri,
tetapi
klien terpenuhi
berikan
bantuan
dengan kriteria
sesuai kebutuhan.
hasil:
1.
meningkatkan pemulihan.
4.
secara kontinyu.
Klien dapat
melakukan
aktivitas
dilakukan atau
perawatan diri
keberhasihan.
sesuai dengan
kemampuan
5. Kolaborasi dengan
5.
mengidentifikasi kebutuhan.
ahli
44
7.
klien.
fisioterapi/okupasi.
Diagnosa
1. Tentukan kemampuan
1.
Keperawatan:
klien dalam
Resiko gangguan
mengunyah, menelan
pada klien.
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
makan.
kelemahan otot
2.
3.
mengunyah dan
menelan.
4.
45
Tujuan: setelah
mampu mengunyah
melakukan
dan menelan.
tindakan
5.
keperawatan
berlahan pada
lingkungan yang
tidak terjadi
tenang.
gangguan
5. Anjurkan klien
nutrisi, dengan
menggunakan sedotan
kriteria hasil:
meminum cairan.
1.
Berat badan
dapat
dipertahankan
/ditingkatkan.
46
2.
Hb dan
albumin dalam
batas normal.
8.
Diagnosa
1. Berikan penjelasan
Keperawatan:
Resiko terjadinya
terjadinya ketidakefektifan
ketidakefektifan
dan akibat
bersihan jalan
ketidakefektifan jalan
nafas
nafas.
berhubungan
dengan
menurunnya
refleks batuk dan
mengencerkan secret.
47
menelan,
imobilisasi.
hari)
Tujuan: Setelah
melakukan
tindakan
keperawatan
6. Lakukan fisioterapi
efektif ditandai
dengan:
1.
Klien
tidak
sesak nafas.
2.
Tidak terdapat
48
ronchi,
wheezing
ataupun suara
nafas
tambahan.
3.
Tidak retraksi
otot
bantu
pernafasan.
4.
Pernafasan
teratur,
RR
16-20 x per
menit.
9.
Diagnosa
1. Anjurkan untuk
1.
49
Keperawatan:
melakukan latihan
Resiko gangguan
ROM (range of
integritas
kulit
berhubungan
dengan
tirah
baring lama.
jika mungkin.
kesemua daerah
2.
3.
Tujuan: setelah
melakukan
di bawah daerah-daerah
menonjol.
tindakan
yang menonjol
keperawaran
selama 3X24
Klien mampu
mempertahanka
4.
50
n keutuhan kulit
dengan kriteria
hasil:
1.
5.
5. Observasi terhadap
Klien mau
berpartisipasi
terhadap kehangatan
terhadap
pencegahan
luka.
2.
berubah posisi
6.
Klien
dan seminimal
mengetahui
mungkin hindari
penyebab dan
cara
kulit.
pencegahan
51
luka.
3.
Tidak ada
tanda-tanda
kemerahan
atau luka.
10
Diagnosa
Keperawatan:
berkemih dan
Gangguan
kembangkan jadwal
eliminasi urin
berkemih sering
berlebih
(incontinensia
1. Identifikasi pola
2.Ajarkan untuk
1.
2.
uri)
membatasi masukan
berhubungan
enuresis.
52
dengan
kehilangan
hari.
3.
tonus kandung
mencetuskan refleks
kemih,
berkemih (rangsangan
kehilangan
kutaneus dengan
kontrol sfingter,
penepukan suprapubik,
hilangnya isarat
manuver regangan
sering berkemih.
berkemih.
anal).
Tujuan: setelah
4.
melakukan
inkontinensia, kurangi
tingdakan
keperawatan
direncanakan.
5.
53
Klien mampu
5. Berikan penjelasan
mengontrol
tentang pentingnya
eliminasi urinya
hidrasi optimal
dengan kriteria
(sedikitnya 2000 cc
hasil:
1. Klien
akan
kontraindikasi).
melaporkan
penurunan
atau hilangnya
inkontinensia.
2.Tidak
ada
distensi
bladder.
54
55
Referensi
Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical
Nursing; clinical management for positive outcomes. 7th
Edition. St. Louis : Elsevier. Inc
Carpenito, L. J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi X. Jakarta: EGC
D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing
Process Approach, An HBJ International Edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia
Doenges, Marilynn E. dkk. (2000). Penerapan Proses
Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC; Jakarta
Price, S. A & Wilson, L. Patifisiologi: Konsep klinis prosesproses penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit..[et. al].
Edisi 6. Jakarta: ECG.
Rasyid,M. 2001. Unit Stroke; manajemen
komprehensif. Jakarta: Balai penerbit FKUI
stroke
56
57