You are on page 1of 17

MODULASI DIGITAL DAN MODULASI FREKUENSI

Disusun untuk memenuhi tugas 3 mata kuliah Elektronika Telekomunikasi

OLEH :
ARIS SUHENDAR
2212111022

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO (EKSTENSI)


UNIVERSITAS JENDERAL AHMAD YANI
CIMAHI
2014

MODULASI DIGITAL
Pengertian Modulasi
Modulasi adalah proses penggabungan sinyal yang akan dikirim dengan gelombang pembawa,
sehingga

memungkinkan

sinyal

tsb

ditransmisikan

melalui

communication

channel.

Penggabungan dilakukan dengan mengubah-ubah besaran tertentu dari gelombang pembawa


sesuai dengan bentuk sinyal.

Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal


digital (bit stream) ke dalam sinyal carrier. Modulasi
digital

sebetulnya

adalah

proses

mengubah-ubah

karakteristik dan sifat gelombang pembawa (carrier)


sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya (modulated
carrier) memeiliki ciri-ciri dari bit-bit (0 atau 1) yang
dikandungnya. Berarti dengan mengamati modulated
carriernya, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai
clock (timing, sinkronisasi). Melalui proses modulasi
digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat dikirim
ke penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik (logam
atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio).
a). Sinyal yang dimodulasi b). Sinusoidal carrier c). AMPulse-train carrier AM
Modulasi 2 bentuk gelombang :

Sinyal yang dimodulasi (modulating signal) yang merepresentasikan pesan (message)

sinyal pembawa (carrier).

Contoh : Modulasi amplitudo (amplitude modulation) menggunakan sinusoidal dan pulse train
sebagai gel. pembawa (carrier). Pesan (message) terlihat pada selubung (envelope) dari sinyal
yang termodulasi (modulated signal). Pada receiver, pesan/message dapat diperoleh kembali
dengan mendemodulasi (demodulation) sinyal.
Manfaat Modulasi
1. Modulasi untuk efisiensi transmisi
Efisiensi > tergantung pada frekuensi sinyal. Efisien line-of-sight propagasi radio
membutuhkan antena dengan dimensi fisik 1/10 dari panjang gelombang sinyal (signal
wavelength).
contoh : transmisi sinyal audio 100 Hz yang tdk dimodulasi membutuhkan antenna sepanjang
300 km, dan apabila sinyal dimodulasi pada gel carrier 100 MHz membutuhkan panjang
antena sekitar 1 m.

= panjang gelombang (m)


f = frekuensi (Hz)
v = cepat rambat gelombang (m/s)

2. Modulasi untuk penunjukkan/alokasi frekuensi


Masing-masing stasiun radio/TV mempunyai alokasi frekuensi yang telah ditentukan oleh
suatu badan/regulator yang mengatur alokasi frekuensi. Alokasi frekuensi juga menggunakan
filtering. Frekuensi Radio dialokasikan sesuai dengan perjanjian dunia (WRC / world radio
conference dibawah ITU / international telecommunication Union, utk Indonesia

dept.

postel)
3. Multipleksing
Penggabungan beberapa sinyal yang dilewatkan dalam satu kanal jika frek. Pembawa (carrier)
berlainan (frequency division multiplexing/FDM).
4. Modulasi juga bisa mengatasi keterbatasan hardware

Perancangan suatu sistem komunikasi memungkinkan dibatasi oleh biaya dan ketersediaan
hardware, kinerja perangkat sering tergantung pada frekwensi yang teribat. Modulasi
memungkinkan perancangan sistem komunikasi menempatkan sinyal tertentu pada suatu
range frekuensi untuk menghindari keterbatasan hardware
5. Mengurangi noise dan interferensi
Efek dari noise dan interferensi dapat diminimalisir dengan menggunakan type modulasi
tertentu dengan bandwidth yang lebih lebar dari bandwidth sinyal. Ada trade-off antara
pengurangan noise dengan penambahan bandwidth

Teknik Modulasi Digital


Perbedaan utama antara modulasi digital dan modulasi analog adalah bahwa pesan yang
ditransmisikan untuk system modulasi digital mewakili seperangkat simbol-simbol abstrak.
(Misalnya 0 s dan l s untuk sistem transmisi biner), sedangkan dalam sistem modulasi analog,
sinyal pesan adalah gelombang kontinyu. Untuk mengirim pesan digital, modulasi digital
mengalokasikan sepotong waktu yang disebut interval sinyal dan menghasilkan fungsi kontinyu
yang mewakili simbol.

Pada modulasi digital, pesan sinyal diubah menjadi sinyal baseband. dalam sistem komunikasi
nirkabel, bagian kedua dari modulasi mengubah sinyal baseband ke frekuensi radio (RF) sinyal,
modulasi fase, frekuensi atau amplitudo sinyal pembawa. Dalam sebuah sistem kabel, sinyal
pada baseband dapat dikirimkan secara langsung tanpa modulasi carrier. Namun, kadangkadang, beberapa sinyal pesan diperlukan untuk mengirimkan melalui kawat yang sama. Dalam
keadaan tertentu beberapa teknik modulasi dapat digunakan sehingga pesan yang berbeda dapat
dimodulasi ke frekuensi yang berbeda. Teknik ini disebut Frequency Division Multiple Access
(FDMA). Selain ini, ada lebih banyak teknik akses yang dapat digunakan untuk sistem digital,
seperti Time Division Multiple Access (TDMA) dan Code Division Multiple Access (CDMA).
Pada dasarnya dikenal 3 prinsip atau sistem modulasi digital yaitu :
1. Amplitude Shift Keying
Amplitude Shift Keying (ASK) atau pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran amplitude,
merupakan suatu metoda modulasi dengan mengubah-ubah amplitude. Dalam proses modulasi

ini kemunculan frekuensi gelombang pembawa tergantung pada ada atau tidak adanya sinyal
informasi digital.
Keuntungan yang diperoleh dari metode ini adalah bit per baud (kecepatan digital) lebih besar.
Sedangkan kesulitannya adalah dalam menentukan level acuan yang dimilikinya, yakni setiap
sinyal yang diteruskan melalui saluran transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh redaman dan
distorsi lainnya. Oleh sebab itu meoda ASK hanya menguntungkan bila dipakai untuk hubungan
jarak dekat saja.
Dalam hal ini faktor derau harus diperhitungkan dengan teliti, seperti juga pada sistem modulasi
AM. Derau menindih puncak bentuk-bentuk gelombang yang berlevel banyak dan membuat
mereka sukar mendeteksi dengan tepat menjadi level ambangnya.

Gambar Modulasi ASK

Gambar Bandwidth minimum transmisi sinyal ASK

2. Frequncy Shift Keying


Frequency Shift Keying (FSK) atau pengiriman sinyal melalui penggeseran frekuensi. Metoda
ini merupakan suatu bentuk modulasi yang memungkinkan gelombang modulasi menggeser
frekuensi output gelombang pembawa. Pergeseran ini terjadi antara harga-harga yang telah
ditentukan semula dengan gelombang output ang tidak mempunyai fasa terputus-putus.Dalam
proses modulasi ini besarnya frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan
perubahan ada atau tidak adanya sinyal informasi digital.
FSK merupakan metode modulasi yang paling populer. Dalam proses ini gelombang pembawa
digeser ke atas dan ke bawah untuk memperoleh bit 1 dan bit 0. Kondisi ini masing-masing
disebut space dan mark. Keduanya merupakan standar transmisi data yang sesuai dengan
rekomendasi CCITT. FSK juga tidak tergantung pada teknik on-off pemancar, seperti yang telah
ditentukan sejak semula. Kehadiran gelombang pembawa dideteksi untuk menunjukkan bahwa
pemancar telah siap.Dalam hal penggunaan banyak pemancar (multi transmitter), masingmasingnya dapat dikenal dengan frekuensinya. Prinsip pendeteksian gelombang pembawa
umumnya dipakai untuk mendeteksi kegagalan sistem bekerja. Bentuk dari modulated Carrier
FSK mirip dengan hasil modulasi FM. Secara konsep, modulasi FSK adalah modulasi FM, hanya
disini tidak ada bermacam-macam variasi /deviasi ataupun frekuensi, yang ada hanya 2
kemungkinan saja, yaitu More atau Less (High atau Low, Mark atau Space). Tentunya untuk
deteksi (pengambilan kembali dari kandungan Carrier atau proses demodulasinya) akan lebih
mudah, kemungkinan kesalahan (error rate) sangat minim/kecil. Umumnya tipe modulasi FSK
dipergunakan untuk komunikasi data dengan Bit Rate (kecepatan transmisi) yang relative rendah,
seperti untuk Telex dan Modem-Data dengan bit rate yang tidak lebih dari 2400 bps (2.4 kbps).

Gambar Bandwidth minimal transmisi sinyal FSK

Gambar Modulasi FSK

3. Phase Shift Keying


Phase Shift Keying (PSK) atau pengiriman sinyal melalui pergeseran fasa. Metoda ini
merupakan suatu bentuk modulasi fasa yang memungkinkan fungsi pemodulasi fasa gelombang
termodulasi di antara nilai-nilai diskrit yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses
modulasi ini fasa dari frekuensi gelombang pembawa berubah-ubah sesuai dengan perubahan
status sinyal informasi digital. Sudut fasa harus mempunyai acuan kepada pemancar dan
penerima. Akibatnya, sangat diperlukan stabilitas frekuensi pada pesawat penerima.
Guna memudahkan untuk memperoleh stabilitas pada penerima, kadang-kadang dipakai suatu
teknik yang koheren dengan PSK yang berbeda-beda. Hubungan antara dua sudut fasa yang
dikirim digunakan untuk memelihara stabilitas. Dalam keadaan seperti ini , fasa yang ada dapat
dideteksi bila fasa sebelumnya telah diketahui. Hasil dari perbandingan ini dipakai sebagai
patokan (referensi). Untuk transmisi Data atau sinyal Digital dengan kecepatan tinggi, lebih
efisien dipilih system modulasi PSK. Dua jenis modulasi PSK yang sering kita jumpai yaitu :
3.1. BPSK
BPSK adalah format yang paling sederhana dari PSK. Menggunakan dua yang tahap yang
dipisahkan sebesar 180 dan sering juga disebut 2-PSK. Modulasi ini paling sempurna dari
semua bentuk modulasi PSK. Akan tetapi bentuk modulasi ini hanya mampu memodulasi 1
bit/simbol dan dengan demikian maka modulasi ini tidak cocok untuk aplikasi data-rate yang
tinggi dimana bandwidthnya dibatasi.

Gambar Modulasi PSK

Diagram konstelasi modulasi PSK dan Gambar Minimum bandwidth modulasi PSK

3.2. QPSK
Kadang-Kadang dikenal sebagai quarternary atau quadriphase PSK atau 4-PSK, QPSK
menggunakan empat titik pada diagram konstilasi, terletak di sekitar suatu lingkaran. Dengan
empat tahap, QPSK dapat mendekode dua bit per simbol. Hal ini berarti dua kali dari BPSK.
Analisa menunjukkan bahwa ini mungkin digunakan untuk menggandakan data rate jika
dibandingkan dengan sistem BPSK. Walaupun QPSK dapat dipandang sebagai sebagai suatu
modulasi quaternary, lebih mudah untuk melihatnya sebagai dua quadrature carriers yang
termodulasi tersendiri. Dengan penafsiran ini, maka bit yang digunakan untuk mengatur
komponen phase pada sinyal carrier ketika digunakan untuk mengatur komponen quadraturephase dari sinyal carrier tersebut. BPSK digunakan pada kedua carrier dan dapat dimodulasi
dengan bebas.

Gambar Bentuk sinyal modulasi 4-PSK

Diagram konstelasi modulasi 4-PSK

MODULASI FREKUENSI(FM)
Pengertian Modulasi Frekuensi (FM)
Modulasi frekuensi didefinisikan sebagai deviasi frekuensi sesaat sinyal pembawa (dari frekuensi
tak termodulasinya) sesuai dengan amplitudo sesaat sinyal pemodulasi. Sinyal pembawa dapat
berupa gelombang sinus, sedangkan sinyal pemodulasi (informasi) dapat berupa gelombang apa
saja (sinusoidal, kotak, segitiga, atau sinyal lain misalnya sinyal audio). Gambar 4.1
mengilustrasikan modulasi frekuensi sinyal pembawa sinusoidal dengan menggunakan sinyal
pemodulasi yang juga berbentuk sinyal sinusoidal. Secara matematis, sinyal termodulasi FM
dapat dinyatakan dengan
e

FM

= V sin ( t + m sin t )
c

dengan
e

FM

: sinyal termodulasi FM

e : sinyal pemodulasi
m

e : sinyal pembawa
c

V : amplitudo maksimum sinyal pembawa


c

m : indeks modulasi FM
f

: frekuensi sudut sinyal pembawa (radian/detik)


c

: frekuensi sudut sinyal pemodulasi(radian/detik)


m

Gambar Bentuk gelombang sinyal modulasi FM

Indeks Modulasi FM
Seperti telah dibahas, pada modulasi frekuensi maka frekuensi sinyal pembawa diubah-ubah
sehingga besarnya sebanding dengan dengan besarnya amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin
besar amplitudo sinyal pemodulasi, maka semakin besar pula frekuensi sinyal termodulasi FM.
Besar selisih antara frekuensi sinyal termodulasi FM pada suatu saat dengan frekuensi sinyal
pembawa disebut deviasi frekuensi. Deviasi frekuensi maksimum didefinisikan sebagai selisih
antara frekuensi sinyal termodulasi tertinggi dengan terendahnya.
Indeks modulasi FM (m ) merupakan perbandingan antara deviasi frekuensi maksimum dengan
f

frekuensi sinyal pemodulasi


m =/f
f

dengan
: deviasi frekuensi maksimum
f : frekuensi maksimum sinyal pemodulasi
m

m : indeks modulasi FM
f

Besarnya indeks modulasi FM dapat dipilih sebesar mungkin sejauh tersedia bandwidth (lebar
bidang) untuk keperluan transmisinya. Biasanya besarnya indeks modulasi ini akan
dimaksimalkan dengan cara mengatur besarnya deviasi frekuensi maksimal yang diijinkan.

Analisis Frekuensi Gelombang Termodulasi FM


Persamaan gelombang FM dinyatakan sbb:
e

FM

= V J m sin t
c

+ V {J (m ) [sin ( + )t - sin ( - )t]}


c

+ V {J (m ) [sin ( + 2 )t - sin ( - 2 )t]}


c

+ V {J (m ) [sin ( + 3 )t - sin ( - 3 )t]}


c

+ V {J (m ) [sin ( + 4 )t - sin ( - 4 )t]}


c

+
dengan
e

FM

: amplitudo sesaat gelombang termodulasi FM

V : amplitudo puncak pembawa


c

J : penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk indeks modulasi


n

m : indeks modulasi FM
f

dan
V J (m ) sin t = komponen frekuensi pembawa
c 0

V {J (m ) [sin ( + )t - sin ( - )t]} = komp. bid. sisi pertama


c

V {J (m ) [sin ( + 2 )t - sin ( - 2 )t]} = komp. bid. sisi ke-dua


c

v {J (m ) [sin ( + 3 )t - sin ( - 3 )t]} = komp. bid. sisi ke-tiga


c

V {J (m ) [sin ( + 4 )t - sin ( - 4 )t]} = komp. bid. sisi ke-empat


c

V {J (m ) [sin ( + 5 )t - sin ( - 5 )t]} = komp. bid. sisi ke-lima dst


c

Penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk berbagai indeks modulasi dapat dilihat pada gambar
4.2 dan tabel fungsi Bessel pada halaman akhir bab ini.

Gambar 4.2 Penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk berbagai indeks modulasi

Dengan memasukkan nilai-nilai indeks modulasi, frekuensi pembawa, dan frekuensi


pemodulasinya maka dapat ditentukan pula penyelesaian fungsi Bessel yang bersangkutan.
Selanjutnya dapat digambarkan spektrum frekuensi sinyal termodulasi FM yang bersangkutan.
Gambar 4.3 memperlihatkan contoh spektrum sinyal termodulasi FM.

Gambar 4.3 Spektrum sinyal termodulasi FM

Lebar-bidang Untuk FM
Lebar-bidang yang dibutuhkan untuk mentransmisikan sinyal FM adalah:
BW = 2 ( n . f )
m

Dengan n adalah nilai tertinggi komponen bidang-sisi dan f

adalah frekuensi tertinggi

pemodulasi. Oleh karena pada kenyataannya nilai n mencapai tak hingga, maka secara teoritis
lebar bidang yang dibutuhkan adalah tak hingga pula. Namun, amplitudo komponen bidang sisi
untuk n yang bernilai besar menjadi tidak terlalu signifikan sehingga kontribusinya dapat
diabaikan. Dengan pertimbangan ini, maka nilai n yang digunakan untuk menentukan lebar
bidang adalah nilai n yang masih memberikan kontribusi signifikan pada amplitudo komponen
bidang sisinya. Kontribusi yang dapat dianggap signifikan adalah yang memberikan tegangan
sebesar minimal 1% atau 40 dB. Hal ini dapat dilihat pada tabel fungsi Bessel, misalnya untuk
m sebesar 5 maka jumlah n yang signifikan adalah 8 (sampai dengan J , untuk n > 8 diabaikan).
f

Pada tahun 1938 J.R. Carson menyatakan bahwa untuk mentransmisikan sinyal termodulasi FM
dibutuhkan lebar bidang minimal dua kali jumlahan deviasi frekuensi dengan frekuensi

maksimum sinyal termodulasi. Selanjutnya hal ini dikenal dengan Carsons rule dan dapat
dinyatakan sebagai:
BW = 2 ( + f )
m

dengan adalah deviasi frekuensi dan f adalah frekuensi tertinggi sinyal pemodulasi.
m

FCC telah mengalokasikan lebar bidang sebesar 200 kHz untuk siaran FM (disebut FM bidang
lebar atau wideband FM). Deviasi frekuensi maksimum yang diijinkan adalah sebesar = 75
kHz. Dengan batasan ini, maka besarnya indeks modulasi juga dibatasi (mulai sebesar m = 5
f

untuk f =15 kHz hingga sebesar m =1500 untuk f =50 Hz). Gambar 4.4 memperlihatkan bidang
m

frekuensi untuk siaran komersial FM.

Selain yang telah dibahas di atas, FCC juga mengalokasikan bidang frekuensi untuk siaran FM
bidang sempit (narrowband FM) sebesar 10 30 kHz. Indeks modulasinya dibuat mendekati
satu sehingga lebar bidang yang diperlukan sama dengan lebar bidang untuk sinyal AM yaitu
hanya sebesar 2 x f . Contoh FM bidang sempit antara lain sistem radio mobil untuk polisi, dinas
m

kebakaran, pelayanan taksi, telefon seluler, radio amatir, dan lain-lain.

Gambar 4.4 Bidang frekuensi untuk siaran komersial FM

Detektor FM
Detektor FM mengubah variasi frekuensi carrier kembali ke replikadari sinyal modulasi asli. Ada
beberapa tipe dasar detektor FM, diantaranya :
1. Slope Detector
Slope detektor adalah jenis yang paling sederhana dari detektor FM. Diagram skematik dari
slope detector adalah sebagai berikut,

Operasi dari detektor slope sangat sederhana. Jaringan output dari sebuah amplifier diatur ke
frekuensi yang lebih sedikit dari Frekuensi carrier + deviasi puncak. Sebagai sinyal input
bervariasi dalam frekuensi, output sinyal di jaringan LC akan bervariasi dalam amplitudo karena
sifat band pass dari rangkaian tangki. Output dari penguat ini adalah AM, yang dapat dideteksi
menggunakan detektor dioda.
Rangkaian yang ditunjukkan dalam diagram di atas terlihat sangat mirip dengan IF amplifier
akhir dan detektor penerima AM, dan memungkinkan untuk menerima NBFM pada penerima
AM dengan mengatur ulang transformator IF yang terakhir. Jika transformator ini diatur ke
frekuensi sekitar 1 KHz di atas frekuensi IF, IF amplifier yang terakhir akan mengkonversi
NBFM ke AM.

Meskipun sederhana, detektor slope jarang digunakan karena memiliki linearitas yang rendah.
Untuk mengetahui mengapa hal itu terjadi, perlu melihat persamaan untuk tegangan yang
melalui transformator utama pada detektor slope :

Tegangan primer transformator berubah-ubah terkait dengan kuadrat frekuensi. Karena deviasi
frekuensi sinyal FM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal modulasi itu, output dari detektor
slope akan terdistorsi. Jika bandwidth dari sinyal FM kecil, sangat mungkin untuk mendekati
respon detektor lereng oleh fungsi linear, dan detektor slope dapat digunakan untuk demodulasi
sinyal NBFM.
2. Foster-Seely Discriminator
The Foster-Seely Discriminator adalah detektor FM yang banyak digunakan. Detektor ini terdiri
dari special center-tapped IF transformator dengan dua dioda. Skema terlihat sangat mirip
rangkaian penyearah DC gelombang penuh. Karena input transformator disetel ke frekuensi IF,
output dari diskriminator adalah nol jika tidak ada penyimpangan dari carrier; kedua bagian dari
transformator center tapped adalah seimbang. Sebagai ayunan sinyal FM pada frekuensi di atas
dan di bawah frekuensi pembawa, keseimbangan antara kedua bagian dari center-tapped
sekunder dihancurkan dan ada tegangan output sebanding dengan deviasi frekuensi.

Discriminator ini memiliki linearitas yang sangat baik dan merupakan detektor yang baik untuk
sinyal WFM dan NBFM. Kelemahan utamanya adalah merespon sinyal AM juga. Sebuah limiter
baik harus mendahului diskriminator untuk mencegah noise AM muncul pada output.
3. Ratio Detector
Rasio detektor adalah varian dari diskriminator. Rangkaian ini mirip dengan discriminator, tetapi
pada detektor rasio, dioda bekerja dengan arah yang berlawanan. Juga, output tidak diambil
melintasi dioda, tetapi antara jumlah tegangan dioda dan center tap. Output melintasi dioda
terhubung ke kapasitor besar, yang menghilangkan noise AM di output detektor rasio. Operasi
dari detektor rasio sangat mirip dengan diskriminator, namun output hanya 50% dari output
diskriminator untuk sinyal input yang sama.

You might also like