You are on page 1of 5

Jenis-Jenis Konflik

Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007, diadaptasi), terdapat beragam jenis
konflik:
1. Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki, seperti antara manajemen puncak dan
manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan
subordinasi.
2. Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki
yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan
tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
3. Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas
berbeda. Misalnya: antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi
pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar
dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan
menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara
divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang
beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi
jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan
teknologi yang tepat.
4. Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh
seseorang. Konflik bisa terjadi antar karyawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan,
pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak
jelas.
Oleh karena itu terdapat berbagai macam konflik tergantung pada dasar yang digunakan
untuk membuat klasifikasi.
a. Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur

Organisasi. Jenis konflik ini

disebut juga konflik Intra Keorganisasian. Menurut Winardi, konflik dibagi menjadi 4
macam, yaitu :
1. Konflik Vertikal : Konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan
yang tidak sama dalam organisasi.
2. Konflik Horizontal : Konflik yang terjadi antara mereka yang memiliki kedudukan
yang sama atau setingkat dalam organisasi.
3. Konflik Garis-Staff : Konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando dengan pejabat staff yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.

4. Konflik Peranan : Konflik yang terjadi karena seseorang mengembangkan lebih dari
satu peran yang saling bertentangan.
b. Konflik Dilihat dari Fungsi. Dilihat dari fungsi, Robbins membagi konflik
menjadi 2 macam:
1. Konflik Fungsional (Functional Conflict) : Konflik yang mendukung pencapaian tujuan
kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok.
2. Konflik Disfungsional (Dysfunctional Conflict) : Konflik yang merintangi pencapaian
tujuan kelompok.
Suatu Konflik mungkin fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula konflik
dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain.
Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah
dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok bukan pada kinerja individu. Jika konflik
tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok walaupun kurang memuaskan bagi individu
maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya
memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut
merupakan konflik disfungsional.
A. Konflik Internal Dalam Perusahaan
Ada lima hal penting dalam mengelola konflik internal yang diambil dari buku Rob Yeung
(2000: 67-79) berjudul Leading TeamsMemimpin Tim dengan Sukses, yaitu:
a.Mengidentifikasi konflik internal.
Konflik sering muncul sebagai sebab dari dua kategori pokok persoalan:
1. Perihal isi,
Pertentangan antar anggota tim timbul karena mereka sangat yakin dengan sudut pandang
mereka masing-masing.
2. Perihal pribadi,
Antagonisme antar anggota tim karena alasan-alasan pribadi. Satu anggota tim mungkin tidak
menyukai atau mempercayai anggota lain. Seorang anggota tim mungkin juga marah karena
orang lain dalam tim telah dipromosikan sernentara dirinya belum. Pokok persoalan pribadi
sering menaikkan emosi, seperti amarah, cemburu, tidak percaya, dan ketidakpuasan, dan
semua itu harus ditangani secara hati-hati.
b.Menyelesaikan konflik internal.
Berikut ini beberapa tips untuk menghadapi berbagai jenis konflik:
1. Konflik isi

Pertama, pastikan kedua pihak punya informasi yang sama. Misal, jika satu anggota tim tidak
mempunyai data yang juga dimiliki anggota lain, tentu akan terjadi pertentangan.
Jika masalahnya adalah opini yang berbeda, bukan fakta yang berbeda, libatkan anggota tim
dalam diskusi. Dorong anggota tim yang tidak setuju untuk mendengarkan pikiran anggota
tim lain dan tanya apakah mereka akan mematuhi keputusan yang mungkin muncul dalam
diskusi tim.
Kadang-kadang, kita mungkin terlibat dalam pertentangan yang berlarut-larut dengan anggota
tim. Dalam keadaan seperti itu, ikuti panduan yang sama dan tanyakanlah kepada anggota tim
arah yang harus diambil. Jika tim mernbuat keputusan yang berlawanan dengan kita, cobalah
patuhi keputusan mereka.
2. Konflik pribadi
Lakukan diskusi 'tertutup' dengan setiap individu yang terlibat konflik. Undang mereka dalam
rapat satu-satu bersama kita untuk mendiskusikan konflik itu dan mendiagnosis pokok
persoalannya.
Mulailah dengan mengatakan persepsi kita mengenai pokok persoalan itu kepada setiap
orang. Akan tetapi, dekatilah selalu konflik pribadi dengan sensitivitas dan empati yang
tinggi. Kedua pihak yang terlibat sering merasa telah disalahkan. hindari menggunakan kata
'Anda' ketika mendiskusikan konflik dengan individu yang bersangkutan. Sebaliknya,
gunakan kata 'Saya'. Misalnya, jangan mengatakan 'Anda selalu menyerang Nick', tetapi
katakan 'Saya merasa Anda dan Nick tidak cocok'. Memulai kalimat dengan kata 'Saya'
sedikit mengurangi rasa permusuhan daripada kata 'Anda' yang bernada tuduhan. Kemudian
minta komentar mengenai keadaannya.

3. Menghadapi pokok persoalan eksternal.


Tugas seseorang sebagai pemimpin tim mencakup menyaring semua jenis pokok persoalan
eksternal yang mungkin berpengaruh terhadap timnya. Misalnya, dia mungkin tahu
organisasinya akan merger dengan organisasi lain, atau manajernya tiba-tiba dipecat,
membuatnya dan timnya terkatung-katung!
Dalam keadaan itu, dia perlu melakukan investigasi apa artinya bagi timnya dan
mengkomunikasikan pengaruh dari perubahan semacam itu kepada anggota tim.
4. Menyelesaikan pekerjaan yang bagus.

Tahap terakhir tim adalah berkabung. Sebutan ini mungkin mengimplikasikan sesuatu yang
buruk, tetapi sebenarnya merupakan langkah yang sering diperlukan untuk menyelesaikan
siklus tim. Jika sebuah tim dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu dan terbatas, tidaklah
masuk akal jika tim ini tetap dipertahankan, padahal pekerjaan telah diselesaikan. Mungkin
cukup menyenangkan untuk mempertahankannya sedikit lebih lamatetapi pada akhirnya
orang-orang akan mulai bosan dan gelisah. Orang-orang membutuhkan tantangan baru untuk
terus maju.
Sebagai seorang pemimpin tim, seseorang harus mengkaji keberhasilan proyek dengan
melakukan wawancara proyek. Ucapkan selamat untuk tim atas pekerjaan yang telah mereka
lakukan dengan baik. Kemudian kurnpulkan timmungkin hanya selama setengah jamdan
desaklah tim untuk memberi tahu apa yang mereka pelajari dari kerja sama.
5. Meningkatkan keterampilan kepemimpinan.
Pemimpin yang baik belajar dari situasi baru dan setiap saat mengambil keterampilan baru.
Apakah seseorang memimpin tim yang sedang berjalan atau berpindah dari satu tim proyek
ke tim proyek lain, dia perlu menilai keterampilannya dan mencari cara untuk
mengembangkan dirinya sendiri.
Jika dia telah menilai kebutuhan pengembangannya, maka hendaknya dia memikirkan apa
yang sebenarnya dapat dia lakukan untuk memimpin tim secara lebih efektif.
Jika dia berhasil meraih semua rencana pengembangannya, dia akan melewati lagi proses itu!
Lingkungan selalu berubah dan dia perlu memastikan bahwa dia dilengkapi dengan semua
keterampilan yang dibutuhkan untuk memimpin tim yang efektif.
Kesimpulannya, ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik :
1.

Kompetisi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan


yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal sebagai win-lose orientation.
2.

Akomodasi

Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan


keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya
sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3.

Sharing

Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dua dominasi kelompok dan kelompok
damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berfikiran
moderat, tidak lengkap tetapi memuaskan.
4.

Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini

adalah pendekatan pemecahan problem (Problem-Solving Approach) yang memerlukan


integrasi dari kedua pihak.
5.

Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaan ini menggambarkan

penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.


Sumber:
https://docs.google.com/document/d/1qOeZRV5ohYMxXUSnJkSgnWHBQzNQMckDVnZe
C551LUs/edit?hl=en_US

You might also like