Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan sumber nabati yang menjadi salah satu produk
bidang non migas. Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya alam ini
sedang giat dilaksanakan dengan jalan membuka areal baru, mendirikan pabrik-
sawit.
oleh kwalitas buah sawit yang masuk ke pengolahan di pabrik. Hampir seluruh
minyak (Crude Palm Oil), inti atau biji menghasilkan minyak inti (Crude Palm
Kernel Oil), sedangkan ampas (Fiber) dan cangkung (Shell) dipakai sebagai bahan
kandungan asam lemak bebas (Free Fatty Acid). Makin tinggi persentase asam
lemak bebas ini maka rendah kwalitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan.
Selain itu kadar kotoran dan kadar air harus ditekan seminimal mungkin agar
kualitasnya memenuhi standar yang berlaku, sebagaimana pada tabel 1.1 dibawah
ini :
2
Minyak kelapa sawit ini mulai membeku pada suhu 35 0C, sehingga pada
proses pengolahan hingga penyimpangan minyak sawit tersebut perlu dijaga agar
tetap cair dan viskositas yang konstan pada temperatur 500C. Pemanasan ini
mikroba) yang menjadi salah satu penyebab kenaikan kadar asam lemak bebas.
Oleh karena itu kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat
dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses
Proses pengolahan minyak kelapa sawit pada pabrik dapat dilihat pada
PEREBUSAN
(Threser)
Tandan Kosong
PERONTOKAN
(Digester)
Mulsa/Pupuk
PENGEPRESAN
(Screw Presser)
cangkang
Clarivication Tank Nut Cracker
PENGERINGAN
PEMISAHAN
Winnowing
Kernel PENYIMPANAN
KERNEL
Proses pengolahan minyak kelapa sawit melalui berupa beberapa tahap, yaitu :
Tandan buah segar (TBS) yang telah di panen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik
Ramp, Tandan buah segar tersebut harus di timbang terlebih dahulu pada
minyak CPO yang di peroleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang di
olah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi
1. Perebusan
lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung di
masukkan ke dalam sterilier yaitu bejana perebusan yang mengunakan uap air
yang bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perbusan ini di maksudkan
Disamping itu, juga di maksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya
dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji.
Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air
yang berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat di
tinggi. Kondensat ini kemudian di masukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang
5
Crane.
Pada tahap ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan di pisahkan
sebut Thresher dengan drum berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak
selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal
ini yang disebut dengan USB (UnStripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka
di pakai sistem “Double Threshing”. Sistem ini bekerja dengan cara janjang
kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari Thresher pertama,
tidak langsung di buang, tetapi masuk ke Thresher kedua yang selanjutnya EFB di
samping.
maksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester)
ini di gunakan uap air yang temperaturnya selalu di jaga agar stabil antara
dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Screw Press) agar minyak keluar dari biji
dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d
6
Sebelum minyak kasar tersebut di tampung pada Crude Oil Tanks, harus di
dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih
(Depericarper).
panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude Oil)
Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa jenis ringan di tampung pada
Countinuous Settling Tank, minyak dialirkan ke Oil Tanks da pada fase berat
(sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut di tampung ke dalam Sludge
minyaknya.
Minyak dari oil tanks kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk
Vaccum Drier untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian
melalui Sarvo Balance, maka minyak sawit di pompakan ke tangki timbun (Oil
Storage Tank).
screen) dan kemudian ditampung pada tangki kasar (continius tank) sedangkan
7
yang mempunyai temperatur kurang lebih 900C agar lebih mudah di proes lebih
lanjut pada purifer, sedangkan pada bagian yang sudah mengendap yang terdiri
dari padatan (solid) dan air masih mengandung minyak 7 -9%. Bagian ini
dialirkan ke tangki slug (sludge tank) yang memiliki koil pemanas hingga 900C,
agar terjadi pemisahan antar minyak padatan dan air. Minyak yang diperoleh
setelah disaring pada strainer dialirkan kembali ke tangki minyak kasar, lalu ke
Pada purifier ini minyak masih mengandung air sekitar 0,5% dan kotoran
sekitar 0,1% dan dimurnikan dengan alat pemisah sentrifugal, akibat gaya
sentrifugal maka minyak yang mempunyai massa jenis yang lebih kecil bergerak
pengeringan yaitu kadar air ada sekitar 0,35% diturunkan sehingga 0,02%.
Minyak inilah yang disebut minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) yang
Suatu pabrik kelapa sawit membutuhkan pompa yang banyak sekali untuk
mengingat pemindahan jenis fluida dan kondisi kerja yang sangat beragam.
Adapun pompa yang digunakan sebagai pengolahan minyak kelapa sawit adalah :
8
Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan minyak kelapa sawit kasar dari tangki
Tank).
kotorand ari tangki sludge (Sludge Oil Tank) ke saringan putar (Self Cleaning
Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan minyak dari saringan putar ke tangki
Berfungsi untuk mengalirkan minyak dari tangki decanter untuk proses ulang
Pompa ini berfungsi mengisap minyak yang telah dikeringkan atua dikurangi
Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan CPO dari tangki penyimpanan ke truk
CPO (crude palm oil) dari unit pengering vakum ke tangki timbun dimana pompa
ini berperanan penting dalam lanjutan proses penyaluran CPO dari tangki timbun
mentransfer minyak kelapa sawit dari unit pengering vakum ke tangki timbun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida
(energi potensial dan energi kinetik) menjadi energi mekanis poros. Dalam hal ini
Secara umum mesin-mesin fluida dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu :
1. Mesin tenaga
Yaitu mesin yang berfungsi mengubah energi fluida mengubah energi fluida
2. Mesin Kerja
Yaitu mesin yang berfungsi mengubah energi mekanis poros menjadi energi
2.2. Pompa
11
Pompa adalah salah satu mesin fluida yang termasuk dalam golongan
mesin kerja. Pompa berfungsi untuk memindahkan zat cair dari tempat yang
rendah ke tempat yang lebih tinggi. Disamping itu pompa juga digunakan untuk
memindahkan zat cair dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah,
10
misalnya pada sistim pemipaan yang panjang dan berbelok-belok, sehingga
besar yaitu :
periodik dan fluida yang terkurung dalam rumah pompa. Pompa ini dibagi
Pada pompa putar, fluida masuk melalui sisi isap, kemudian dikurung diantara
ruangan kotor dan rumah pompa, selanjutnya didorong ke ruang tengah denan
gerak putar dari rotor, sehingga tekanan statisnya naik dan fluida akan
dikeluarkan melalui sisi tekan. Contoh tipe pompa ini adalah : pompa ulir
Pompa torak mempunyai bagian utama berupa torak yang bergerak bolak-
balik dalam silinder. Fluida masuk melalui katup isap (suction valve) ke dalam
silinder dan kemudian ditekan oleh torak sehingga tekana statis fluida naik
dan sanggup mengalirkan fluida keluar melalui katup tekan (discharge valve).
Contoh tipe pompa ini adalah : pompa diafragma dan pompa plunyer.
13
Pompa tekanan dinamis disebut juga rotodynamic pump, turbo pump atau
impeller pump. Pompa yang termasuk dalam kategori ini adalah : pompa jet dan
pompa sentrifugal.
Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah : energi mekanis dari luar diberikan
pada poros untuk memutar impeler. Akibatnya fluida yang berada dalam impeler,
oleh dorongan sudu-sudu akan terlempar menuju saluran keluar. Pada proses ini
kinetik. Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan energi kinetik
akan berubah menjadi energi tekanan di sudu-sudu pengarah atau dalam rumah
pompa.
14
antara lain :
1. Pompa sentrifugal
sedemikian rupa (gambar 2.4) sehingga aliran fluida yang keluar dari
Impeler jenis radial digunakan untuk tinggi tekan (head) yang sedang dan
tinggi, sedangkan impeler jenis francis digunakan untuk head yang lebih
Impeler dipasang pada ujung poros dan pada ujung lainnya dipasang
Pompa ini menggunakan impeler jenis aliran campur (mix flow), seperti pada
gambar 2.5. Aliran keluar dari impeler sesuai dengan arah bentuk permukaan
Pompa ini (gambar 2.6) menggunakan impeler jenis aksial dan zat cair yang
pompa ke arah luar. Kontruksinya mirip dengan pompa aliran camput, kecuali
1. Pompa volut
2. Pompa diffuser
3. Pompa vortex
Pompa ini mempunyai aliran campur dan sebuah rumah volut seperti
namun memakai saluran yang lebar. Dengan demikian pompa ini tidak
limbah.
18
Pompa ini hanya mempunyai sebuah impeler (gambar 2.4 s/d 2.8). Pada
kontruksinya sederhana.
Pompa ini menggunakan lebih dari satu impeler yang dipasang secara
berderet pada satu poros (gambar 2.9). Zat cair yang kelur dari impeler
total pompa ini relative lebih tinggi dibanding dengan pompa satu tingkat,
Pompa ini mempunyai poros dengn posisi horizontal (gambar 2.4 s/d 2.9)
Poros pompa ini berada pada posisi vertikal, seperti terlihat pada gambar
2.10. Poros ini dipegang di beberapa tempat sepanjang pipa kolom utama
atas pompa
20
Pompa ini mempunyai belahan rumah yang dapat dibelah dua menjadi
bagian atas dan bagian bawah oleh bidang mendatar yang melalui sumbu
Rumah pompa ini terbelah oleh sebuah bidang tegak lurus poros.
Kontruksi seperti ini sering digunakan pada pompa kecil dengan poros
mendatar. Jenis ini juga sesuai untuk pompa-pompa dengan poros tegak
poros.
21
Jenis ini terdapat pada pompa bertingkat banyak, dimana rumah pompa
terbagi oleh tegak lurus poros sesuai dengan jumlah tingkat yang ada
Pada pompa ini fluida masuk dari sisi impeler. Kontruksinya sangat
kecil. Adapun bentuk kontruksinya terlihat pada gambar 2.4. s/d 2.10
Pompa ini memasukkan fluida melalui dua sisi isap impeler (gambar 2.12).
Pada dasarnya pompa ini sama dengan dua buah impeler pompa isapan
paralel. Dengan demikian gaya aksial yang terjadi pada kedua impeler
akan saling mengimbangi dan laju aliran total adalah dua kali laju aliran
tiap impeler. Oleh sebab itu pompa ini banyak dipakai untuk kebutuhan
- Motor bakar
- Turbin
Penggerak tipe motor bakar dan turbin sangat tidak ekonomis untuk
pembakaran.
Sistem penggerak motor listrik lebih sesuai dimana kontruksinya kecil dan
sederhana, sehingga dapat digabungkan menjadi satu unit keatuan dalam rumah
pompa. Faktor lain yang membuat motor ini sering digunakan adalah karena
murah dalam perawatan dan mampu bekerja untuk jangka waktu yang relatif lama
ekonomisnya, yakni keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan dan
direncanakan.
23
- Kontruksi sederhana
Untuk memilih pompa yang tepat dan sesuai dengan kondisi pengoperasian,
a. Pompa Sentrifugal
- Perawatannya murah
b. Pompa piston
- Head tinggi
penggerak
Dari uraian di atas maka pompa sentrifugal lebih sesuai digunakan untuk
Head pompa adalah energi yang diberikan pompa ke dalam fluida dalam
bentuk tinggi tekan. Dimana tinggi tekan merrupakan ketinggian fluida harus naik
untuk memperoleh jumlah energi yang sama dengan yang dikandung satu satuan
bobot fluida padakondisi yang sama. Untuk lebih jelasnya perhitungan dari head
Fluida kerja mengalir dari kondisi pertama (titik 1) ke kondisi kedua (titik
2), aliran ini disebabkan oleh adanya suatu energi luar E 0. energi luar E0 ini terjadi
merupakan perbedan tekanan yang terjadi pada kedua kondisi operasi (titik 1 dan
Sedangkan pada setiap kondisi tersebut terdapat juga suatu bentuk energi,
yaitu energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) atau dapat dituliskan sebagai
berikut :
- Untuk titik 1 :
= ½ m1.v12 + m1.g.h1
- Untuk titik 2 :
= ½ m2.v22
Dan hubungan dari kondisi kerja ini adalah E0 = E2 – E1, atau dapat
dituliskan:
menjadi :
2 2
p 2 − p1 v 2 − v1
= + (h2 − h1 )
γ 2.g
yaitu :
2 2
p1 v1 p v
+ + Z1 + H p = 2 + 2 + Z 2 + H L
γ 2g γ 2g
Atau menurut :
P2 − P1 V 2 − V1
Hp = + + Z 2 − Z1 + H L
γ 2g
P2 − P1
Dimana : adalah perbedan head tekanan
γ
V2 −V1
adalah perbedaan head kecepatan
2g
Jenis impeler yang digunakan pada suatu pompa tergantung pada putaran
n. Q
Ns = 51,64 3
H p4
Tabel 2.1. Klasifikasi impeler menurut putaran spesifik,seperti tabel di bawah ini :
No Jenis impeler ns
1 Radial flow 500-3000
2 Francis 1500-4500
3 Aliran campuran 4500-8000
4 Aliran axial (propeler) 8000 ke atas
Sumber : Pompa sentrifugal, Austin H. Church
Daya pomp ialah daya yang dibutuhkan poros pompa untuk memutar
Q.H p .ρ.g
Np =
ηP
ηP = effisiensi pompa
BAB III
PENENTUAN SPESIFIKASI
29
pompa transfer CPO dari unit pengering vakuk ke tangki penyimpanan perlu
diketahui terlebih dahulu besar kapasitas dan tinggi tekan (head) yang dibutuhkan
Kondisi yang menjadi perhatian utama agar dapat beroperasi secara efisien
dan kontinu serta besarnya kebutuhan dapat diketahui adalah sebagai berikut :
olah efektif yang dirancang oleh suatu pabrik dalam mengolah jumlah bahan baku
TBS per waktu pngolahan, karena itu maka besar kapasitas pabrik adalah :
hingga proses permunian akhir di unit pengering vakum CPO yang dihasilkan
rata-rata sebesr 23,82% dari jumlah TBS yang diproses atau biasa disebut dengan
rendemen.
29
Tetapi rendemen ini dapat mencapai maksimum hingga 24,3% (Sumber :
Balai Penelitian Sawit Sumatera Utara), bila TBS yang diolah tepat matang dan
30
HasilCPObe rsih
Rendemen Produksi : x100 %
JumlahTBSo lahan
kapasitas produksi CPO yng besarnya diperoleh dari perkara antara kapasitas olah
pabrik dan rendemen CPO. Dari penentuan rendemen hasil produksi maka
sebagai berikut :
= 30 Ton/jam x 24,3%
= 7,29 ton/jam
= 7290 kg/jam
dengan massa jnis CPO sebesar 863 kg/m3 pada suhu 900C, maka
7290 kg / jam
Qproduksi =
863 kg / m 3
= 8,45 m3/Jam
kapasitas akibat penurunan efisien setelah pemakaian yang kama, untuk itu
Qpompa = 1, 12 x Qprod
= 1,12 x 8,45
= 9,46 m3/jam
Gambar sistem pemimpaan pada pipa isap dan pipa tekan dapat dilihat
pada gambar 3.1. dengan menentukan titik 1 pada permukaan fluida dan titik 2
pada ujung pipa keluar maka Head pompa secra umum dinyatakan dengan :
2 2
P1 V1 P V
+ + Z1 + H P = 2 + 2 + Z 2 + H L
γ 2. g γ 2. g
2 2
P − P1 V 2 −V 1
Hp = 2 + + Z2 + H L
γ 2.g
∆P ∆v 2
HP = γ + + ∆Z + H L
2.g
Dimana :
∆P
γ
= perbedaan head tekanan
∆v 2
= Perbedaan head kecepatan
2. g
32
HL = Kerugian head
33
perbedaan pada sisi isap dengan sisi tekan. Dalam sistim kerja ini tekanan pada
sisi isap idpengaruhi oleh kevakuman pada tekanan -0,9 bar gauge atau 0,1 bar
34
absolute di unit pengering vakum, sedangkan pada sisi tekan ujung pioa berada
P2 − P1
∆ HP =
γ
Dimana
(0 − ( −90000 ) Pa
∆ HP = 8466 ,03 Pa / m
= 10,63 m
dicari besarnya kecepatan aliran dalam pipa. Umumnya kecepatan aliran di dalam
yang diijinkan adalah sebesar 1 sampai 2 m/s untuk pipa diameter kecil dan 1,5
sampai 3,0 m/s untuk pipa diameter besar. Untuk memproleh kecepatan airan dan
diameter pipa isap yang sesuai, perhitungan awal sementara diambil atas
Qp = Vs. As
35
Dimana
4.Q p
dis =
π.V s
4(0,00264 )
=
3,14 (1,5)
= 00473 m = 1,86 in
Berdasarkan ukuran pipa standar AS A.B. 36.10 Schedule 40, maka dipilih
Dengan ukuran pipa standars pipa tersebut di atas maka kecepatan aliran
Qp 4.Qp
Vs = =
A π (d in ) 2
4.0,00264
Vs =
π (0,0525 ) 2
Vs = 1,22 m/s
merupaakn kecepatan keluar aliran fulida pada pipa tekan, yaitu V2 = 1,22 m/s
sedangkan kecepatan isap dari unit pengering vakum sangat kecil karena aliran
yang kintinu dan dapat dianggap mendekati nol atau V1 = 0 m/s disuplai terus
(1,22 ) 2
=
2.9,81
= 0,076 m
Head potensia adalah perbedaan ketinggian fluida pada sisi isap dengan
permukaan fliida pada sisi tekan. Perbedaan ketingian tersebut diukur dengan satu
bidang banding.
∆ Z = Z2 – Z1
Dimana :
∆Z = 8,5 m – 5,5 m
=3m
Kerugian head seoanjang pipa terbagi atas 2 yaitu kerugian akibat gesekan
akekasaan permukaan dalam ipa dan panjang pipa. Kerugian akibat kelengkapan
adalah kerugian akibat adanya perubahan arah aliran dan kecpatan aliran.
Besarnya kerugian head akibat gesekan pada pipa isap menurut Darcy
Ls V s 2
hf = f x ....................[lit 1 hal 202]
d 1 2.g
Bahan pipa isap yang direncanakan adalah Carbon Steel dengan standart
0,046 mm
ε /d1 =
52 ,5mm
= 0,000876
38
Faktor gesekan (f) dapat diperoleh dari diagram Moody dengan terlebih
V S xd 1
Re =
v
1,22 x 0,00525
Re =
1,1x10 −5
= 5822 (turbulen)
Dari diagram Moody untuk Re = 5822 dan (ε /d1) = 8,76 x 104 diperoleh
faktor gesekan (f) = 0,036. besarnya kerugian gesek sepanjang pipa isap menurut
6 (1,22 ) 2
hfs = 0,036 x x
0,052 2 x9,81
dengan persamaan :
2
Vs
Hm = Σ n.k ...............................[lit 1 hal 21]
2.g
adanya kelengkapan pipa maka perlu diketahui terlebih dahulu jenis kelengkapan
pipa yang digunaan sepanjang jalur pipa isap. Adapun jenis dan jumlah
adalah sebesar :
(1,22 ) 2
hms = 0,9 x
2 x9,81
= 0,068 m
Dengan demikian diperoleh besar kerugian head sepanjang jalur pipa isap
= (0,315 + 0,068) m
= 0,383 m
ukuran pipa standar ASA B. 36.10 Schedue 40 dengan ukuran diameter pipa
nominal 2 in dan bahan pipa adalah karbon steel yang sama dengan pipa isap.
Karena bahan dan diameter pipa tekan ini sama dengan pipa isap, maka bilangan
Pada gambar 3.1. pada instalasi terlihat tiga buah tangki penyimpanan yang
berkapasitas 2000 ton (1 tangki berkapasitas 1000 ton dan 2 buah tangki
berkapasitas 500 ton). Saat kondisi operasi dalam pengisian CPO ke tangki
penyimpan, salah satu aliran pipa ke salah satu tangki tersebut tertutup agar tidak
Analisa perhitungan panjang pipa menuju kedua tangki penyimpanan dan ketiga
katup pengatur. Besarnya kerugian head akibat gesekan pada pipa tekan :
L d (Vd ) 2
hfd = fx x
d id 2. g
Dimana :
= (4,6 +5+5+32+10+7+1)
= 64,6 m
Maka diperoleh :
64 ,6 (1,22 ) 2
hfd = 0,036 x x
0,0525 2 x9,81
= 3,3604 m
2
V
hmd = Σ nk 2.g ...........................[lit 1 hal 212]
instalasi sepanjang pipa tekan terdapat peraaltan yang dipasang dan disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 3.2. Koedisien kerugian kelengkapan pada pipa tekan dapat dilihat pada
gambar 3.1.
V2
hmd = Σ nk 2. g
(1,22 ) 2
= 11,45
2 x9,81
= 0,868 m
= 3,3604 m + 0,868 m
= 4,2284
hL = hLs + hLd
= 0,383 m + 4,2284 m
= 4,6114 m
42
Dari perhitungan maka dapat ditentukan head total yang dibutuhkan untuk
Hpompa = ∆ Hp + ∆ Hv + ∆ Z + ∆ hL
= 18,3148 m
Namun untuk perencanaan head pompa yang diperlukan harus lebih besar dari
head teoritis, hal ini dilakukan untuk mengatasi hal-hal sebagai berikut :
- Kondisi pipa akibat pengarub umur hingga terjadi perubahan head loses
keamanan. Dalam perencanaan ini dipilih 25%, maka besarnya head pompa yang
direncanakan :
Hp = 1,215 x 18,3184
= 22,898 m
menggerakkan pompoa, anara ain turbin uap, motor baar dan motor listrik. Dalam
perencanaan ini dipili motor listrik sebagai penggeak mula pompa dengan
pertimbangan :
frekwensi dan jumlah kutub pada motor listrik. Pada umumnya frekwensi listrik di
f .60 .2
n= rpm .......................................[lit 2 hal 40]
p
Dimana :
= 2 buah
Maka :
50 .60 .2
n = rpm
2
= 3000 rpm
minumum agar putaran motor menajdi maksimum dan juga kerugian daya motor
= 2970 rpm
Impeller adalah roda atau rotor yang diengkapi dengan sudut-sudut, ini
berguna untuk memindahkan energi mekanis poros menjadi energi fluida, tipe
Putaran spesifik untuk pompa yang memiiki impeller satu tingkat dapat
Qp
nsl = np .........................................[lit 2. hal 5]
Hp
Dimana :
Hp = Head pompa = 23 m
Sehingga :
41,8
nsl = 2970
(75 ,48 ) 0.75
= 750, 04 rpm
Gambar 3.2. Grafik hubungan bentuk impeller dengan putaran spesifik pompa
tekan (head) dan kecepatan aliran yang kesemuanya sudah termasuk dalam
putaran spesifik. Hubungan antara putaran spesifik dengan efisiensi pompa dapat
γ.H p . Q p
Np = ......................................[lit 2 hal 53]
ηp
Dimana :
Hp = head pompa = 23 m
Maka :
= 878, 04 W
= 0,87 kW
N p (1 + α)
Nm = ..........................[lit 2hal 59]
ηt
Dimana :
α = faktor cadangan daya (0,1 – 0,2), untuk motor induksi dipilih 0,2
Maka :
0,87 (1 +0,2)
Nm = 1
= 1,044 kW
Berdasarkan hasil survey yang telah didapat, maka spesifikasi pompa yang
BAB IV
Perencanaan Poros
Poros adalah elemen pompa yang berfungsi untuk memindahkan bayi dan
ditransmisikan oleh poros, merupakan daya dari mesin penggerak pompa yaitu
Poros pompa merupakan salah satu komponen utama yang berfungsi untuk
meneruskan daya dan putaran dari motor penggerak ke impeller serta untuk
1. Kekuan poros untuk menahan beban punter, beban lentur (akibat putaran)
3. Putaran kritis, dimana bila poros berada pada putaran kritis maka poros
Oleh sebab itu, maka perhitungan poros tergantung momen puntir, faktor-
Ps
Mt = 9,55 x 103 x np 50
Dimana :
Np = Puaran poros
= 2970 rpm
yang besar pada start atau pembebanan maksimum yang terus menerus.
Berikut ini faktor koreksi daya yang diberikan pada poros adalah :
Dari tabel di atas maka dipilih nilai fc = 1,2 dengan alasan karena itu
Ps = Np x fc
1,1208
Mt = 9,55 x 103 x ( N .m)
2970
= 3,60 N.m
Diameter poros yang mengalami momen puntir, dapat dihitung dengan persamaan
:
11
5,1 3
ds = τg xK 1 xC b xM t
Dimana :
Dalam perencanaan ini van poros yang digunakan adalah baja carbon S 45
persamaan :
52
σ
τg = b
S f 1 xS G 2
Dimana :
Sf1 = faktor keamanan terhadap beba puntir (6,0 untu baja karbon)
Sf2 = Faktor keamanan terhadap alur psak dan perubahan diameter poros
Harga ini merupakan dimater minimal proos, dari tabel diameter standart poros
dipilih poros ukuran 16 mm. Pada diameter poros dengan ukuran 16 mm ini,
5,1xM 1
λg = 3
ds
5,1x3,60
=
0,0016 3
= 18,475 Pa
Terlihat bahwa tegangan geser yang timbul pada poros ( λg ) lebih kecil dari pada
Perencanaan Pasak
Fungsi utama pasak adalah untuk memindahkan daya dan putaran dari
poros yang dipakai dari standarisasi ukuran pasak (lampiran). Dari standarisasi
- Lebar (b) = 5 mm
- Tinggi (h) = 5 mm
- Panjang (I) = 20 mm
Bahan pasak yang dipakai sedikit lunak dari bahan poros. Pada
porencanan ini dipilih bahan pasak JIS G 3121 SFCM 60 S, dengan kekuatan tarik
menimbukan tegangan gese dan tegangan tumbuk sehingga kekuataj pasak akan
Momen torsi yang bekerja pada poros akan menimbulkan gaya tangensial
Ft = Mt/rp
Dimana :
= 3,60 N.m
rp = Jari-jari poros
Maka :
Ft = Mt/rp
= 3,60 /0,008
= 514,2 N
Gaya tangensial ini akan menyebabkan terjadinya tegangan geser pada pasak yang
besarnya :
λg = Ft/Ag
Dimana :
= 514,2 /0,001
= 5142.104 N/m2
σ
τg = b
S f 1 xS G 2
55
Dimana :
Sf2 = Faktor keamanan terhadap alur psak dan perubahan diameter poros
τg 5,88 .10 10
=
5,6 x3
= 0,35.108 N/m2
= 3,5.107 N/m2
Dimana tegagan geser ( τg ) = 5,142.104 N/m2 dan tegangan geser ijin ( τg ) 3,5 .
107 N/m2, maka τg < τg sehingga poros aman terhadap tegangan geser.
terjadinya tegangan tumbuh pada pasak. Tegangan tumvuk yang terjadi adalah :
τg = Ft/Ab
Dimana :
=1xt
= 0,02 x 0,003
= 6.105 m2
τp = 514,2 /6.10-5+
= 857.104 N/m2
τp = 2 x τg
= 2x 3,5 .107
= 7.107 N/m2
dirncankan sebaik mungki agar dapat mngurangi gesekan dan aliran sirkulasi.
Beberapa sifat yang harus dipenuhi bahan impeller adalah kuat dan tahan korosi.
Keterangan gambar :
Dh = Diameter Hub
Penentuan ukuan impeller tidak terlepas dari aliran yang terjadi di dalam impleler
Adapun kecepatan fluida pada impeller dapat dilihat pada gamabr berikut :
Keterangan gambar :
DH = Dp (1,2 : 1,4)
Maka :
DH = 16 91,2 : 1,4)
DH = 22 mm
4.Q
Do = + Dh2
π.Vo
Dimana :
Q = Kapasitas aliran teoritis pada sisi isap, yaitu kapasitas dengan perkiraan
adanya kerugian yang disebabkan fluida dari sisi tekan yang mengalir ke sisi isap
melalui celah impeller, besarnya (1,02 : 1,05) dari kapasitas pompa, diambi 1,05
Q = 1,05 x 0,00264
= 0,00251 m3/s
Maka :
4.0,00251
Do = + (0,022 ) 2
π.1,8
= 0,048 m
= 48 mm
59
dicari denganmengambil diameter rata-raa dari diameter mata impeller (Do) dan
Dimana :
Maka
1
(48 ) 2 + (22 ) 2 2
D1 =
2
= 36,3 mm
1840 .φ. Hp
D2 = np
Dimana :
= 0,95
Hp = 75,48 ft
np = putaran pompa
60
= 2970 rpm
Maka :
= 5,10 in
= 129,54 mm
= 130 mm
Lebar impeller pada sisi masuk dpat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Q
b1 =
π.D1 .Vel ε1
Dimana :
= 0,0251 m3/s
= 36,3 mm
= 0,0363 m
= (1,05 : 1,10) V0
ε 1 = Faktor kontraksi pada sisi masuk (0,8 – 0,9) dan ditetapkan 0,85
Maka :
0,0251
B1 = 3,14 x0,0363 x0,85 x1,9
61
= 0,013 m
= 13 m
Q
b2 =
π.D1 .V 2 ε2
= 0,0251 m3/s
= 130 mm = 0,13 m
= 0,0363 m
Maka :
0,0251
b2 = 3,14 x 0,13 x1,8 x 0,92
= 0,00371 m
= 3,71 mm
62
Dimana :
DH = 22 mm
Do = 48 mm
D1 = 36,3 mm
D2 = 130 mm
B1 = 13 mm
B2 = 3,71 mm
Pada pompa dengan impeller radial, aliran fluida masuk secara radial
tegak urus dngan garis singgung impeller sehingga bsar sudut masuk absolute
(α 1) = 900 dan kecepatan aliran asbolute (V1) adalah sama dengan kecepatan
persamaan :
π.D1. n p
U1 =
60
= 5,64 m/s
Untuk aliran fluida masuk secara radial (α ) = 900, maka sudut sisi masuk (β )
V rl
β 1 = arc tan
U rl
1,9
= arc tan 5,64
= 18,610
Maka segitiga kecepatan pada sisi masuk impeller dapat digambarkan sebagai
berikut :
Dari ga44mbar 4.3. dapat diketahui bahwa kecepatan relative pada sisi masuk
Vrl
W1 =
sin β1
1,9
= sin 18 ,61
= 5,95 m/s
π.D2 .n p
U2 =
60
= 20,2 m/s
berkisar (150 – 400). Akibat sudut keluar ini, maka impeller ini dapat
menghasilkan head. Head yang dihasilkan impeller untuk sudut tidak berbats
H = k x Hvir
65
Dimana :
H = Head pompa = 23 m
K = Koefisien yang tergantung pada sudut dna lalu (0,6 – 0,7) diambil 0,7
Maka
H
Hvir =
k
23
= 0,7
= 32,58 m
persamaan berikut :
U2 Vr 2
Hvir = U 2 −
g tan β 2
Dimana :
Maka :
20 ,2 1,8
32,85 =
9,81 20 ,2 − tan β
3,69
32,85 = 41,41 - 8,56
3,69
tan β = 8,56
tan β = 0,431
66
β2 = 23,310
Ve 2
Vu2 = U2 -
tan β 2
1,8
= 202 - 0,431
= 16,03 m/s
Vr 2
α 2 = arc tan
Vu 2
1,8
= arc tan
16 ,03
= 6,400
Vr 2
V2 =
sin α 2
1,8
= sin 23 ,31
= 4,54 m/s
Karena kapasitas aliran yang keluar tetap sama, maka aliran sirkuasi
Vu2 = n x Vu2
Dimana :
Maka :
= 11,221 m./s
V2 = (Vu 2 ) 2 + (Vt 2 ) 2
= 11,36 m/s
α 2 = arc tan
Vr 2
= arc tan
Vu 2
1,8
= arc tan 11 ,221
= 9,09 0
Vr 2
β 2 = arc tan
U 2 − Vu 2
1,8
= arc tan 20 ,2 −11 ,221
= 11,33 0
W2 = (Ve 2 ) 2 + (U 2 − Vu 2 ) 2
= (1,8) 2 + (8,979 ) 2
= 9,15 m/s
Setelah didapat harga-harga diatas maka segitia kcepatan keluar impeller dapat
pompa, karena hal ini mempengaruhi perfomansi yang dihasilkan pompa yang
akan dirancang. Sudut tidak boleh dibuat terlalu panjang karena akan menambah
saat dipompakan harus tepat untuk mengurangi kerugian gesekan saat fluida
D2 + D1 β 1 + β 2
Z = 6,5 sin
D2 − D1 2
Dimana :
D2 + D1 β 1 + β 2
Z = 6,5 sin
D2 − D1 2
166 ,3
= 6,5 93 ,7 sin [20 ,96 ]
= 11,505 x 0,35
= 4,026
π.D
S=
Z
Dimana :
D = Diameter impeller
Maka :
π.36 ,3
S= = 28 ,4955 mm
4
π.130
S2 = =102 ,05 mm
4
71
π.D(1 − ε ) sin β
t=
Z
Dimana :
t = tebal sudu
D = diameter impeller, untuk sisi masuk = 36,3 mm dan untuk sisi keluar
= 130 mm
ε = Faktor kontraksi untuk sisi masuk (ε 1) = 0,8 dan untuk sisi keluar
= (ε 2) = 0,9
β = Sudut tangensial, untuk sisi masuk (β 1) = 18,610 dan untuk sisi keluar
= (β 2) = 23,310
= 4,038 mm
dimisalkan terbagi atas sejumlah ring yang konsentri antar R1 dan R2 masing-
72
masing lingkaran 1,b,c,d 2 yang dibagi atas empat buah ring dengan jari-jari
R1,Rb,Rc,Rd
R 2 − R1
∆ R=
i
Dimana :
= D1/2 = 36,3/2
= 18,15 mm
= D2/2 = 130/2
= 65 mm
Maka :
65 −18 ,15
∆R = mm =11,7125 mm
4
β 2 − β1
∆β =
i
= 1,1750
2
Rb − Ra2
Rk =
2.( Rb − cos β b − R q cos β a
73
Dimana :
Θ1
Ln = .π.R k
180
Dimana :
Ln = Panjang tiap segmen
Θ1 = sudut yang dibentuk R1 dan R2
Rk = jari-jari kelengkungan sudu
DE 20 67,05 23,39
Σ Ln = 90,2 mm
kerugian yang mungkin terjadi. Pada rumah pompa kerugian akibat fluida yang
mengalir sangat tinggi. Dengan demikian rumah pomap harus, agar mengubah
rumah pompa maka dirancang volute casing (rumah keong) karena kontruksinya
sederhana dan biaya pembuatannya relatif murah untuk pompa satu tingkat. Untuk
dapat digambarkan rumah pompa volute dibagi atas 8 bagian penampang masing-
Pompa yang direncanakan adalah jenis satu tingkat, untuk pompa jenis ini
pada umumnya digunakan type rumah pompa dimana luas penampang casing
mengubah energi tekanan agar kecepatan fluida didalam rumah keong tidak
bertambah.
Untuk mnentukan ukuran dari rumah pompa maka volute dibagi atas
pada kerongkongan rumah keong dengan kecepatan keliling fluida keluar impeller
76
adalah merupakan fungsi dan kecepatan spesifik terlihat pada gambar 4.4. berikut
ini :
Vthr
Gambar 4.7. Grafik sebagai fungsi ns
U2
Vthr
m dan ns = 705,04 rpm. Dari grafi di atas diperoleh harga =
U2
Sehingga :
Vthr = 0.52 . U2
= 0,52.20,2
= 10,504 m
Q
Vthr =
Vthr
0,00264
= 10 ,504
77
= 2,51.10-4 m2
= 251,33 mm2
Athr
rthr =
π
251 ,33
=
3,14
= 8,94 mm
Celah antara impeller dengan rumah pompa menurut lit adalah (5-10)%R2,
sehingga :
t = (5-10) %.65
= (3,25 – 6,5) mm
Maka direncankaan 6 mm
R3 = R2 +t+tthr
= 65 +6+8,94
= 79,94 mm
Bentuk rumah pompa adalah bentuk rumah volute sehingga luas daerah pompa
dan impeller merupaka fungsi dari sudut volute (µ v) dalam sistim radial
µv
Av = Athr (
360
Av = µ .rv2
78
Dimana :
Av
r vl =
π
45
Av = 251,33
360
= 31,416
Sehingga :
31,416
rvol =
π
= 3,16 mm
Rv = R4 +2rvi
Dimana :
R4 = R2 +t
= 65 + 6
= 71 mm
Dengan cara yang sama harga jari-jari (rv) untuk berbagi sudut volut (µ v) dapat
Rt
132 .In.
θ 1 = R2
tan .α2
Dimana :
= (1,02 : 1,05) R2
= (1,02 : 1,05)65
Maka :
67
132 .In .
θ 1 = 65
tan 9,09 0
= 25,000
α. y.P.D
s= +Z 1
2.σ
Dimana :
lingkaran
D = Diameter rumah pompa yang mengalami tekanan terbesar (rv 180 + rv360)
P=γ .h
Dimana :
= 8466,03 N/m3
H = Head pompa
= 23 m
Sehingga :
α = tegangan tarik ijin beban dimana bahan yang dipilih JIS G 5501 Besi
Maka :
= 2,19 mm
U 22
Ht ∞ =
g
20 ,2 2
= = 41 ,59 m
9,81
Ht = k. Ht ∞
= 29,113 m
Dimana :
BAB V
Poros pompa akan mengalami gaya-gaya akibat berat poros dan impeler
serta akibat aliran fluida. Secara umum gaya yang bekerja pada poros terdiri atas :
- Gaya radial : gaya yang bekerja pada arah vertikal terhadap poros pompa
- Gaya aksial : gaya yang bekerja pada arah sejajar terhadap pompa
Gaya radial terdapat pada poros pompa antara lain, gaya akibat berat poros
diameter yang berbeda. Adapun dimensi poros yang direncanakan seperti gambar
5.1. berikut :
π
Wp = .d s2 .L. p .γ
4
Dimana :
Lp = Panjang poros
γ = berat jenis poros 76057 (untuk bahan poros dipilih baja krom nikel)
Sesuai dengan bentuk dan ukuran poros yang direncanakan, berat poros
beberapa. Berat alur pasak dan penyeimbang diabaikan, bahan impeller adalah
bronze.
π
Wi = .( d .b2 − d a2 ).t1. γ
4
85
Dimana :
Berat impeler (Wi) adalah jumlah dari berat segmen impeler yang
Pada impeler terdpat enam sudu yang sama dimensinya, sehingga erat total
b1 + b2 t1 + t 2
Wsd = Z.L γ
2 2
Dimana :
Z = jumlah sudu
L = panjang sudu
t 1 +t 2 2,25 + 4,038
= = = 3,144 mm = 0,00314 m
2 2
b1 + b2 t1 + t 2
Wsd = Z.L γ
2 2
0,013 + 0,0371 −5
= 4,90,2 (0,0031 )8,5.10
2
= 2,43 N
Wis = Wi + Ws
= 18,94 + 2,43
= 21, 37 N
Gaya aksial terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara sisi hisap dan
sisi tekan. Hal ini menyebabkan akan terdorongnya impeler ke sisi hisap. Selain
gaya aksial akibat perbedaan tekanan ada pula gaya akibat momentum fluida yang
π
Fa = (P1 – P0) ( D s2 − D H2 )
4
Dimana :
3 u 22 − u12
= γ
4 2. g
Sehingga :
3 20 ,2 2 −5,64 2
P1 – P0 = 8466 ,03
4 2.9,81
= 121720,3 N/m2
Maka diperoleh :
π
Fa = 121720,3 (0,048 2 − 0,022 2 )
4
= 173, 90 N
γ.Qth .Vo
Fa =
g
Dimana :
Sehingga
= 3,89 N
F a total = F at – Fam
= 173,90 – 3,89
89
= 170, 01 N
cincin aus (wearing ring) dan ruang penyimpang yang ditempatkan di belakang
penyeimbang.
Dengan demikian terjadi keseimbangan antara tekanan sisi isap dan sisi
belakang. Dari kontruksi ini dapat direduksi gaya aksial sebesar (75% - 90%).
Dalam rancangan ini gaya aksial diperhitungkan karena deduksi 85%, maka gaya
Gaya radial adalah total beban yang bekerja pada poros yaitu akibat berat
poros itu sendiri maupun impeller. Dalam perhitungan ini poros ditumpu pada dua
tempat yaitu tumpuan A dan B, dimana poros dianggap sebagai beban terbagi rata
gaya radial, dianggap poros sebagai beban terpusat begitu juga dengan impeller.
90
Wp1 = 0,7642 N
Wp2 = 2,805 N
Wp3 = 4,664 N
Wp4 = 0,597 N
Wp5 = 1,146 N
Wi = 21,37 N
∑Mc = 0
- (Wp1 + Wi) (0,145) – Wp2 (0,06) + Wp3 (0,0625) – RB (0,125 + Wp4 (0,1375) +
Wp5 (0,1875) = 0
- (0,7642 + 21, 37) (0,145) – 2,805 (0,06) + 4,664 (0,0625) – RB (0,125) + 0,597
∑Fy = 0
Wamp + Wp – RA – RB
91
RA = 11,786 N
bantalan tidal berfungsi dengan baik maka prestasi dari seluruh sistim akan
bantalan.
Besar gaya aksial dan radial yang akan diatasi oleh bantala telah diperoleh
Fa = 144,50 N
Fr = 11,786 N
Pada perencanaan ini bantalan aksial-aksal dipilih bantalan rol kerucut. Pemilihan
maka bantalan yang kita pilih adalah bantalan denan spesifikasi sebagai berikut :
d = 20 mm T = 16,25 m
D = 52 mm b = 13 mm
B = 15 mm r1 = 0,8
Pompa yang memiliki gaya radial (Fr) = 11,786 N dan gaya aksia = 144,50
N. Maka beban ekivalen Pr pada sebuah bantalan yang mengalami beban radial Fr
Pr = x.v.Fr + y.Fa
Dimana :
Maka :
Fa 144 ,50
= 12 ,26 > e
v.Fr (1). 11,786
Maka diperoleh :
= 293, 7144 N
Agar bantalan aman pada saat pngopreasian maka harga beban dinamis spesifik
(C) yang terjadi harus lebih kecil dari beban dinamis spesifik teoritis (yang
diijinkan)
Fn =
33 ,3 10
n
Sehingga
93
=
33,3 10
Fn
2970
= 0,259
Lh = 500 fh10/3
Dimana :
Lh = lama pemakaian
(umur bantalan pada operasi/pemakaian terus menerus (24 jam) = 20000 – 30000
jam)
3
fh =
30000 10
= 3,415
500
terbagi rata begitu dengan impeller, karena berat impeller yang bekerja sepanjang
Gambar 5.5. Beban Poros dan Impellee sebagai beban terbagi rata
Wp 1 + Wp 2 0,7642 + 2,805
q1 = = = 0,071 N / mm
Lp 1 50
Wp 2 2,805
q2 = = = 0,0233 N / mm
Lp 2 120
Wp 3 4,664
q3 = = = 0,0373 N / mm
Lp 3 125
Wp 4 0,597
q4 = = = 0,0238 N / mm
Lp 4 25
Wp 5 1,146
q5 = = = 0,01528 N / mm
Lp 5 75
Momen Inersia :
πd 14 π 16 4
I1 = = = 3215 ,36 mm
64 64
πd 24 π 20 4
I2 = = = 7850mm
64 64
πd 34 π 25 4
I3 = = = 19165 ,03mm
64 64
πd 44 π 25 4
I4 = = = 19165 ,03mm
64 64
95
πd 54 π 25 4
I5 = = = 3215,36 mm
64 64
Dimana :
q (x) = P (x-a)-1
persamaan berikut dengan syarat jika persamaan dalam kurung lebih kecil atau
EI Y =
q1 q q2 q2 RA
) x − 0) 4 - 1 ) x − 50 ) 4 + ) x − 50 ) 4 − ) x − 170 ) 4 − ( x − 170 ) 3 +
24 24 24 24 6
q3 q R q
) x − 170) 4 − 3 ( x − 295) 4 − B ( x − 295) 3 + 4 ( x − 295) 4 ( x − 320) 4 +
24 24 6 24
96
q5 q
) x − 320 ) 4 − 5 ( x − 395) 4 + C1 ( x) + C 2
24 24
Untuk mencari harga konstant C1 dan C2, maka ditentukan kondisi dimana pada
y (x=340) = 0
y (x = 590) = 0
1. Untuk x = 340
q1 q1
0= (170 ) 4 − (120)4 + (120)4 + C1 (170) + C2
24 EI 1 24 EI 1
2. Untuk x = 590 ;
0 =
q1 q q2 q2 q2 RA q3
(295 ) 4 − 1 + − − (125 ) 4 − (125 ) 3 +
24 EI 1 24 EI 24 EI 2 24 EI 2 − 24 EI 2 6 EI 2 24 EI 3
+ 590 C1 + C2
C1 = -0,0001187
C2 = 0,017138
q1 q1 q2 q2
y= ( x − 0) 4 − ( x − 50) + ( x − 50) 4 − ( x − 170 ) 4 -
24 EI 1 24 EI 1 24 EI 2 24 EI 2
RA q3 q3 R
- ( x − 170 ) 3 + ( X − 170 ) 4 − ( x − 295) 4 − B ( x − 295) 3
6 EI 2 24 EI 3 24 EI 3 6 EI 4
q q q q
+ 24 EI ( x − 295 ) − 24 EI ( x − 320 ) + 24 EI ( x − 320 ) 24 EI ( x − 395 ) 4
4 4 4 4 5 4 5
4 4 5
1) y (x) = ,017138 mm
untuk selanjutnya besar defleksi pada poros untuk tiap titik pengamatan dapat
Tabel 5.3. Besar Defleksi pada Poros pada Tiap Titik Pengamatan
X Y (mm)
50 0,0141723
110 0,0047557
232,5 -0,00177237
307,5 0,0008
357,5 0,005475
N = 187,5
∑W y n n
.............................................(Lit.1, hal 288)
∑W y
2
n n
Dimana :
W1 = q1 (50) = 3,55 N
W2 = q2 (12) = 2,79 N
W3 = q3 (125) = 4,66 N
W4 = q4 (25) = 0,59 N
W5 = q5 (75) = 1,146 N
Maka :
N = 187, 5
∑W y n n
∑W y
2
n n
0,0481448
= 187,5
0,00065
= 5103, 9 rpm
Putaran yang aman untuk pompa berada (20 : 30)% dibawah atau diatas putaran
kritis. Dala perncanaan ini diambil putaran kritis pada batas 30% sehingga daerah
Nc = (0,7 : 1,3) N
Karena putran kritis adalah 5103,9 rpm sedangkan putaran operasi yang
direncanakan adalah 2970 rpm, yang ternyata jauh dibawah putara kritis, maka
BAB VI
KESIMPULAN
Head pompa : 23 m
101
102
101
Diameter : 16 mm
Impeller
Bahan : Bronze
Rumah Pompa
103
102
Tebal : 2,19 mm
Pasak
Bantalan
DAFTAR PUSTAKA
1996.
1993.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR NOTASI
Hal
1.1...................................................................................................Tinja
1.2...................................................................................................Prose
1.3...................................................................................................Kebu
1.4...................................................................................................Tinja
1.5...................................................................................................Pemb
BAB VI KESIMPULAN..................................................................................101
LAMPIRAN