Professional Documents
Culture Documents
TIM PENYUSUN:
Andra
1008111
Titan Wahyudi
100911126
100911127
Nita Setyawati
100911136
100911142
100911153
Nenni Septyaningrum
100911172
100911169
100911181
100911196
100911197
DAFTAR ISI
Daftar isi ............................................................................................................... ii
BAB I
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
NILAI GUNA
menyangkut
kesenangan
dan
penderitaan,
dan
dia
utility
atau
nilai
guna
didefinisikan
dengan
melihat
atau
b.
c.
d.
2)
menurut
M.
Abraham
Garcia-Torres
dalam
buku
a.
TUx
35
30
25
20
15
10
TUx
5
0
0
Kurva nilai guna total (TU) bermula dari titik 0, yang berarti pada
waktu itu tidak sedang terjadi konsumsi produk, maka nilai guna total adalah
nol. Pada mulanya kurva nilai guna total adalah menaik, yang berarti kalau
jumlah konsumsi produk bertambah, maka nilai guna total bertambah tinggi.
Kemudian,
jika
sudah
mencapai
suatu
titik
maksimum
kepuasan
mengkonsumsi produk, maka kurva nilai guna total akan mulai menurun
dalam konsumsi produk berikutnya.
b.
MUx
12
10
8
6
4
MUx
2
0
-2 0
-4
Kurva nilai guna marjinal (MU) turun dari kiri atas ke kanan bawah.
Gambaran ini mencerminkan hukum nilai guna marjinal yang semakin
menurun. Kurva nilai guna marjinal memotong sumbu datar sesudah
mencapai titik maksimum kepuasan konsumsi barang. Berarti sesudah
perpotongan tersebut nilai guna marjinal adalah negatif.
Dari dua kurva Total utility dan Marginal Utility, jika dihubungkan,
maka dapat diinterpretasikan bahwa Total utility mula-mula meningkat,
walaupun peningkatannya semakin lama semakin mengecil, kemudian
mencapai puncak dan akhirnya menurun. Kalau dihubungkan dengan gambar
c.
produk. Untuk konsumsi satu jenis produk, maka kepuasan maksimum dapat
dicapai pada saat nilai guna total (TU) mencapai maksimum.
Jika konsumen mengkonsumsi lebih dari satu produk, maka
penentuan kepuasan maksimum dapat dicapai:
nilai guna maksimum (TU) adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk 1
unit tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal
yang sama atau
BAB II
HUKUM NILAI GUNA MARGINAL
Pada tabel 1.1 dapat diperhatikan mengenai perubahan nilai guna total
dan marginal pada konsumsi buah mangga yang dimisalkan dengan angka.
Berdasarkan pernyataan tentang hukum nilai guna marjinal yang semakin
menurun, tabel 1.1 menunjukkan bahwa mangga yang dimakan kedelapan
kalinya masih memiliki nilai guna marjinal positif, maka nilai guna total akan
terus-menerus bertambah jumlahnya. Ketika memakan mangga untuk
kesembilan kalinya, nilai guna marjinalnya menjadi negatif. Hal ini
menandakan bahwa kepuasan dari memakan mangga mencapai tingkat paling
maksimum pada saat memakan mangga yang kedelapan.
Menambah memakan mangga pada saat tersebut akan mengurangi
kepuasan (nilai guna). Dalam contoh ditunjukkan apabila konsumen tersebut
memakan sembilan, sepuluh, atau sebelas mangga, kepuasan yang didapat
adalah lebih rendah daripada kepuasan yang didapat saat memakan delapan
mangga. Pada tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa lebih baik memakan lima
mangga daripada sebelas mangga karena kepuasan yang dinikmati dari
memakan lima mangga adalah lebih besar.
10
12
10
12
-10
10
konsumen
dikatakan
dalam
kondisi
seimbang
jika
telah
mengalokasikan dananya yang terbatas diantara berbagai macam barang dan jasa
sedemikian rupa sehingga realokasi dana tidak akan menaikan total utility yang
diperolehnya dari konsumsi barang tersebut. Berarti dalam kondisi ini konsumen
telah membelanjakan semua dananya dan kepuasan yang diperoleh adalah
maksimum.
Jadi bisa dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai keseimbangan
semua dana telah dibelanjakan dan memberikan suatu tingkat kepuasan
maksimum, sehingga kepuasan yang didapat dari tiap rupiah terakhir yang
dibelanjakan pada berbagai komoditi adalah sama karena berlakunya hukum Law
of Diminishing Marginal Utility (Sukirno, 1997).
11
BAB III
KONSEKUENSI HUKUM NILAI GUNA MARGINAL
Harga yang
Surplus
apel setiap
bersedia
konsumen
minggu
dibayar
jika harga
konsumen
apel Rp
Jumlah surplus
konsumen
1000/buah
Apel pertama
Rp 2000
Rp 1000
Rp 1000
Apel kedua
Rp 1800
Rp 800
Rp 1800
Apel ketiga
Rp 1600
Rp 600
Rp 2400
12
Apel keempat
Rp 1400
Rp 400
Rp 2800
Apel kelima
Rp 1200
Rp 200
Rp 3000
Apel keenam
Rp 1000
Rp
Rp 3000
Apel ketujuh
Rp 800
Apel kedelapan
Rp 600
13
P
A
D
O
Q
Gambar 3.1. Grafik Surplus Konsumen
3.2 Inovasi
3.2.1 Pengertian Inovasi
A. Menurut Kinicki dan Williams (2003):
a. Inovasi adalah kaedah mencari jalan untuk menghasilkan produk
baru yang lebih baik.
b. Organisasi tidak akan membenarkan perusahaan mereka berpuas
hati dengan apa yang ada (complacent).
c. Terutama sekali apabila pesaing akan menghasilkan ide yang
kreatif.
B. Menurut Chell (2001):
Inovasi juga bermaksud berfikir untuk menghasilkan sesuatu yang
baru di pasaran yang akan merubah persamaan antara permintaan dan
pengeluaran.
C. Menurut Stephen Robbins (1994):
Inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk
memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.
14
3.2.2
Ciri Inovasi
Inovasi mempunyai 4 ciri, yaitu:
a.
b.
c.
d.
3.2.3
Syarat Inovasi
Terdapat tiga syarat dari inovasi, yaitu:
a.
b.
c.
15
3.2.4
Waktu Inovasi
Inovasi sebaiknya mulai dilakukan ketika perusahaan tersebut
16
BAB IV
INDIKATOR KEPUASAN SUATU PRODUK
Produk
Dimensi
Kinerja
(Fungsi utama)
Reabilitas
(Keandalan)
Indikator-indikator
Gurih
Wangi
Lebih kering
Lebih putih
Dapat digunakan untuk
berbagai macam kue
- Kemasan sesuai dengan
Fitur
(Banyaknya macam tepung)
kebutuhan konsumen
Dimensi
Indikator-indikator
- Tidak cepat basi
Daya tahan lama
- Tanpa bahan pengawet
Conformance
(Standar)
- Kualitas
pada
setiap
produk sama
- Pembungkus menarik
Desain
-
17
(Scheuning, 2004). Apabila terjadi tuntutan dari para konsumen maka konsumen
berharap perusahaan dapat memberikan pelayanan berupa jawaban yang diberikan
secara ramah, cepat, dan tepat. Untuk produk yang membutuhkan jasa pelayanan
fisik, jasa pelayanan menjadi komponen yang kritis dari nilai (Douglas, 1992).
Menurut Kotler (2000:440) menyatakan bahwa kelima dimensi pokok
kualitas pelayanan dijelaskan: (1). Reliability, yaitu konsistensi dari penampilan
pelayanan dan keandalan pelayanan; (2). Responsiviness, yaitu kemauan untuk
membantu konsumen dan memberikan jasa pelayanan dengan cepat; (3).
Emphaty, yaitu kesadaran untuk peduli, memberikan perhatian pribadi kepada
konsumen; (4). Assurance, yaitu kemampuan, keterampilan, keramahan,
kepercayaan, dan keamanan dari para petugas; (5). Tangible, yaitu fasilitas fisik
yang ditawarkan kepada konsumen dan materi komunikasi.
Apabila konsumen merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang
disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak
efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Tingkat kepuasan
pelanggan
terhadap
pelayanan
merupakan
faktor
yang
penting
dalam
19
c)
20
DAFTAR PUSTAKA
(diakses
Raizo.
2009.
Teori
Ekonomi
Mikro.
Achmad.
Teori
Nilai
Guna.
Available
at
http://ahmadsubagyo.com/download/ekonomi_mikro/04-TEORI-NILAIGUNA.pdf
Sugiarto, dkk. 2007. Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Available at books.google.co.id
Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Mikroekonomi Edisi Kedua Cetakan
Kesembilan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2010. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Warsidi.
2009.
Definisi
Utilitas.
http://www.warsidi.com/2009/12/time-
21