Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Atler Ughude - 11140110281
Yohanes Bosco Charistho - 11140110286
Fanly Edah 11140110282
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Give Silky Skin merupakan produk produk sabun mandi yang diproduksi
oleh oleh PT Wings Surya. Perusahaan ini sudah berdiri sejak 1948, dan berlokasi
di Bandung. Perusahaan ini mengawali bisnisnya dari industri kecil, dan kemudian
menjadi perusahaan raksasa. PT Wings Surya telah menghasilkan berbagai produk
berkualitas dengan standar internasional dan harga yang terjangkau. Dengan
berbagai brand yang berkualitas PT Wings Surya berhasil menjadi pemimpin pasar
untuk produk sabun mandi, tederjen, shampoo dan pasta gigi. Berdiri sejak 1948,
tentunya brand mereka sudah banyak dengan masyarakat dan akrab dengan
masyarakat dan menjasi salah satu pilihan masyarakat. Dimana ada produk
disitulah ada promosi, promosi dapat dilakukan dengan membuat iklan-iklan yang
kreatif dan bisa menarik perhatian para konsumen. Dan yang paling menarik
perhatian konsumen adalah iklan di televisi, karena banyak yang bisa di jual
melalui iklan di televisi, dengan menciptakan iklan-iklan yang kreatif, fresh dan
visual yang menarik, tentunya dapat menarik perhatian para konsumen.
Sama seperti produk-produk pada umumnya, PT Wings Surya juga
membuat iklan yang kreatif untuk bergabai produknya, dan menggunakan talenttalent yang menarik dan fresh. Salah satunya adalah iklan Giv Silky Skin yang
dibintangi oleh model Agni Pratistha, dalam iklan tersebut ditampilkan bagaimana
kelembutan dari produk Giv Silky Skin dan manfaat yang bisa memutihkan kulit.
Dibalik iklan yang menarik namun tanpa kita sadari dalam iklan iklan yang
menarik tersebut terdapat beberapa unsur yang negatif, seperti unsur seksualitas
eksploitasi dan lain-lain. Dan unsur-unsur itu dapat di teliti menggunakan teoriteori dan
mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara
umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotics is usually defined as a
general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols
as part of code
Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all
signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses)
as they form code systems which systematically communicate information or
massages in literary every field of human behaviour and enterprise. (Semiotik
biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi
tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan
untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan
verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan
bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut
membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau
pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant
yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada
hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara yang ditandai (signified) dan
yang menandai (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda
(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda
adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Jadi, penanda adalah
aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang
ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi,
petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001:180). Suatu penanda tanpa
petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu
petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau
yang dtandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu
faktor linguistik. Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari
sehelai kertas, kata Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean
berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara
aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung
hubungan antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi
Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah
penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi
kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori
metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland Barthes
pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda
yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu
tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).
Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak
hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak dikomunikasikan,
tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah satu wilayah penting
yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the
reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktivan
pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering
disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem
lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan
konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari
denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Dengan menggunakan teori semiotika, kita dapat menganalisa berbagai tandatanda, dalam iklan-iklan baik iklan media cetak ataupun iklan televisi. Begitu banyak
iklan yang menarik namun mengandung sisi-sisi negatif. Salah satunya iklan iklan
Giv Silky Skin, iklan ini mempertontonkan keindahan dari tubuh model iklan
tersebut, tanpa disadari hal itu merupakan eksploitasi terhadap wanita khususnya
model yang membintangi iklan tersebut. Iklan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap cara berpikir khalayak tentang apa yang mereka tonton,
karena iklan
massa dan hal ini jarang disadari oleh khalayak, disadari atau tidak dalam media
perempuan telah di desain sedemikian rupa untuk menjadi objek fantasi dari para
penonton yang menonton tayangan tersebut, kususnya para laki-laki. Tubuh wanita
dijadikan dijadikan alat oleh para untuk memenuhi kepentingan para pemilik bisnis
dan wanita dijadikan objek eksploitasi untuk menjual produk-produk mereka.
BAB II
TEORI DAN KONSEP
Komunikasi
Defenisi komunikasi menurut para ahli (Mulyana, 2005) antara lain :
a. Carl I. Hovland, Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan ransangan (biasanya lambang-lambang verbal)
untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).
b. Raymond S. Ross, Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir,
memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu
pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa
dengan yang dimaksudkan komunikator.
c. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante, Komunikasi adalah transmisi informasi
dengan tujuan mempengaruhi khalayak.
d. Harold Lasswell, Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan
Pengaruh Bagaimana?
Komunikasi Massa
Menurut Mulyana (2005), Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah
komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (Surat Kabar, majalah) atau
elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga
atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum,
disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khusus media elektronik). Meskipun
khalayak ada kalanya menyampaikan kepada lembaga (dalam bentuk saran-saran
yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena
lembagalah yang menetukan agendanya. Komunikasi antarpribadi, komunikasi
Komunikasi Verbal
Menurut Mulyana (2005), Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol
yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua ransangan wicara yang kita
sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha usaha yang
dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefenisikan sebagai
seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol simbol
tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana
utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal
menggunakan kata kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual.
Komunikasi Nonverbal
Secara sederhana menurut Mulyana (2005), pesan nonverbal adalah semua
isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar fan Richard E. Porter,
komunikasi nonverbal mencakup semua ransangan (kecuali ransangan verbal) dalam
suatu setting komunikasi, yang dihasilkan individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.
Klasifikasi pesan nonverbal antara lain :
a. Bahasa Tubuh, meliputi isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan
posisi kaki, ekspresi wajah dan tatapan mata,
b. Sentuhan, meliputi tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukam,
belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan).
c. Parabahasa atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek aspke suara
selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada
(tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, kualitas vokal
(kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau, suara terputusputus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan,
gumaman, desahan, dan sebagainya.
d. Penampilan Fisik, meliputi busana, karakter fisik
e. Bau-Bauan
f. Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi
g. Konsep Waktu
h. Diam
i. Warna
j. Artefak
Iklan
Bolland mendefinisikan iklan sebagai bentuk pembayaran yang dilakukan
untuk membeli tempat atau ruang dalam menyampaikan pesan pesa lembaga atau
institusi dalam media. Media yang biasa digunakan iklan adalah bioskop, billboard
(baliho), surat kabar, radio, dan televisi. (Cangara, 2009)
Menurut Wells, Burnett, dan Mortarty mengatakan bahwa iklan adalah suatu
bentuk komunikasi yang dibayar oleh nonpersonal dari sponsor yang dikenal dengan
menggunakan media massa untuk mengajak atau mempengaruhi khalayak. (Wibowo,
2013)
Iklan Televisi
Ada tiga kekuatan yang menyebabkan televisi menjadi pilihan dalam beriklan
( Kasali, 1992 ), yaitu :
1. Dampak yang kuat
Dengan tekanan pada sekaligus dua indera : penglihatan dan pendengaran,
televisi mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan
mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama dan humor.
2. Pengaruh yang kuat
Televisi mempunyai pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi persepsi
audiens. Kebanyakan calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang
mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama sekali. Ini adalah
cerminan bonafiditas perusahaan.
3. Efisiensi Biaya
Kemampuan untuk menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas merupakan
salah satu keunggulan yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Jangkauan massal
inilah yang menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.
Semiotika
Menurut Wibowo (2013) secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda. Sedangkan menurut Umberto Eco ahli semiotika
yang lain, kajian semiotika sampai sekarang membedakan dua jenis semiotika yakni
semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.
Semiotika Pierce
Charles Sander Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi :
a. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu
mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara
representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa
kualitas.
b. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial
di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara
tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui
suatu cara yang sekuensial atau kausal.
c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvensional
sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tandatanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. (Wibowo, 2013)
Representasi
Dalam Wibowo (2013) representasi merupakan kegunaan dari tanda.
Marcel Danesi mendefinisikannya sebagai berikut : proses merekam ide,
pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik disebut representasi.
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental,
yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing (peta
konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak.
Kedua, bahasa, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna.
Representasi
Eksploitasi
Eksploitasi menurut KBBI, adalah pengusahaan, pendayagunaan,
pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, pengisapan, pemerasan (tentang
tenaga orang). (http://kbbi.web.id/eksploitasi)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Data dalam penelitian ini didapat dari dokumen resmi eksternal yaitu berupa
video iklan yang dikeluarkan oleh produsen sabun merk GIV. Dalam hal ini,
dokumen resmi tersebut bersifat eksternal karena disiarkan kepada masyarakat
melalui televisi. Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks
sosial, kepemimpinan, dan lain-lain.
Selain itu, penelitian ini menggunakan metode analisa semiotika. Menurut
Alex Sobur, semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Analisa yang dipakai pada penelitian ini adalah semiotika yang dikemukakan oleh
Charles Sanders Pierce. Hal ini juga dijelaskan melalui bagan segitiga makna pada
gambar berikut :
BAB 4
PEMBAHASAN
Tanda
IKON
Perempuan
Objek
Interpretan
Sosok perempuan
Asia
mempunyai
Kaki
model.
Menggambarkan
bentuk
kaki
yang
perempuan.
ideal
bagi
IKON
Punggung
Menggambarkan
tubuh
perempuan
bentuk
yang
IKON
Dada
Menggambarkan
salah
IKON
Pria
Menggambarkan
sosok
besar
postur
tubuhnya.
IKON
Bunga
Menggambarkan
kesucian, keindahan, dan
kesuburan.
INDEKS
Jenis
Tanda
Objek
Interpretan
Tanda
Indeks
Gerakan
Menggambarkan
Tangan
Indeks
Lompatan
Menggambarkan
kegirangan
seorang
perempuan.
Indeks
Gerakan
Menggambarka
mengusap
kenikmatan
badan
mandi
saat
ekspresi senang.
dan
Indeks
Ekspresi
Menggambarkan
mengusap
sosok
badan
yang
perempuan
memamerkan
bentuk tubuhnya.
Indeks
Gerakan
Menggambarkan
kepala
sensasi
kenikmatan
yang dirasakan.
Indeks
Ekspresi
Menggambarkan
Wajah
Indeks
Bergaya
Menggambarkan
depan cermin
seorang
yang
perempuan
memamerkan
keindahan tubuhnya.
Indeks
Warna
pakaian
putih
Menggambarkan
kesucian dan bersih.
Indeks
Adegan
Menggambarkan
berpelukan
ekspresi
kekaguman
seorang
laki-laki
terhadap perempuan.
SIMBOL
Jenis Tanda
Tanda
Objek
Interpretant
Simbol
Kata kata
Menggambarkan
(Tagline)
Dari hasil analisa tanda pda iklan Give Silky Skin diatas ditemukan
terdapat enam tanda-tanda yang bersifat Ikon. Dari kelompok tanda ini,
eksploitasi direpresentasikan melalui keberadaan sosok perempuan sebagai
model iklannya. Sosok perempuan dihadirkan bersama sosok pria sebagai
lawan mainnya dalam iklan tersebut. Sosok perempuan selalu tampil dengan
balutan pakaian putih, tipis dan transparan sebagai busanannya. Hal tersbut
seolah-olah sengaja memamerkan keindahan bentuk tubuh dari wanita
tersebut.
Tampilan emosional belum dapat dimunculkan pada kelompok tandatanda yang bersifat ikon ini. Hal ini dikarnakan tanda-tanda tersebut masih
mengacu pada materi-materi tanda dengan objek konkrit yaitu gambar objek
itu sendiri yang lebih menekankan pada keberadaan produk iklan terebut.
2. Pembahasan Hasil Analisa pada tanda dan makna tanda-tanda tipe indeks
3. Pembahasan Hasil Analisa pada tanda dan makna tanda-tanda tipe indeks
Dari hasil analisa diatas ditemukan satu tanda simbol representasi
ekploitasi wanita tapi lebih kepada keuntungan-keuntungan produk semata.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam tagline iklan ini, menunjukkan
interpretant bahwa produk ini digunakan oleh orang lokal, lebih khusus
perempuan Indonesia yang cenderung memiliki kulit yang tidak terlalu cerah.
Di satu sisi produk ini juga memunculkan suatu pandangan bahwa setelah
memakai produk ini, kulit perempuan bisa menjadi putih dan selembut sutra.
4.4 KESIMPULAN
Menurut hasil analisa tanda pada bab IV, maka dapat disimpulkan
bahwa representasi eksploitasi perempuan dalam iklan ini terlihat secara jelas
melalui berbagai adegan yang ada dalam iklan sabun GIV Silky Skin versi
Agni Pratistha ini. Hal ini tentu bertentangan dengan apa yang telah tertulis
dalam Etika Pariwara Indonesia, di mana iklan tidak boleh melakukan
ekploitasi terhadap perempuan dan anak-anak. Melihat tindakan eksploitasi
yang ada dalam iklan ini, tentunya hal ini mengarah pada nilai-nilai yang tidak
tepat untuk dilakukan dalam dunia periklanan.
Selain itu, penggunaan tagline dalam iklan ini bertujuan untuk
menciptakan persepsi bahwa dengan menggunakan produk tersebut, konsumen
dapat memiliki bentuk tubuh yang sama dengan apa yang dikatakan dalam
tagline iklan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. (2007). Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.
Cangara, Hafied. (2009). Komunikasi Politik : Konsep, Teori, Dan Strategi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Etika Pariwara Indonesia (EPI)
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : Referensi.
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Wibowo, Indiwan, Seto, Wahyu. (2013). Semiotika Komunikasi : Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian dan Skripsi Komunikasi Edisi 2. Jakarta : Mitra Wacana Media.
indonesian.irib.ir
http://kbbi.web.id/eksploitasi
http://sondis.blogspot.com/2013/03/pengertian-iklan-televisi.html