You are on page 1of 15

TUTORIAL II

SEKULARISME

Kelompok: 18
L Arif Firiandri 0810053(Ketua)
Helena 0810051 (Sekretaris)
Meta 0810023
Vanda 0810096
Febri 0810165
Olivia J 0810199
Isept 0810133
Bonggas 0810192
Mutia 0810207

Tutor : dr. Chandrawati

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG

HOMOSEKSUAL
a. Homoseks dan Homophili
Orang homoseks adalah orang yang orientasi atau pilihan seks pokok atau dasarnya,
entah diwujudkan atau tidak, diarahkan kepada sesama jenis kelaminnya.Kees Mass
mengatakan bahwa istilah homoseks kurang tepat karena pengertiannya terlalu
menekankan aspek seksual dalam arti yang sempit. Ia menganjurkan menggunakan istilah
homophili. Ia memberi pengertian2: homophili adalah seseorang yang tertarik atau jatuh
cinta kepada orang yang berjenis kelamin sama, dengan tujuan mengadakan persatuan
hidup, baik untuk sementara maupun untuk selamanya. Dalam persatuan ini, mereka
menghayati cinta dan menikmati kebahagiaan seksual yang sama seperti dialami oleh
orang heteroseksual.
b. Homoseksualitas
Homoseksualitas merupakan pengertian umum yang mencakup banyak macam
kecenderungan seksual terhadap kelamin yang sama, atau lebih umum lagi: keterarahan
kepada kelamin yang sama dan dapat disebut secara agak halus dan deskriptif
homotropie (Yunani: homoios = sama, dan tropos = arah, haluan). Keadaan terarah
kepada kelamin yang sama.
c. Gay
Istilah gay menunjuk pada homophili laki-laki. Gay berarti orang yang meriah. Istilah ini
muncul ketika lahir gerakan emansipasi kaum homoseks (laki-laki maupun perempuan)
yang dipicu oleh Peristiwa Stonewall di New York pada tahun 60-an. Istilah gay ini
mengacu pada gaya hidup, suatu sikap bangga, terbuka, dan kadang-kadang militan
terhadap masyarakat. Orang yang meyebut diri gay, ke-gay-annya itu dianggap
mencakupi keseluruhan pribadinya.

Istilah

Somatik
: berkaitan dengan atau bercirikan soma/badan (sel tubuh).
Cephalgia
: nyeri di dalam kepala, sakit kepala. Nama lain cephalodynia.
Vertigo: suatu ilusi gerakan, perasaan seperti dunia luar berputar.
Febris
: demam
Anxietas
: kegelisahan jiwa, kecemasan
Insomnia
: tidak dapat tidur, keterjagaan abnormal
Compos mentis: kejernihan pikiran, waras
Paranoid
: ketakutan yang berlebihan akan sesuatu karena sesuatu hal
Afebris
: tidak demam
Depresi
: sindrom psikiatrik yang terdiri atas perasaan murung,
kemunduran psikomotor, sukar tidur, penurunan berat badan dan kadang-kadang

disertai rasa bersalah dan kebingungan somatik dalam keseimbangan khayalan.


Sekular
: bersifat duniawi
Sekularisme : paham / aliran filsafat yang berpendapat bahwa pendidikan dan

budi pekerti tidak harus didasarkan pada ajaran agama.


Sekularisasi : tindakan yang tidak mendasarkan kehidupan, pendidikan, dsb

pada dasar-dasar ajaran agama, atau norma-norma agama dan dogma.


(Sekularisasi terasa lebih negatif daripada sekularisme karena sekularisasi merupakan
suatu tindakan/proses, sedangkan sekularisme hanya sebuah paham.)
Homoseksual : hasrat hubungan kelamin dengan orang yang sama jenis

kelaminnya.
Gay
: hasrat hubungan kelamin antara pria dengan pria.
Lesbian
: hasrat hubungan kelamin antara wanita dengan wanita.
Kelainan orientasi seksual terdiri dari 3 macam, yaitu: Homoseksual,
Heteroseksual, dan Biseksual.

Aspek Biologis
Manusia tidak dapat memilih jadi gay atau straight. Orientasi seksual terbentuk
pada masa awal remaja tanpa didahului pengalaman seksual. Meskipun kita dapat

memilih untuk mengikuti atau tidak mengikuti perasaan (orientasi seksual) kita,
psikologis tidak menganggap orientasi seksual itu sesuatu yang dapat dipilih secara sadar
dan dapat diubah dengan bebas. Banyak teori tentang asal-usul orientasi seksual
seseorang; sebagian besar ilmuwan saat ini sepakat bahwa orientasi seksual disebabkan
oleh interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, kognitif dan faktor biologis.
Pada sebagian besar orang, orientasi seksual terbentuk pada masa kecil. Akhirakhir ini terdapat cukup banyak bukti yang mengatakan bahwa faktor biologis, termasuk
faktor genetis dan hormonal memainkan peran cukup besar dalam seksualitas seseorang.
Apabila kekurangan hormone Androgen, maka pria tersebut akan bertingkah laku
seperti wanita yaitu lemah lembut dan suka berdandan seperti wanita padahal
karakteristik mereka adalah laki laki. Sebaliknya pun juga begitu, apabila wanita
kekurangan hormone Estrogen, maka ia akan bertingkah laku seperti laki laki, lebih kasar
padahal dilihat secara fisik wanita. Homoseksualitas bisa juga disebabkan oleh faktor
genetik/keturunan.
Selain Faktor hormone, ada juga kelainan pada kromosom orang yang mengalami
homoseksual. Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan
kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari
ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x
dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.
Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin
pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga
kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi.
Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis
kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
Dapat disimpulkan: sangat penting untuk menyadari bawa banyak faktor yang
menentukan orientasi seksual seseorang, dan faktor-faktor tersebut bisa berbeda untuk
masing-masing orang.
Otak manusia yang merupakan homoseksual mempunyai kelainan pada
strukturnya, yaitu pada amygdalanya. Pada lelaki heteroseksual dan wanita lesbian,
terdapat lebih banyak 'hubungan' syaraf di sisi kanan amygdala jika dibandingkan dengan

sisi sebelah kirinya. Sebaliknya, pria homoseksual dan wanita normal memiliki lebih
banyak 'hubungan' syaraf di sebelah kiri amygdala mereka.
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay
males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas
terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara
bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya
sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan
straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf
otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan
susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
Dengan memindai 90 orang heteroseksual dan homoseksual, diperoleh data
bahwa amygdala, bagian otak yang mengatur emosi (termasuk respon hormonal)
seseorang berbeda-beda. Seorang laki-laki gay memiliki amygdala yang mirip dengan
perempuan heteroseksual dan perempuan lesbian memiliki amygdala yang mirip dengan
laki-laki straight alias heteroseksual.

Aspek Psikiatri
Menurut Freud, setiap orang dilahirkan dengan potensi biseksual. Selama
perkembangan psikoseksual, seorang anak dapat berkembang menjadi homoseks atau
heteroseks, tergantung pada pengalaman masa kanak-kanak atau pendidikannya.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak menjadi homoseks antara lain:
- jenis kelamin anak tidak dikehendaki orang tua sehingga anak diperlakukan sesuai jenis
kelamin

yang

diinginkan

orang

tua

- orang tua terlalu memperhatikan anaknya dari jenis kelamin tertentu sehingga
menyebabkan anak yang lain iri hati dan berperilaku seperti anak yang lebih diperhatikan
orang

tuanya.

- Pengalaman akan sikap kasar ibu sehingga membuat anak laki-laki berpaling kepada
ayahnya (lalu pada laki-laki lain) untuk cinta dan kepuasan erotis.

Menurut Priyo Handoko, dkk. , ada delapan kesimpulan mengenai hal yang
mungkin berpengaruh dalam pembentukan perilaku homoseksual atau heteroseksual
dewasa yang dimulai sejak masa kanak-kanak hingga remaja dan pengalaman seksual:
- Pada waktu anak laki-laki atau perempuan mencapai remaja, pilihan seksual mereka
sangat menentukan, walaupun mereka belum menjadi sangat aktif secara seksual.
- Homoseksual mempunyai indikasi jatuh cinta kepada seseorang dengan jenis kelamin
sama pada dua atau tiga tahun sebelum aktivitas seksual yang pertama. Perasaan romantis
tampaknya

krusial

dalam

perkembangan

homo

seksualitas

dewasa.

- Laki-laki atau perempuan homoseksual mempunyai pengalaman heteroseksual selama


masa kanak-kanak dan remaja, namun pengalaman tersebut tidak memuaskan.
- Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hubungan yang kuat antara gender
nonconformity6 dengan perkembangan homoseksualitas; homoseksual biasanya menjadi
sissy

atau

tomboy.

- Identifikasi seseorang dengan orang tua yang berjenis kelamin lain tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan menjadi homoseks atau heteroseks.
- Identifikasi terhadap orang tua yang berjenis kelamin sama mempunyai hubungan yang
lemah

terhadap

perkembangan

orientasi

seksual.

- Hubungan yang tidak baik dengan ayah tampaknya lebih penting daripada hubungan
dengan

ibu.

- Gender nonconformity lebih menonjol pada laki-laki, dan hubungan keluarga lebih
menonjol pada perempuan.
Menurut aspek psikiatri, homoseksual terdiri dari 2 macam :

Egodistonik adalah homoseksual yang dianggap sebagai suatu bentuk gangguan


jiwa. Homoseksual jenis ini bercirikan pribadi tersebut yang merasa tidak nyaman
dengan dirinya dan tidak dapat menerima kenyataan orientasi seksualnya yang
abnormal tersebut. Akibatnya pribadi semacam ini dihantui kecemasan dan
konflik psikis baik internal maupun eksternal dirinya. Homoseksual distonik
memberikan suatu distress (ketegangan psikis) dan disability (hendaya, gangguan
produktivitas sosial) sehingga digolongkan sebagai suatu bentuk gangguan jiwa.
Pribadi homoseksual tipe ini seringkali dekat depresi berat, akibatnya seringkali

mereka mengucilkan diri dari pergaulan, pendiam, mudah marah dan dendam,
aktivitas kuliah terbengkalai dan sebagainya. Homoseksual jenis inilah yang dicap
sakit mentalnya dan memang harus diterapi. Di negara dengan budaya dan agama
yang kuat seperti di negara kita, celakanya homoseksual jenis inilah yang
mendominasi. Kaum homoseksual di tanah air sulit untuk menerima kenyataan
dirinya sebagai kaum abnormal seperti demikian, maka mereka sering
menyembunyikan orientasi yang dicap salah dalam masyarakat tersebut. Represi
semacam demikian akan berakibat gejolak negatif dalam dirinya sehingga tampil
ke permukaan sebagai stress,depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka
sering gagal dalam menemukan identitas dirinya ditengah ancaman cambuk

agama dan budaya yang sedemikian kuat.


Egosintonik adalah homoseksual yang justru dapat menerima apa yang ada pada
dirinya sebagai suatu bentuk hal yang hakiki. Pribadi semacam ini berani coming
out atau menyatakan identitas dirinya yang sesungguhnya sehingga konflik
internal dalam dirinya lepas. Tidak dikatakan sebagai kelompok gangguan jiwa
karena mereka tidak mengalami distress amupun disability dalam kehidupan
mereka. Bahkan mereka yang sukses dengan coming out seperti demikian
seringkali lebih produktif dan sukses dalam profesi mereka seperti misalnya
perancang baju, penata rias dan rambut,dll.

Gambar di atas menunjukkan adanya spektrum antara heteroseksual murni (baik


pada laki-laki maupun pada perempuan) dan homoseksual murni (baik pada lakilaki maupun pada perempuan). Bagian tengahnya adalah bertingkat dari yang
paling ringan sampai yang paling berat. Hal ini diperkenalkan pertamakali oleh
Kinsey (secara keseluruhan ada 7 derajat).
0 = heteroseksual eksklusif

1 = heteroseksual lebih menonjol (predominan), homoseksualnya cuma kadang-

kadang.
2 = heteroseksual predominan, homoseksual lebih dari kadang-kadang.
3 = heteroseksual dan homoseksual seimbang (biseksual)
4 = homoseksual predominan, heteroseksual lebih dari kadang-kadang.
5 = homoseksual predominan, heteroseksual cuma kadang-kadang.
6 = homoseksual eksklusif
Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai istilah psikiatri ini, silakan
perhatikan contoh berikut ini! Misalkan ada seorang laki-laki dengan ciri-ciri
biologis laki-laki. (1) Bila laki-laki biologis ini mempunyai identitas seksual,
identitas gender, orientasi seksual dan perilaku seksual, semuanya berciri lakilaki maka ia termasuk kategori laki-laki normal, (2) Bila laki-laki biologis ini
mempunyai identitas seksual, identitas gender, orientasi seksual berciri lakilaki, sedangkan perilaku seksual berciri perempuan maka ia termasuk kategori
spt layaknya Tessy atau Aming (3) Bila laki-laki biologis ini mempunyai identitas
seksual, identitas gender berciri laki-laki, sedangkan orientasi seksual dan
perilaku seksual berciri perempuan maka ia termasuk kategori homoseksual(suka
sesama jenis) (4) Bila laki-laki biologis ini mempunyai identitas seksual berciri
laki-laki, sedangkan identitas gender, orientasi seksual dan perilaku seksual,
berciri perempuan maka ia termasuk kategori transvetisme(banci) (5) Bila lakilaki biologis ini mempunyai identitas seksual, identitas gender, orientasi
seksual dan perilaku seksual, semuanya berciri perempuan maka ia termasuk
kategori

transeksual(seseorang

yang

benar-benar

perempuan,

hanya

perawakannya saja yang laki-laki). Demikian juga berlaku sebaliknya untuk yang
perempuan.

Kaitan psikis dan fisik


Kaum gay masih tetap merasa dan menganggap dirinya sebagai laki-laki. Dalam
mewujudkan seksualitasnya, ada yang bertindak sebagai pihak pasif (seperti peran
perempuan dalam hubungan seksual) dan ada yang bertindak sebagai pihak aktif (seperti
peran laki-laki), tetapi masing-masing tetap menganggap diri sebagai laki-laki, baik
secara fisik maupun psikis. Pola relasi kaum gay yang akan dipaparkan di sini adalah

pola relasi kelompok kaum gay yang telah membuka diri, dalam arti sudah secara terangterangan menampakkan identitas mereka sebagai seorang gay. Sebagian besar kaum
homoseksual cenderung menutup diri karena mereka takut terhadap penolakan dari
lingkungannya. Kelompok yang tertutup ini cenderung terselubung dalam menyalurkan
dorongan seksualnya. Ada juga kelompok kaum gay yang agak terbuka. Mereka
cenderung terbuka hanya dalam kalangan tertentu saja, misalnya sesama homoseks,
keluarga,

atau

kawan-kawan

dekat.

Di kota-kota besar terdapat wadah khusus untuk menyalurkan hasrat kaum


homoseks.Tempat tersebut dalam dunia gay disebut ngeber. Ngeber menjadi tempat untuk
bersosialisasi bagi kaum gay. Arena ngeber juga menjadi tempat pemenuhan kebutuhan
psikologis, tempat menumpahkan rasa kebersamaan secara psikologis, senasib dengan
kelompok orang yang berorientasi seksual sama. Selain itu, ngeber juga menjadi tempat
untuk menyalurkan hasrat biologis kaum gay. Arena ngeber memungkinkan orang untuk
berganti-ganti pasangan dengan intensitas yang tinggi, juga sangat mungkin terjadi
peluang untuk memiliki lebih dari satu pasangan. Siapa saja bisa mendapatkan pasangan
asal

disertai

rasa

suka

sama

suka.

Telah ada pula organisasi yang khusus menampung kelompok homoseksual.


Anggotanya juga sering berkumpul di suatu arena ngeber, tetapi bukan sekedar untuk
menyalurkan hasrat seksual. Arena ngeber bagi mereka menjadi tempat membahas
organisasi, ajang bertukar pengalaman, hingga penyebaran informasi mengenai penyakit
menular seksual dan AIDS serta penanggulangannya, atau membicarakan masalah lain
seperti ekonomi, sosial, dan budaya. Pertemuan mereka dikemas berupa obrolan santai.
Dalam bersosialisasi antar kaum homoseks, sering terjadi perselisihan yang biasanya
berkaitan dengan usaha mencari pasangan. Perselisihan terjadi jika etika kelompok, yaitu
pantang merebut pasangan orang lain, diabaikan oleh anggotanya. Namun, jarang
dijumpai perselisihan yang berakhir dengan adu fisik. Biasanya perselisihan hanya
sebatas tidak saling menyapa atau hanya adu mulut di tempat ngeber. Berkaitan dengan
pasangan,

ada

kaum

gay

yang

memilih

berpasangan

monogam,

dengan alasan bahwa adanya pasangan tetap merupakan perwujudan akan cinta dan rasa
aman. Namun, lebih banyak juga yang tidak punya pasangan tetap karena punya
pasangan tetap dianggap terlalu banyak mengajukan tuntutan dan tanggung jawab. Juga

dikemukakan alasan sulitnya proses adaptasi antara dua orang yang baru kenal dan
kurangnya kebebasan kalau berpasangan tetap. Seperti halnya perilaku seksual pada
umumnya, semua tipe kontak langsung genital, didapati jga di kalangan kaum
homoseksual. Pada kaum gay, dikenal teknik masturbasi mutual, fellatio (seks oral),
koitus interfemoral dan gesek-gesek (frottage), serta koitus genito-anal (semburit).
Pada umumnya, kaum homoseksual memiliki sifat yang berbeda dari manusia
yang heteroseksual. Mereka memiliki sifat pencemburu, sensitive, dan agresif. Mereka
sangat mudah tersinggung ketika orang yang mereka cintai bersama dengan orang lain,
maupun ketika dicibir oleh orang lain.

Menurut Agama di Indonesia


Islam
Dalam Islam, larangan terutama ditujukan untuk praktiknya: Perilaku, tindakan baik
nyata maupun tersembunyi yang dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Ini
meliputi: Fantasi, niat, rencana, opini, perilaku sosial (pacaran), perilaku seksual (kissing
dst). Sedangkan untuk hal-hal yang tidak bisa dikendalikan manusia dengan mudah
layaknya saklar lampu dan munculnya juga tidak disengaja seperti perasaan dan
ketertarikan,

tidak

disentuh

oleh

hukum.

Oleh karena itu, jika ada muslim yang memiliki ketertarikan homoseksual, maka umat
berkewajiabn untuk menyemangati dan memotivasi perjuangannya dalam menjalani
takdir dan menjaga dirinya agar tetap dalam fitrahnya. Ini bukan hanya perintah agama,
namun bentuk kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama saudara, sekaligus tanggung
jawab terhadap nasib masyarakat secara umum. Karena dalam Islam, sesama saudara itu
bagai satu tubuh. Satu bagian terluka akan menimbulkan reaksi infeksi yang dirasakan
berupa demam di sekujur tubuh. Dalam Islam, soal homoseksual ini sudah jelas
hukumnya. Meskipun sudah sejak dulu ada orang-orang yang orientasi seksualnya
homoseks, ajaran Islam tetap tidak berubah, dan tidak mengikuti hawa nafsu kaum homo
atau pendukungnya. Tidak ada ulama atau dosen agama yang berani menghalalkan
tindakan homoseksual, seperti yang dilakukan oleh Prof. Siti Musdah Mulia dari UIN
Jakarta tersebut.

Nabi Muhammad saw bersabda, Siapa saja yang menemukan pria pelaku
homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut. (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai,
Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki). Imam Syafii berpendapat, bahwa pelaku
homoseksual harus dirajam (dilempari batu sampai mati) tanpa membedakan apakah
pelakunya masih bujangan atau sudah menikah.

Dalam Katolik
Gereja Katolik, misalnya, tetap mempertahankan doktrinnya yang menolak praktik
homoseksual. Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan keputusan bertajuk The Vatican
Declaration on Sexual Ethics. Isinya, antara lain menegaskan: It (Scripture) does attest
to the fact that homosexual acts are intrinsically disordered and can in no case be
approved of. Dalam Pidatonya pada malam Tahun Baru 2006, Paus Benediktus XVI
juga menegaskan kembali tentang terkutuknya perilaku homoseksual.
Dalam ayat 1Yohanes1:9 isinya Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah
setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan.. Hubungan ayat tersebut dengan homoseksual adalah : kita harus
berhenti menjadi homoseksual. Dengan bertobat dan meninggalkan homoseksual, maka
dosa kita akan diampuni.

Dalam Kristen
Agama kristen tidak terlalu mempertimbangkan/mempermasalahkan masalah
homoseksual. Bagi kaum Yahudi dan Kristen liberal, hal seperti itu sudah dianggap biasa.
Mereka juga menyatakan, bahwa apa yang mereka lakukan adalah sejalan dengan ajaran
Bibel. Mereka pun menuduh kaum Yahudi dan Kristen lain sebagai ortodoks,

konservatif dan sejenisnya, karena tidak mau mengakui dan mengesahkan praktik
homoseksual.
Kebanyakan kaum kristiani mengenali dulu mengapa seseorang atau orang
tersebut menjadi seorang homoseksual. Beberapa menerima hal ini sebagai alternatif
alami, tetapi ada juga beberapa yang menolak/tidak setuju dengan kaum homoseksual.
Hal ini tersirat dalam Roma 1:27, yang bertuliskan :
Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan
isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain,
sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu
mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.

Dalam Buddha
Dalam Agama Buddha seseorang diajarkan untuk bisa mengendalikan diri dari
ketamakan, kebencian dan kegelapan batin. Seseorang yang berprilaku seksual
menyimpang (Homoseksual, red) bisa saja mengikuti Buddha Dhamma. Karena ia juga
memiliki hak untuk itu. Kita harus mengerti bahwa penyimpangan pada dirinya adalah
bagian dari keputusan pribadinya, sedangkan pemilihan Buddha Dhamma juga
merupakan keputusan pribadinya yang lain. Memang idealnya, setelah ia mengenal
Dhamma, lambat laun,ia akan memperbaiki prilakunya sehingga hilanglah kebiasaan
yang dikatakan oleh lingkungannya sebagai prilaku yang menyimpang itu.
Homoseks sebenarnya tidak harus karena kelahiran, ada juga yang terkondisi oleh
lingkungannya. Jenis ini, keputusan menjadi homoseks adalah keputusan pribadinya, dan
dia sendirilah yang menentukan karmanya saat ini yang akan berbuah di masa
mendatang.
Sedangkan, kalau homoseksual dianggap sebagai buah akusala kamma pada
kehidupan yang lampau, maka hal itu bisa terjadi karena kemelekatan seksualnya pada
kehidupan yang lampau. Mungkin pada kehidupan yang lampau si homoseksual tersebut
adalah seorang wanita yang melekat kepada pria pujaannya, dan saat kehidupan yang
sekarang, karma mereka menjadikan terlahir dalam jenis kelamin yang sama. Padahal

dorongan saling mencintainya masih kuat. Akibatnya, mereka menjadi homoseks. Jadi
Akusala Kamma yang paling berpengaruh adalah kemelekatan tsb.

Dalam Hindu
Agama Hindu tidak menghakimi para homoseksual. Beberapa text kuno dan cand
melukiskan masalah homoseksual ini sebagai satu dari banyak kecenderungan kelainan
seksual. Ketika Vedanta takut akan hasrat seksual sebagai nafsu.
Hal ini tercantum dalam Bhagavad Gita 5:22 dan Kama Sutra IX. Dalam
Bhagavad Gita, tercantum bahwa anak Kunti lahir sebagai anak yang berkelebihan, dan
karena kelebihannya itu, dia dianggap cukup bijaksana untuk tidak berhubungan terlalu
dekat dengan mereka. Sedangkan dalam Kama Sutra IX, tercantum bahwa Pada semua
yang berhubungan dengan cinta, setiap orang seharusnya bertindak menurut kebudayaan
negara mereka dan kecenderungan mereka sendiri (semaunya sendiri).

Sikap Non Sekularitsmik Thd Homoseksual

Mengucilkan para kaum homoseksual ( menghina )

Pandangan negative ,cibiran,bahkan perlakuan kasar kerap diterima oleh


kaum homoseksual , mereka menerima karena mereka menggap itu adalah
itu konsekuensi terhadap homoseksual .

Homoseksual adalah kelompok berkelakuan minus dan juga bisa dibilang


sebagai kelompok terbuang

Dari semua agama yang ada di Indonesia mereka sebenarnya hanya mau
menyadarkan mereka bahwa tindakan mereka itu salah dan tidak menggap
mereka sebagai musuh

Dalam agama Kristen liberal, mereka memperbolehkan perkawinan antar


homoseksual , tapi pandangan Islam menurut Nabi Mnuahmmad Siapa
saja yang
tersebut

menemukan pelaku homoseks, bunuhlah pelaku homoseks

Homoseksual sudah dikenal sejak dulu kala, misalnya pada zaman Nabi Luth.
Dalam Al-Qur'an di surat Huud, diceritakan bahwa Nabi Luth merasa susah dengan
kedatangan utusan-utusan itu (malaikat), Nabi Luth bimbang kalau tamunya diganggu
oleh kaumnya yang gemar melakukan homoseksual. Azab yang dijatuhkan oleh Allah
pada kaum Luth sungguh hebat. Karena sesungguhnya hubungan sejenis itu adalah dosa
besar.

Kesimpulan
Pada umumnya kaum homoseksual ditentang oleh berbagai aspek, baik agama
maupun budaya di Indonesia. Semua agama menentang di Indonesia menentang
homoseksual. Akan tetapi memang ada agama yang tidak terlalu menghakimi
homoseksual tersebut, seperti agama hindu dan budha. Hindu dan budha tidak menentang
homoseksual, tetapi juga tidak menerima adanya homoseksual tersebut.
Aspek-aspek yang mendorong terjadinya homoseksual ada 3, yaitu: aspek
lingkungan, aspek psikologis, dan aspek biologis. Dari aspek lingkungan misalnya dari
keluarga, seorang anak laki-laki yang dididik seperti perempuan maupun seorang anak
perempuan yang diperlakukan seperti anak laki-laki. Dari aspek psikiatri, biasanya
seorang homoseksual menjadi sensitive,agresif, dan pencemburu sehingga terkadang
menyebabkan seseorang tersebut menjadi depresi. Seorang yang depresi biasanya
mengalami vertigo dan insomnia. Dari aspek biologis, dapat dilihat dari factor hormone
(laki-laki kekurangan hormone androgen, maka akan lemah lembut seperti wanita. Wanita
yang kekurangan hormone estrogen, akan bertingkah laku seperti laki-laki.). Selain factor
hormone ada juga factor kromosom dan kelainan struktur pada otak.

Daftar Pustaka

http://stefirengkuan.multiply.com/journal/item/1/homoseksualitashomophili :
Burggraeve, R., Zinvol seksueel leven onderweg, Concrete probleemveden en
belevingswijzen, Amersfoot, 1992. hal. 139-193.

Cavanagh, J., Fundamental Marriage Counseling, Milwaukee, 1963, hlm. 194-208.


Coleman, P., Christian Attitude to Homosexuality, London, 1980.
Curran, Ch., Komosexuality and Moral Theology, Methological and Substantive
Considerations, The Thomist 35, 1971, hal. 447-481.
Pater Dr. Kees Maas, SVD, Teologi Moral Seksualitas, Ende: Nusa Indah, 1998,
khusus Bab 12 tentang Homophili.
Dorland.Kamus Kedokteran Dorland.Edisi 26. 1994.Jakarta:EGC.
http://www.wikimu.com/News/Home
www.kompas.com/homoseksualitas_psikiatri
http://queercurious.blogspot.com/2007/01/kadar-homoseksualitas-bergradasi
http://hil4ry.wordpress.com/2007/10/01/homoseksual-dan-heteroseksual/

www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=22584

You might also like