You are on page 1of 2

JAMU VS OBAT KIMIA

Masih sering kita jumpai bahwa lebih banyak penggunaan obat kimia
daripada pengobatan dengan jamu. Sama halnya jika diandaikan dengan
penggunaan pupuk dalam sebuah budidaya. Lebih banyak petani yang lebih
memilih menggunakan pupuk kimia dibandingkan dengan penggunaan pupuk
organik. Alasannya karena dengan menggunakan pupuk kimia akan lebih cepat
terlihat efeknya dibandingkan dengan pupuk organik. Obat kimia ibarat pupuk
kimia dan pupuk organik ibaratkan jamu. Penggunaan pupuk organik pada
tanaman efeknya memang tidak dapat dilihat dengan cepat, tetapi perlahan-lahan
dan dengan pupuk organik pula kesehatan tanaman, tanah maupun lingkungan
dapat tetap terjaga. Hal ini sebenarnya juga berlaku pada penggunaan jamu pada
pengobatan penyakit dalam tubuh manusia. Efeknya mungkin tidak dapat terlihat
dengan cepat, tetapi perlahan-lahan dan bahkan untuk jangka panjang pengobatan
dengan menggunakan jamu dapat menyembuhkan penyakit. Obat kimia yang
dikenal cepat menghilangkan rasa sakit tidak mampu menyembuhkan penyakit
tetapi justru bisa menambah penyakit baru dalam tubuh karena adanya efek
samping dari penggunaan obat kimia.
Orang-orang masih memilih jamu sebagai pengobatan alternatif yang kedua.
Hal ini selain dikarenakan oleh alasan efek yang diperlihatkan tidak cepat, tetapi
juga ada pemikiran bahwa jamu tidak enak rasanya dan terlalu jadul yang hanya
cocok untuk diminum oleh orang-orang tua. Kemudian karena obat kimia yang
praktis diminum tanpa harus meramu terlebih dahulu, berbeda dengan jamu yang
harus diramu sebelum diminum. Adalagi alasan yang mendasari jamu kurang
populer di kalangan masyarakat karena jamu belum terbukti secara ilmiah
meskipun jamu merupakan warisan budaya dan kekayaan alam Indonesia.
Akibatnya banyak dokter yang menyarankan kepada pasiennya obat-obat kimia
yang telah teruji klinis. Selain beberapa alasan diatas, dikarenakan juga promosi
yang dilakukan untuk mengenalkan jamu kedapa masyarakat luas masih sangat
rendah, ditambah lagi pengemasan jamu yang seolah-olah hanya diperuntukkan
untuk orang tua saja membuat kalangan muda enggan untuk mengkonsumsi jamu
sebagai langkah pencegahan maupun pengobatan.

Berdasarkan fakta tersebut, dapat diasumsikan bahwa yang menjadi


penyebab dari jamu sering ditinggalkan dan dijadikan sebagai alternatif kedua
setelah obat kimia adalah kurangnya sosialisasi jamu dikalangan masyarakat luas
dan kurangnya peran para dokter untuk mengangkat citra jamu sebagai
pengobatannya. Obat kimia haruslah menjadi alternatif kedua setelah jamu. Hal
ini dikarenakan pengobatan dengan jamu sedikit sekali yang menyebabkan adanya
efek samping kedua, dan jamu lebih bersifat kuratif dan rekonstruktif yaitu
dengan

mengkonsumsi

jamu

sebagai

pengobatan

dapat

benar-benar

menyembuhkan dan memperbaiki organ atau sel-sel yang rusak. Sedangkan obat
kimia cocok untuk dijadikan sebagai alternatif kedua apabila terjadi hal-hal yang
sifatnya mendesak dan darurat dimana diperlukan obat dengan reaksi yang cepat.
Oleh karena itu solusi untuk menanggulangi masalah tersebut adalah promosi
yang gencar terhadap manfaat yang akan diperoleh dari mengkonsumsi jamu
daribada jamu dan keunggulan dari jamu racikan Indonesia yang mana produk
jamu Indonesia lebih baik daripada negara ASEAN lainnya karena terbuat dari
bahan-bahan alami yang kompleks.

You might also like