You are on page 1of 8

SKABIES

I.

PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit pada epidermal superfisial yang disebabkan oleh

infestasi scabiei var.hominis. Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang
bervariasi. Diperkirakan terjadi sekitar 300 juta kasus pertahun di seluruh dunia dan epidemi
berlangsung secara siklus setiap 15 tahun. Di beberapa negara yang sedang berkembang
prevalensinya sekitar 6 % - 27 % dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak
serta remaja. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh
Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 %.
Ada 4 tanda cardinal, yaitu : Pruritus nokturna, menyerang manusia secara
berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi, menemukan tungau
yang dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat
dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,areola
mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah.
Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Namun dengan
memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis
yang baik. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai skabies dan bagaimana
pemilihan pengobatan serta keberhasilan pengobatan tersebut dalam hubungannya dengan
masalah yang terjadi pada seorang pasien di RSUD Wonosari

II.

KASUS
A. Identitas
Nama

: An. K

Usia

: 4 th

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat

: Ngondel Wetan, Kambil Sawit

B. Anamnesis

Keluhan utama

: gatal-gatal pada tangan dan kaki pada malam hari

RPS

: 2,5 bulan yang lalu, os mulai merasakan gatal-gatal,

terutama pada malam hari di bagian sela-sela jari tangan dan kaki. Awalnya
muncul plenting-plenting kecil disela jari tangan dan kaki kemudian menyebar
semakin banyak. Os pernah berobat sebanyak enam kali ke dokter, diberi obat
(?) namun keluhan belum juga membaik, kemudian os periksa ke RSUD
Wonosari

RPD

: Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa

sebelumnya, riwayat alergi (-)

RPK

: Ibu pasien merasakan keluhan yang serupa, namun dirasa

ringan dan tidak mengganggu sehingga tidak diperiksakan.

C. Pemeriksaan fisik
Pada regio tangan dan kaki (dextra et sinistra), ketiak (dextra et sinistra), perut ,
dan leher terdapat papul eritem, multiple dan tersebar.

D. Diagnosis banding
1. Skabies
2. Dermatitis kontak iritan
3. Prurigo

E. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan

F. Diagnosis
Skabies
G. Terapi
R/ Permetrin cr 5% tube II
S 1dd u.e (ulangi 1 minggu selanjutnya)
R/ Trilac mg 4 no. X
S 1 dd tab 1 d.c
H. Saran

Cuci semua pakaian yang digunakan pasien secara terpisah dengan air panas

Jemur kasur

Jangan menggunakan pakaian atau handuk bersamaan

Gunakan obat dengan tepat

Anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa juga diobati

III.

DISKUSI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis, yang secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang
betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan
lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Siklus hidup tungau ini
adalah setelah perkawinan yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadangkadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat
hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan,

tetapi

dapat

juga

keluar.

Setelah

-3

hari larva akan

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8 12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari,
kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut.
Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7
14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan
kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka
seluruh badan dapat terserang.
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak
langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula
melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Terdapat empat tanda
cardinal, yaitu : Pruritus nokturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya
terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi, menemukan tungau yang dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan
menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

Syarat pengobatan yang ideal adalah :


1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga dengan keluhan serupa
harus diobati.
Menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Sardjito, manajemen untuk skabies
adalah sebagai berikut :
a. Umum: jaga kebersihan perseorangan / keluarga
b. Khusus :
1. Salep 2-4. Mengandung asam salisilat 2% dan sulfur 4%. Obat ini bekerja
sebagai antiskabies berdsarkan kemampuan sulfur untuk membunuh telur
dan tungau. Asam salisilat berfungsi sebagai antipruritus dismping untuk
mempermudah penetrasi sulfur. Diberikan 3 hari berturut-turut, kemudian
diulangi 1 minggu kemudian.
2. Emulsi benzyl benzoate 25 %. Dipakai hanya untuk orang dewassa karena
bersifat iritan. Obat ini sulit diperoleh. Obat ini bekerja dengan
membunuh larva dan tungau. Diberikan 3 hari berturut-turut, kemudian
diulangi 1 minggu kemudian.
3. Permetrin 5%. Dipertimbangkan sebagai drug of choice. Permetrin
dengan kadar 5% dalam krim kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanyya sekali dan dihapus setelah 8-14 jam.
Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada
bayi dibawah umur 2 tahun.
4. Gama Benzana Heksa Klorida kadarnya 1 % dalam krim atau lotio,
termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium, mudah
digunakan dan jarang menimbulkan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada
anak kurang dari 6 tahun dan wanita hamil karena toksis terhadap SSP.
Pemberian cukup sekali, jika tidak sembuh diulangi setelah seminggu.

5. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
memeiliki efek sebagai antiskabies dan antigatal, namun harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
Lesi dan rasa gatal yang menetap dapat terjadi karena :
1. Iritasi oleh obat-obat antiskabies karena pasien secara kompulsif memakainya
berkali-kali atau mandi berkali-kali dengan sabun yang iritatif
2. Reinfeksi dari teman atau anggota keluarga yang tidak diobati
3. Cara pemakaian obat antiskabies tidak tepat.

IV.

KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis
Penularannya dengan 2 cara kontak langsung dan kontak tak langsung.
Pada penyakit skabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu pruritus nocturna,
menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan
menemukan tungau.
Ketepatan diagnosis dan manajemen baik dalam pemilihan pengobatan serta
pengaplikasian pengobatan itu sendiri sangat penting dalam terjadinya
keberhasilan pengobatan skabies.

V.

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A., 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Marks, J. G., Miller, J. J., 2006. Lookingbill and Marks Principles of
Dermatology Fourth Edition. Elvesier Saunders, India.
Wolf, K., Johnson, R.A., 2009. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Sixth Edition. Mc Graw Hill, New York.
Etnawati dan Soedarmadi.1990. Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin.
Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UGM.
Standar Pelayanan Medis Penyakit Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Sardjito.
Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin.

You might also like