You are on page 1of 11

Iman Saeful SKep

ICU Rumah Sakit Pertamina Cirebon

Disiplin Intensif Care Unit berkembang cepat sejak


intensif care unit (Intensive Terapy Unit) ditemukan
pada tahun 1950 di daratan Eropa saat terjadi
epidemic Polio Myelitis, dimana banyak kematian
disebabkan kelumpuhan otot pernafasan
Di negara kita, sejak berdirinya ICU pertama di
Indonesia, yaitu di RSCM pada tahun 1971 oleh
Prof. Dr. Moh. Kelan dan Prof. Dr. Muhardi, diberbagai
rumah sakit pemerintah dan swasta di kota kota
besar, bermunculan ICU dengan cepat yang pada
umumnya dimotori oleh Dokter Anestesi.

Intensive Care telah berkembang menjadi suatu bangsal khusus


dalam rumah sakit yang mempergunakan teknologi modern
dengan berbagai protokol khusus untuk penunjangnya.
Pasien pasien yang masuk ICU telah bergeser dari pasien gagal
nafas akut akibat insifisiensi neuromuskuler ke semua pasien
dengan kondisi kritis yang mengancam nyawa. Pada saat ini ICU
modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau
ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri,
yaitu Intensive Care Medicine.
Biaya sarana dan prasarana ICU menjadi meningkat dengan cepat.
Dengan mortalitas rata rata melebihi 20 %, dapat dibayangkan
jumlah uang yang diinvestasikan untuk menyelamatkan satu
pasien.

Prinsip terapi ICU adalah therapy by


Titration, dimana terapi sewaktu waktu
dapat berubah disesuikan dengan kondisi
pasien. Pemberian obat obatan dibawah
pemantauan yang ketat dan ini berbeda
dengan terapi diruangan ruangan lain yaitu
Theraphy by Prescription dimana terapi
diberikan menurut standar tertentu dan bila
perlu merubah terapi pada keesokan harinya
atau beberapa hari kemudian.

Resusitasi Jantung Paru


Pengelolaan jalan nafas termasuk intubasi trakeal dan
penggunaan ventilator
Terapi oksigen
Pemantauan EKG, Pulse oksimetri terus menerus
Pemasangan alat pacu jantung temporer dalam keadaan gawat
Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
Pelaksanaan terapi secara titrasi/ pemakaian pompa infus atau
semprit untuk terapi secara titrasi
Kemampuan melakukan tindakan dengan tehnik teknik khusus
sesuai dengan keadaan pasien
Memberikan support fungsi vital dengan alat alat portable
selama transportasi pasien gawat
Kemampuan melakukan fisioterapi dada

A. Pelayanan ICU primer (Level I)


Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang

gawat darurat dan ruang perawatan lain


Memiliki kriteria penderita masuk, keluar serta rujukan
Mempunyai seorang konsulen yang bertangguang jawab dan
klasifikasi spesialis
Ada dokter jaga 24 jam yang sewaktu sewaktu dapat
dipanggil
Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar
terlatih
Contoh:
Rumah sakit Umum kelas C
Rumah sakit Kelas B1 (Rumah Sakit Umu Kelas B Non
pendidikan)

B. Pelayanan ICU SEKUNDER (Level II)


Memiliki ruangan tersendiri
Memiliki kriteria penderita masuk, keluar dan rujukan
Mempunyai seorang dokter spesialis anestesiologi yang dapat menanggulangi

setiap saat bila diperlukan


Memiliki dokter umum atau resident dokter
Memiliki seorang kepala ICU yang seorang spesialis anestesilogi dan
bertangguang jawab secara keseluruhan
Memiliki banyak perawat yang bersertifikat terlatih perawatan / terapi intensif
Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan
pasien : perawat 1 : 1
Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rongent, kemudahan diagnostik
dan fisioterapi selama 24 jam
Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi
Contoh: Rumah sakit mum kelas B2 (Rumah Sakit Umum kelas B Pendidikan).

C. Pelayanan ICU Tertier ( Tertinggi ) Level III

Memiliki tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit

Memiliki kriteria penderita masuk, keluar dan rujukan

Memiliki staf dokter spesialis / intensif

Memiliki dokter resident

Memiliki seorang kepala ICU yang berkualitas DSAn. / intensif dan bertanggung jawab secara
keseluruhan

Memiliki lebih banyak staf perawat bersetifikat terlatih perawat / terapi intensif

Mampu menyediakan staf perawat dengan perbandingan perawat pasien lebih dari 1 : 1, setiap
shift untuk kasus berat dan tidak stabil

Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan / terapi intensif

Mampu melayani laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan fisioterapi selama 24 jam.

Memiliki paling sedikit seorang ahli dalam mendidik staf perawat dan dokter muda agar dapat
bekerja sama dalam pelayanan pasien

Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian

Didukung oleh semua spesialis seperti: spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, saraf,
kebidanan, jantung dan lain lain

Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, rekam medis, tenaga untuk
pengembangan ilmiah dan penelitian

Memiliki alat alat untuk pemantauan khusus, prosedur diagnostik , dan terapi khusus

Mampu melayani transportasi pasien gawat di luar rumah sakit


Contoh:

Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Khusus tertentu, misalnya: Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Indikasi Pasien Masuk ICU


Pasien dengan satu atau lebih gagal sistem / organ akut
atau pasien dengan ancaman gagal sistem / organ akut
yang membutuhkan pemantauan dan alat alat bantu
Terdapat harapan pulih kembali
Dibagi 3 Prioritas:
Pasien yang memerlukan Therapy Intensif
Pasien yang memerlukan Pemantauan Intensif
Pasien yang prognose buruk untuk sembuh
Disamping itu kita harus mempertimbangkan pula :
Apakah masih ada manfaat, Therapy di ICU
Harapan kesembuhannya

Pasien pasien yang tidak memenuhi kriteria


/ perlu masuk ICU
Pasien mati batang otak (kecuali diperlukan
untuk donor organ)
Pasien menolak terapi bantuan hidup
Pasien secara medis tidak ada harapan untuk
dapat disembuhkan lagi, seperti Ca. stadium
akhir

Luar RS
IGD
Kamar Operasi
Ruang Perawatan RS

Ruang Jenazah
ICU

Pasien

Ruang Perawatan
Ruang Keluar

You might also like