Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAJAR
ASEP JALALUDIN.ST.MM
NAMA KELOMPOK 1
DEDE KUSAERIAH
ABDUL HARIS WANDA
DIRMAN
12429038
12429001
12429046
DAFTAR ISI
COVER..1
Daftarisi.........................................................................................2
kata pengantar..............................................................................3
pendahuluan ................................................................................4
A. Pembahasan.5
>Sekilas eXtremeProgramming..5
>12 practices utama XP...............................................................6
>Penjelasan12 practices utama......................................7
>Documentasi..............................................................................8
>Prinsip XP padapada Agile Methods .....................................9
>Metodesemi formal...................................................................10
>TujuanXp...11
>KelebihandanKekurangan.......11
B. Penutup................................................................12
C. Daftarpustaka ........................................................................13
2|Page
KATA PENGANTAR
Penulis
Dede kusaeriah , Abdul haris, Dirman
3|Page
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi yang pesat membawa pengaruh yang
sangat berarti pada kehidupan manusia dewasa ini. Teknologi informasi
memiliki berbagai unsur yang membangunnya menjadi kesatuan yang kokoh.
Salah satu unsur teknologi informasi adalah perangkat lunak. Perangkat lunak
merupakan kumpulan objek yang membentuk konfigurasi yang dapat berupa
program, dokumen, atau data. Perangkat lunak adalah sesuatu yang
dikembangkan, bukan dibuat secara pabrikan seperti perangkat keras.
Pengembangan perangkat lunak memerlukan langkah-langkah yang tepat,
efektif dan efisien untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan user. Untuk itulah
berkembang berbagai metodologi pengembangan perangkat lunak. Sebelum
era 2000-an kita mengenal metodologi waterfall, spiral model, Rapid
Application Development, dan masih banyak beberapa lainnya. Semua
metodologi tersebut merupakan metodologi yang formal, dalam arti
seluruhnya berjalan mengikuti aturan-aturan baku yang telah ditetapkan.
Pada era 2000-an mulai berkembang metodologi baru yang sangat fleksibel,
yaitu Agile Methods. Agile Methods dikembangkan karena pada metodologi
tradisional terdapat banyak hal yang membuat proses pengembangan tidak
dapat berhasil dengan baik sesuai
tuntutan user. Saat ini metodologi ini sudah cukup banyak berkembang, di
antaranya adalah :
>eXtreme Programming (XP)
>Scrum Methodology
>Crystal Family
>Dynamic Systems Development Method (DSDM)
>Adaptive Software Development (ASD)
>Feature Driven Development (FDD)
4|Page
Pada makalah ini hanya eXtreme Programming yang akan dibahas, karena
metodologi ini sangat populer. Disamping itu jika dilihat dari tingkat
keformalannya, yang akan dibahas pada bagian berikutnya, XP merupakan
metodologi yang paling kecil tingkat keformalannya
A. PEMBAHASAN
>Sekilas eXtreme Programming
eXtreme Programming (XP) merupakan agile methods yang paling populer saat
ini. XP digunakan untuk mengatasi masalah requirements yang tidak jelas dan
sering berubah-ubah (vague and volatile requirements). XP berjalan
berdasarkan 4 values. Keempat values tersebut adalah communication,
simplicity, feedback, dan courage. XP menjadi begitu populer sejak
diperkenalkan oleh Kent Beck menjadi sebuah metodologi untuk
pengembangan perangkat lunak. XP dimunculkan untuk menangani
perubahan-perubahan yang biasanya sering terjadi pada saat pengembangan
berlangsung bahkan pada saat proses pengembangan sudah hampir berakhir.
Selain itu XP juga dimunculkan untuk mengatasi berbagai requirements yang
tidak jelasdari user. Sebagai sebuah metodologi untuk mengembangkan
peragkat lunak XP tentu memiliki siklus hidup. Siklus hidup pada XP ini terdapat
lima fase yaitu [1] :
1. Exploration Phase
2. Planning Phase
3. Iteration to Release Phase
4. Productionizing Phase
5. Maintenance Phase
6. Death Phase
5|Page
6|Page
7|Page
Dokumentasi
Salah satu perbedaan XP dengan metodologi lainnya adalah XP tidak memiliki
dokumentasi formal yang dibuat selama pengembangan. Satu-satunya
dokumentasi adalah dokumentasi awal yang dilakukan oleh user. Dokumentasi
tersebut berupa user stories yang ditulis manual pada sebuah index card. User
stories ini menggambarkan fiturfitur yang merupakan requirements dari user
yang diharapkan dapat diselesaikan menjadi fungsi-fungsi pada perangkat
lunak yang dibangun.
Dokumentasi awal yang dinyatakan oleh user pada index card tersebut juga
tidak memiliki umur yang lama. Jika satu story yang ditulis oleh user telah
berhasil diimplementasikan menjadi fungsi oleh programmer, maka user
stories tersebut segera dibuang. Ini adalah konsep dasar dari XP yang sangat
minimum dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk menjaga ke-agile-an
metodologi ini, karena jika terlalu banyak dokumentasi (formal), maka sebuah
metodologi pengembangan perangkat lunak tidak lagi dapat diklasifikasikan ke
dalam agile methods.
Setiap perubahan atau penambahan fungsi maupun fiturfitur dapat
disampaikan langsung oleh onsite customer tanpa harus membuat surat resmi
yang menyatakan permintaan penambahan dan perubahan. Pihak
pengembang juga dapat merespon seketika tanpa harus membuat pernyataan
resmi, saat itu juga sesuai dengan practice collective ownership, meskipun
programmer mungkin sedang tidak berada di tempat (istirahat), maka
perubahan atau penambahan terhadap fungsi dalam code program dapat
dilakukan oleh siapapun yang siap.
Sebenarnya dokumentasi XP tersebut merupakan kelemahan bagi metodologi
ini. Penulis pernah mengusulkan dalam [6] untuk memperbaiki model
pengembangan dengan menambahkan satu fase yang
Exploration disebut requirements management phase. Fase ini tidak akan
mengeluarkan metodologi ini dari agile methods karena hanya menambahkan
8|Page
sedikit dokumentasi yang tidak berat. Atau alternatif lain dari penulis adalah
mengkombinasikan dengan Unified Process menjadi Enhanced XP [7].
Terlepas dari semua hal tersebut, XP menjadi sebuah metodologi yang semi
formal karena semua dilakukan dengan practice yang sederhana. Semua ini
karena XP mengacu pada proses pengembangan agile methods yang memiliki
prinsip-prinsip kesederhanaan.
Prinsip Agility pada XP yang mengacu pada Agile Methods
Agile Alliance mendefinisikan 12 prinsip untuk mencapai proses yang termasuk
dalam agility:
1. Prioritas tertinggi adalah memuaskan pelanggan melalui penyerahan awal
dan berkelanjutan perangkat lunak yang bernilai.
2. Menerima perubahan requirements meskipun perubahan tersebut diminta
pada akhir pengembangan.
3. Memberikan perangkat lunak yang sedang dikerjakan dengan sering,
beberapa minggu atau beberapa bulan, dengan pilihan waktu yang paling
singkat.
4. Pihak bisnis dan pengembang harus bekerja sama setiap hari selama
pengembangan berjalan.
5. Bangun proyek dengan individu-individu yang bermotivasi tinggi dengan
memberikan lingkungan dan dukungan yang diperlukan, dan mempercayai
mereka sepenuhnya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
6. Metode yang paling efektif dan efisien dalam menyampaikan informasi
kepada tim pengembangan adalah dengan komunikasi langsung face-to-face.
7. Perangkat lunak yang dikerjakan merupakan pengukur utama kemajuan.
8. Proses agile memberikan proses pengembangan yang bisa ditopang.
Sponsor, pengembang, dan user harus bisa menjaga ke-konstanan langkah
yang tidak pasti.
9. Perhatian yang terus menerus terhadap rancangan dan teknik yang baik
meningkatkan agility.
9|Page
10 | P a g e
apa yang diperlukan hari itu juga). Selain dari keunggulan dan kelemahan XP
yang telah disebutkan
diatas, XP juga memiliki keunggulan yang sekaligus menjadi kelemahannya,
yaitu XP tidak memiliki
dokumentasi formal yang dibuat selama pengembangan. Satu-satunya
dokumentasi adalah dokumentasi awal yang dilakukan oleh user.
B. PENUTUP
Perkembangan ilmu rekayasa perangkat lunak yang semakin pesat dewasa ini
telah menyebabkan perkembangan metodologi pengembangannya. Tingkat
kepuasan user terhadap proses pengembangan perangkat lunak juga semakin
kompleks menyangkut berbagi perubahan dan penambahan requirements.
Oleh karena itu XP menjawabnya sebagai sebuah metodologi pengembangan
perangkat lunak yang semi formal. Kesemiformalannya tersebut diperlihatkan
dalam berbagai values, practice, maupun prinsip-prinsipnya yang mengacu
pada agile methods.
Konsep yang paling nyata dalam kesemiformalannya tersebut adalah
Komunikasi yang selalu bersifat oral. Dengan proses pengembangan yang
berkomunikasi secara oral, maka akan lebih terjalin komunikasi yang
memudahkan proses pengembangan perangkat lunak tersebut. Dengan
metodologi yang tidak terlalu resmi tersebut XP mempermudah jembatan
komunikasi antara pihak user dan pihak pengembang. Pihak user dapat
langsung memonitor proses pengembangan dengan onsite customer tanpa
kekakuan, dan pihak pengembang dapat lebih sering berkomunikasi langsung
dengan representasi dari pihak bisnis.
12 | P a g e
C. Daftar Pustaka
[1]. P. Abrahamsson, O. Salo, J. Ronkainen, and J. Warsta. Agile Software
Development Methods: Review and Analysis. VTT Publication 478. Finland
[2]. K. Beck, R. Jeffries, and W. Cunningham. Extreme Programming: Embrace
Change.AddisonWesley.2000.
[3]. S. Hayes and M. Andrews, An Introduction to Agile Methods.
http://www. khatovartech.com. Khatovar Technology. 2001
[4]. M.C. Paulk, Extreme Programming from a CMM Perspective.
http://www.sei.cmu.edu/ cmm/papers/xp-cmm-paper.pdf. 2001
[5]. R. Pressman, Software Engineering: A Practitioners Approach, 6th
edition, McGraw-Hill, 2005. [6]. Widodo, Requirements Managements pada
eXtreme Programming, Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer dan
Teknologi Informasi (SNIKTI) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia,
Januari 2007
[7]. Widodo, Enhanced Extreme Programming: Adopsi Model Unified Process
pada Metodologi eXtreme Programming, Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Informasi (SNTI) Universitas Tarumanagara, Oktober 2007.
13 | P a g e