Professional Documents
Culture Documents
4/2011
Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.:+62-222534137, Fax.: +62-22-2534137, Email: belongs_ik2701@yahoo.com
I. PENDAHULUAN
Penelitian ini dilakukan pada Cekungan Kutai,
Kalimantan Timur, Indonesia. Cekungan Kutai
merupakan cekungan sedimen terluas dan
terdalam di Indonesia bagian timur (Satyana et
al., 1999). Luasnya mencapai 165.000 km2 dan
ketebalan sedimen 12-14 km. Cekungan Kutai
merupakan salah satu penghasil minyak yang
paling produktif di Indonesia dan merupakan
cekungan ekonomis kedua setelah Cekungan
221
222
Gambar 3. Struktur regional Kalimantan (Satyana et al., 1999) dan Cekungan Kutai
(Von de Weerd dan Armin, 1992)
223
224
225
226
227
Gambar 10. Model bawah permukaan berdasarkan pemodelan ke depan lintasan B-B
228
Gambar 11. Perbandingan model bawah permukaan pemodelan ke depan dan pemodelan inversi
lintasan A-A
Gambar 12 merupakan perbandingan model
bawah permukaan lintasan B-B pada SubCekungan Kutai Atas-1, Sub-Cekungan Kutai
Atas-2, dan Sub-Cekungan Kutai Bawah.
Ketebalan sedimen maksimum Sub-Cekungan
Kutai Atas-1 pemodelan ke depan 5,04 km dan
pemodelan inversi 5,40 km, Sub-Cekungan
Kutai Atas-2 pemodelan ke depan 5,22 km dan
pemodelan inversi 5,42 km, Sub-Cekungan
229
Gambar 12. Perbandingan model bawah permukaan pemodelan ke depan dan pemodelan inversi
lintasan B-B
Berdasarkan hasil perbandingan model bawah
permukaan pemodelan ke depan dan
pemodelan inversi maka secara umum
pemodelan ke depan hampir sama dengan
pemodelan inversi dengan selisih sebagai
berikut:
Ketebalan sedimen maksimum: 0,14 0,36
km.
Ketebalan sedimen rata-rata: 0,01 0,39
km.
Pemodelan ke depan dan pemodelan inversi
memiliki
kelebihan
saat
melakukan
pemodelan, yaitu:
Pemodelan ke depan dapat menunjukkan
struktur
sesar
yang
lebih
detail
dibandingkan pemodelan inversi.
Pemodelan inversi dapat menunjukkan kontras
densitas semua area yang lebih detail
dibandingkan pemodelan ke depan sehingga
230
membuat
top
Gambar 13. Peta kontur 3D top basement dan ketebalan sedimen pemodelan ke depan dan inversi
4.4 Analisis
Prospek
Hidrokarbon
Cekungan Kutai
Pola migrasi hidrokarbon Cekungan Kutai
dilakukan pada peta anomali SVD. Pada
anomali SVD, nilai kontur SVD diasumsikan
berbanding lurus dengan kedalaman cekungan
(kontur rendah diasumsikan cekungan,
sedangkan
kontur
tinggi
diasumsikan
tinggian). Penarikan garis jalur migrasi
didasarkan pada prinsip perbedaan tekanan
yaitu fluida mengalir dari daerah bertekanan
tinggi menuju daerah bertekanan rendah.
231
Analisis
spektrum
dilakukan
untuk
mendapatkan window yang selanjutnya
digunakan dalam proses filtering (moving
average). Pada penelitian ini, dibuat trend
sebanyak tiga sehingga didapatkan dua lebar
jendela rata-rata pada analisis spektrum. Hal
ini dilakukan karena daerah penelitian ini
memiliki dua basement. Lebar jendela
merupakan lebar jendela rata-rata setiap
penampang sehingga hasil lebar jendelanya
adalah 6.071 dan 4.870. Lebar jendela yang
digunakan adalah lebar jendela 6.071 sehingga
luas jendelanya adalah 7 dan luas moving
average yang digunakan adalah ((71)*(10))km * ((7-1)*(10)km = (60 * 60) km2.
Adapun grafik antara ln A dan k dapat dilihat
pada Gambar 16.
232
No
Line
N2
-9,62
-8,09
-7,39
Rata-rata -20,38
-8,36
Lebar
jendela
yang
digunakan
-5,46
0,15 4,87
Gambar 17. Peta anomali regional lebar jendela 5 x 5 (kiri) dan peta anomali regional lebar jendela 7 x
7 (kanan)
Gambar 18. Peta anomali residual lebar jendela 5 x 5 (kiri) dan peta anomali residual lebar jendela 7 x
7 (kanan)
Pemodelan
inversi
dilakukan
dengan
menggunakan perangkat lunak Grav3D yang
dikembangkan oleh University of British
Columbia. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan spasi grid (10.000 x 10.000) m
pada arah x dan y. Adapun input yang
Xmin
Xmax
Ymin
Ymax
Zmin
Zmax
min
max
12.700.000
13.080.000
-170.000
160.000
1.000
-0,175
-0,165
12.700.000
12.870.000
-170.000
160.000
1.000
6.000
-0,175
0,09
12.700.000
12.870.000
-170.000
160.000
6.000
12.000
0,05
0,09
12.870.000
12.930.000
-170.000
160.000
1.000
6.000
-0,175
0,09
12.870.000
12.930.000
-170.000
160.000
6.000
8.000
0,05
0,19
12.870.000
12.930.000
-170.000
160.000
8.000
12.000
0,05
0,19
12.930.000
13.080.000
-170.000
160.000
1.000
8.000
-0,175
0,19
12.930.000
13.080.000
-170.000
160.000
8.000
12.000
0,05
0,19
234
Gambar 20. Perbandingan nilai observasi dan prediksi serta error pemodelan inversi
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah:
1. Berdasarkan analisis Second Vertical
Derivative (SVD), pemodelan gayaberat,
dan data geologi, Cekungan Kutai
memiliki Sub-Cekungan Kutai Atas dan
Sub-Cekungan Kutai Bawah dengan
struktur berarah Timurlaut-Baratdaya.
Cekungan Kutai memiliki sesar dan
antiklin-antiklin yang kuat (Antiklinorium
Samarinda). Adapun sesar yang ditemukan
adalah sesar naik dan sesar geser.
2. Pemodelan gayaberat yang dilakukan
dengan metode pemodelan ke depan dan
pemodelan inversi menunjukan bahwa
Cekungan Kutai memiliki dua batuan
dasar (basement) yaitu basement kontinen
yang merupakan batuan granit pada SubCekungan Kutai Atas dengan densitas 2,74
gr/cc (= 0,07 gr/cc) dan basement
samudra yang merupakan batuan basalt
pada Sub-Cekungan Kutai Bawah dengan
densitas 2,84 gr/cc ( = 0,17 gr/cc). Batas
antara basement tersebut terletak pada
daerah Kutai Gravity High.
3. Pemodelan ke depan dan pemodelan
inversi memiliki selisih kedalaman top
basement.
Top
basement
rata-rata
pemodelan inversi lebih dalam 0,01 0,39
km dibandingkan pemodelan ke depan.
Adapun
kedalaman
top
basement
maksimum Cekungan Kutai sekitar 9.4
km.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1. Allen, G.P. and Chambers, J.LC., 1998.
Deltaic Sediment in The Modern and
Miocene Mahakam Delta, IPA, Jakarta.
2. Biantoro, E., Muritno, B.P., and
Mamuaya, J. M. B., 1992. Inversion
Faults As The Major Structural Control In
The Northern Part of The Kutai Basin,
East Kalimantan, Proceedings of 21st
Annual Convention of Indonesian
Petroleum Association.
3. Blakely, R.J., 1995. Potential Theory in
Gravity and Magnetic Application,
Cambridge Univ Press.
4. Departemen ESDM, Badan Penelitian dan
Pengembang ESDM Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan, 2009.
Cekungan Sedimen Berproduksi di
Kalimantan: Cekungan Barito, Kutai,
235
236