Professional Documents
Culture Documents
tingkat kabupaten telah terbentuk 200 pengurus cabang dan seribu lebih
pengurus ranting di tingkat kecamatan.
Sebuah kemampuan konsolidasi diri yang tidak bisa dianggap enteng. "Yang
belum ada pengurusnya hanya di
Kalimantan Tengah dan Timor Timur," kata Nur Mahmudi.
Bila hal tersebut terjadi pada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atau
Partai Bulan Bintang (PBB), misalnya,
banyaknya pengikut partai baru itu tidaklah terlalu mengherankan. Para
pendukung Masyumi, yang disebut-sebut
sebagai pilar utama pendukung PBB, tersebar di seluruh negeri. Maklum, di
zaman Orde Lama, Masyumi yang
dicitrakan sebagai partai kalangan muslim intelektual, modern, dan
(dengan sendirinya) pembaru, tergolong partai
yang besar. Bahkan, partai yang kerap diidentikkan dengan almarhum
Mohammad Natsir, pendiri dan pemimpin
Masyumi, itu meraih kursi cukup besar kala Pemilu 1955. Tapi, Partai
Keadilan?
Jangan dulu berburuk sangka. Partai baru ini ternyata sudah dirintis
puluhan tahun. Setidaknya, sejak era
kebangkitan Islam menghinggapi kesadaran dan nurani muslimin muda
Indonesia. Seperti diketahui, ada sebuah
hadis Nabi Muhammad saw. yang "menjamin" kebangkitan Islam itu setiap
peralihan abad. Kebangkitan itu bisa
diartikan sebagai reaktualisasi ajaran-ajaran Islam itu sendiri, termasuk
dalam hal peribadatan. Bisa juga diartikan
kemenangan umat muslim dalam percaturan politik suatu negeri. Filsuf
besar Al Ghazali, misalnya, disebut-sebut
sebagai salah seorang pembaru Islam di masa silam. Sedangkan untuk abad
XV Hijriah ini, kebangkitan itu--antara
lain--ditandai dengan kemenangan Revolusi Islam Iran yang dikomandani
Imam Besar Khomeini pada 1979.
Sejak itu, permulaan dekade 80-an, kehidupan beragama (Islam) marak di
Tanah Air. Anak-anak muda tak segan
menunjukkan identitas kemuslimannya; hotel-hotel membuka acara salat
tarawih; para cerdik-pandai--bahkan para
artis--tak sungkan lagi melaksanakan syariat agama. Padahal, dulu, di era
"kegelapan", ketaatan atas syariat itu
kerap diidentikkan dengan sikap ketinggalan zaman atau kampungan.
Kebangkitan serupa juga berlangsung di kampus-kampus. Khusus di pabrik
intelektual itu, maraknya kehidupan
beragama tadi turut didorong oleh pengapnya kehidupan politik kampus
akibat penerapan program NKK/BKK
Sementara ini, paradigma lama itu memang seperti itu: politik itu kotor,
menghalalkan segala cara, ngotot ingin
mencapai sesuatu, kemudian melupakan akhlak. Itu yang terjadi. Bahkan,
kekuasaan itu adalah tujuan. Apa pun akan
dikorbankan selama itu ditujukan untuk mencapai kekuasaan. Sehingga,
metode kompromi, metode oportunis,
pendekatan pragmatis, selalu dipakai oleh politisi yang tidak melandaskan
diri pada akhlak. Nah, kami berupaya
tetap berpegang teguh pada akhlak.
Kalau kekuasaan bukan tujuan, lalu apa tujuan utama Anda?
Kami ingin bahwa dalam perjuangan partai itu betul-betul serius menyentuh
bidang kehidupan lain. Aspek moralitas
dan akhlak para pelaku tetap diutamakan. Sehingga, pendidikan akhlak para
kader, pendukung, dan simpatisan,
merupakan sesuatu yang sangat diperhatikan.
Maksudnya, pendidikan nilai dan moral Islam?
Kami mengakui bahwa Islam itu adalah "rahmatan lil alamin". Tetapi, dalam
hal makanan, misalnya, kami hanya
memperhatikan barang-barang yang ditujukan untuk umat Islam saja dan
hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana perlakuan antara Islam dan non-Islam. Sehingga, kalau dikatakan
bahwa seolah-olah kami mau
memaksakan nilai-nilai Islam kepada umat lain, itu keliru besar. Yang
akan tetap kami pegang adalah: harus ada
sikap saling menghormati dalam masalah akidah dan ibadah antarumat
beragama. Kami berharap umat Islam yang
mendukung kami akan kami ajarkan agama Islam dengan baik. Kami juga
berharap mereka bisa mengerti
bagaimana berperilaku dengan orang lain. Sehingga, konsep Islam untuk
kemanusiaan itulah yang kami utamakan.
Jadi, seharusnya tidak ada stigma pada umat nonmuslim bahwa Anda akan
memaksakan akidah Islam?
Itu yang akan terus kami perjuangkan dan wujudkan, melalui bermacam
awareness atau perhatian kami terhadap
seluruh komponen bangsa.
Di mata anggota dan pengurus Partai Keadilan, Nur dikenal sebagai pribadi
yang tidak disangsikan. Sekretaris
Ranting Setiabudi, Umu Rohimah, misalnya, adalah salah seorang pengurus
yang beranggapan demikian. Menurut
Umu, Nur seorang yang ramah. Itu sudah dilihatnya sejak ia menjadi
mahasiswi jurusan Teknologi Pangan
Universitas Sahid, Jakarta, universitas tempat Nur menjadi salah seorang
pengajar.
"Hubungan dia dengan para mahasiswa juga terasa enak. Sebagai dosen, saya
merasa Pak Nur banyak memberi
masukan kepada mahasiswa. Secara umum, beliau sangat diterima oleh
mahasiswa. Rata-rata, hampir sebagian
besar mahasiswa bisa menangkap metode yang beliau pakai," kata Umu.
Meskipun, keterlibatannya dengan Partai
Keadilan bukan semata karena pribadi Nur. "Kalaupun Pak Nur tidak di
sana, saya pasti ikut Partai Keadilan,"
ujarnya.
Kembali ke soal pribadi Nur, ayah dua anak itu juga dikenal sebagai orang
yang alim dan taat menjalankan syariat.
Soal kesabaran dan penghargaannya terhadap orang lain juga tak
disangsikan Umu. "Ketika saya menulis skripsi,
saya sempat mengalami kemarahan, mungkin karena saya jenuh. Lalu, saya
menghubungi beliau. Beliau tidak
marah sama sekali. Beliau malah mengingatkan dan menasihati saya. Dari
situ saya rasakan bahwa beliau itu bisa
menjadi motivator buat saya," tutur Umu. "Kalau kami sedang berdiskusi,
berbeda pendapat dengan beliau, tidak
pernah beliau itu mencela atau merendahkan pendapat kami. Jadi, terlihat
bahwa beliau itu menghargai sekali
pendapat orang lain," ucap Umu.
Sementara, Daud Rasyid, Wakil Ketua Dewan Syariah Partai Keadilan,
menilai Nur sebagai tokoh yang sangat
menarik. "Dari segi performance-nya, sering kami lihat beliau menunjukkan
penampilan yang simpatik, penuh
senyum, dan tidak seram," kata Daud. "Selain itu, dari gaya
kepemimpinannya, walaupun baru beberapa bulan,
terlihat sangat demokratis. Dalam hal-hal yang berkaitan dengan
kepartaian, dia sangat menghargai pendapat
Dewan Syariah," kata Daud. Dewan yang disebut-sebutnya itu adalah salah
satu lembaga tinggi Partai Keadilan.
Tugasnya, sebagaimana tertera dalam risalah yang sudah disebut di atas:
"Merumuskan landasan syariah terhadap
partai dalam melaksanakan aktivitasnya dan memberikan jawaban terhadap
berbagai permasalahan yang dihadapi
partai".