You are on page 1of 16

A.

PENDAHULUAN
Fungsi sistem kardiovaskular adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen
dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses
metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah
dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan
adekuat.
Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan
mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh
adalah mekanisme meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak untuk memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
Sistem kardiovaskular merupakan sustu sistem transport tertutup yang terdiri
atas:
a. Jantung, sebagai organ pemompa
b. Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi
c. Pembuluh darah, sebagai media yang mengalirkan komponen darah

Ketiga komponen tersebut harus berfungsi dengan baik agar seluruh jaringan dan
organ tubuh menerima suplai oksigen dan nutrisi yang adekuat. Otot jantung, pembuluh
darah, sistem konduksi, suplai darah dan mekanisme saraf jantung harus bekerja secara
sempurna agar sistem kardiovaskular dapat berfungsi dengan baik. Semua komponen
tersebut bekerja bersama-sama dan memengaruhi denyutan, tekanan dan volume pompa
darah untuk menyuplai aliran darah ke seluruh jaringan sesuai kebutuhan yang
diperlukan oleh tubuh. (Muttaqin, Arif., 2009:2)
Secara ringkas fungsi sistem kardiovaskuler meliputi:
a. Transportasi oksigen, nutrisi, hormone dan sisa metabolisme
Fungsi utama sistem kardiovaskular adalah memenuhi kebutuhan sistem kapiler dan
mikrosirkulasi. Komponen darah akan membawa oksigen, glukosa, asam amino, asam
lemak, hormone dan elektrolit ke sel dan kemudian mengangkut karbondioksida, urea,
asam laktat dan sisa metabolisme lainnya.

b. Transportasi dan distribusi panas tubuh


Sistem kardiovaskular membantu meregulasi panas tubuh melalui serangkaian
pengiriman panas oleh komponen darah dari jaringan yang aktif seperti pengiriman
panas dari jaringan otot menuju ke kulit disebarkan ke lingkungan luar. Sistem
kardiovaskular menerima pesan dari hipotalamus kemudian meregulasi aliran darah
ke jaringan perifer sehingga menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan vasokontriksi
pembuluh darah di kulit. Dengan demikian panas tubuh akan keluar melalui kulit.
c. Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
Berfungsi sebagai media penyimpanan serta transport cairan tubuh dan elektrolit.
Kedua substansi ini dikirim ke sel-sel tubuh melalui cairan intertestial dengan proses
filtrasi, difusi, dan reabsorpsi. Sistem kardiovaskular memompa 1700 liter darah
menuju ginjal setiap harinya agar sel-sel tubuh memiliki cairan dan elektrolit yang
seimbang. (Muttaqin, Arif., 2009:3)
Dari penjelasan di atas maka dari sistem kardiovaskular tersebut bisa
menimbulkan beberapa

masalah yang dapat menganggu kesehatan manusia, di

antaranya yaitu CAD (Coronary Artery Disease).

B. KONSEP DASAR PENYAKIT


1.

Pengertian
CAD atau penyakit arteri koroner merupakan suatu kondisi patologis yang
ditandai dengan penimbunan lipid abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa
pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi
arteri serta penurunan aliran darah ke jantung. Penyakit arteriosklerosis mungkin
disebabkan akibat kelainan metabolisme lipid, koagulasi darah dan keadaan biofisika
serta biokimia dinding arteri. (Muttaqin, Arif., 2009:48)

2. Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktorfaktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :

a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria)


Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
b. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi
(bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis
ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.
d. Diabetes
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level
gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
e. Merokok
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak
yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
f. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab
penyakit arteri/jantung koroner.
g. Kegemukan (obesitas)
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya
lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.

h. Gaya hidup buruk


Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.
i. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
3. Patofisiologi
Arterisklerosis
Trombosis
Kontruksi arteri koronaria

Aliran darah kejantung menurun

O2 dan nutrisi menurun

Jaringan Miocard
eskemik

Nekrose lebih dari 30


menit

Supply dan kebutuhan O2 ke


jantung tidak adekuat

Supply O2 ke miocard
menurun
Metabolisme an
aerob

Seluler
hipoksia

Kerusakan
pertukaran Gas

Timbunan asam
Laktat meningkat

Fatique

Nyeri

Integritas Membran
sel berubah

Cemas

Kontraktilitas
turun

COP Turun

Intoleransi
aktifitas

Gangguan
perfusi jaringan

Penurunan
Curah jantung

Kegagalan
Pompa Jantung

Gagal Jantung

Resiko kelebihan volume


cairan ekstra vaskuler

(Irawan,Adris.2013)

Dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan


ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel
endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi
intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi
tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah
diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang
mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid
terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut

dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang
pecah. Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,
menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma. Bila ateroma yang
terbentuk semakin tebal, dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan
darah (trombus) yang dapat menyumbat aliran darah dalam arter tersebut.
Hal ini yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-zat
penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila mengenai
arteri koronaria yang berfungsi menyuplai darah ke otot jantung (miokardium), makan
suplai darah jadi berkurang dan menyebabkan kematian di daerah tersebut (infark
miokard). Konsekuensinya adalah terjadi serangan jantung dan menyebabkan
timbulnya gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina pektoris).
4. Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:
a. Nyeri
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi),
maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau
perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan
darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi
pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa
tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
b. Sesak napas
Merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan
akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti
pulmoner atau edema pulmoner).
c. Kelelahan atau kepenatan
Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan
aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala
ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi
aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
d. Palpitasi (jantung berdebar-debar)

e. Pusing & pingsan


Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau
karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan
(Hernawati, Rini Tria, 2014).
5. Penatalaksanaan Medik
a. Perubahan gaya hidup
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan,
penting untuk melindungi arteri jantung. Olah raga teratur berperan penting untuk
menjaga kesehatan jantung.
b. Pengendalian faktor resiko arteri coroner
c. Terapi Medis
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang
paling umum diantaranya:
1) Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan
darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu
mengurangi resiko serangan jantung.
2) Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol)
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan
darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
3) Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan

ini

bekerja

membuka

arteri

jantung,

dan

kemudian

meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa
tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri
dada secara cepat.
4) Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan
juga membantu menurunkan tekanan darah.
5) Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin).

d. Intervensi Jantung Perkutan


Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit.
e. Operasi
1) Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan,
atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot
jantung.
2) Operasi Robotik.
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program
operasi robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi
untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada.
3) Revaskularisasi Transmiokardia.
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada
otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini
membantu mengurangi angina. (Hernawati, Rini Tria, 2014).
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subyektif
1) Lokasi nyeri dan penyebarannya ke bagian tubuh tertentu
2) Sifat nyeri
3) Awitan lamanya nyeri
4) Faktor yang terkait (stress,sedang istirahat,beraktivitas)
5) Faktor-faktor yang mengurangi nyeri
6) Tanda seperti dyspnea,mual,pusing,rasa lemah dan gangguan tidur
7) Perasaan kurang aman dan takut kematian
b. Data obyektif
1) Tampak cemas
2) Perubahan pada tanda vital
3) Diaphoresis,muntah dan disritmia
4) Bunyi napas
5) Kadar enzim
(Baradero,

Mary

dkk.2005.Klien

Keperawatan.Jakarta:EGC)

Gangguan

Kardiovaskular:Seri

Asuhan

c. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat:

Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,

insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat,gelisah,


perubahan status mental misalnya letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.
2) Kardiovaskuler: konjungtiva anemis, kulit pucat, akral dingin, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen. Tekanan darah mungkin rendah (gagal
pemompaan), tekanan nadi ; mungkin sempit, irama Jantung ; disritmia,
frekuensi jantung ; takikardia, nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan
merubah posisi secara inferior ke kiri, bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah
diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah, murmur sistolik dan
diastolic, warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik, punggung kuku ; pucat
atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat, hepar ; pembesaran/dapat
teraba, bunyi napas ; krekels, ronkhi, edema ; mungkin dependen, umum atau
pitting khususnya pada ekstremitas dan nyeri dada.
3) Genitourinaria: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam
hari (nokturia).
4) Pencernaan: kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa
sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic,
penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dan pitting), diare/konstipasi, dan nyeri abdomen
kanan atas.
5) Pernapasan: takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan, batuk
dengan sputum mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal), auskultasi terdengar ronchi ataupun wheezing. (Doengoes, ME et
all., 1999:83).
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG : menunjukkan peninggian gelombang ST, iskemia berarti: penurunan
atau datarnya gelombang T, menunjukan cedera
2) Enzim jantung dan iso enzim : isoenzim yang ada di otot jantunh meningkat
antara 4-6 jam. AST (aspartate aminotransferase) meningkat terjadi dalam 6-12
jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal 3-4 hari.
3) Elektrolit : hypokalemia/hyperkalemia
4) Kolestrol : meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai faktor penyebab
5) Foto thorax : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga
GJK

6) Ekokardiogram : menentukan dimensi serambi, gerakan katup ventrikuler dan


fungsi katup (Doengoes, ME et all., 1999:85)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri
koroner
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural
c. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah, misalnya
vasikonstriksi,hipovolemia, dan pembentukan troboemboli
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard, efek obat
depresan jantung
e. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian
3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi arteri
koroner. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.
Kriteria hasil:
Nyeri dada hilang/terkontrol
Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
Klien tampak rileks,mudah bergerak
1)

2)
3)
4)

5)

Intervensi
Kaji keluhan pasien mengenai
nyeri dada, meliputi : lokasi,
radiasi, durasi dan faktor yang
mempengaruhinya.
Berikan posisi semi fowler
Berikan lingkungan yang
tenang, aktivitas perlahan, dan
tindakan nyaman
Bantu melakukan teknik
relaksasi (napas
dalam/perlahan,perilaku
distraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi
Kolaborasi dengan tim medis
pemberian obat

1)

2)

3)
4)
5)

Rasional
Data tersebut membantu
menentukan penyebab dan
efek nyeri dada serta
merupakan garis dasar untuk
membandingkan gejala pasca
terapi
Untuk mengurangi rasa tidak
nyaman serta dispnea dan
istirahat fisik juga dapat
mengurangi konsumsi
oksigen jantung.
Menurunkan rangsang
eksternal
Membantu dalam
menurunkan persepsi/respon
nyeri
Dengan terapi medis bisa
mengurangi gejala dari
penyakit tersebut

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,


konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
curah jantung adekuat. Kriteria Hasil:
TD, curah jantung dalam batas normal
Haluaran urine adekuat
Tidak ada disritmia
Penurunan dispnea, angina
Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
1)
2)
3)
4)

5)

Intervensi
Pantau tanda vital: frekuensi
jantung, TD,nadi
Evaluasi adanya bunyi jantung
S3,S4
Auskultasi bunyi napas
Berikan makanan porsi makan
kecil dan mudah dikunyah, batasi
asupan kafein,kopi, coklat, cola
Rasional: Untuk menghindari
kerja miokardia,
bradikardi,peningkatan frekuensi
jantung
Kolaborasi:
Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional: Untuk memenuhi
kebutuhan miokard,
menurunkan iskemia dan
disritmia lanjut
Pertahankan cairan IV
Rasional: Jalur yang paten
untuk pemberian obat darurat
pada disritmia/nyeri dada
Kaji ulang seri EKG
Rasional: Memberikan
informasi sehubungan dengan
kemajuan/perbaikan infark,
fungsi ventrikel, keseimbangan
elektrolit, dan efek terapi obat
Pantau laboratorium (enzim
jantung, GDA, elektrolit)
Rasional: Untuk mengetahui
perbaikan/perluasan infark
adanya hipoksia,
hipokalemia/hiperkalsemia
Berikan obat antidisritmia

1)

2)

3)
4)

Rasional
Untuk mengetahui adanya
perubahan TD,nadi secara
dini sehingga memudahkan
dalam melakukan intervensi
karena TD dapat
meningkatkan rangsangan
simpatis, kemudian turun bila
curah jantung dipengaruhi.
Rasional: Untuk megetahui
adanya komplikasi pada GJK
gagal mitral untuk S3,
sedangkan S4 karena iskemia
miokardia, kekakuan
ventrikel, dan hipertensi
pulmonal /sistemik
Rasional: Untuk mengetahui
adanya kongesti paru akibat
penurunan fungsi miokard
Rasional: Untuk menghindari
kerja miokardia,
bradikardi,peningkatan
frekuensi jantung

c. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah,


misalnya vasikonstriksi, hipovolemia, dan pembentukan tromboemboli. Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan efektif Kirteria Hasil:
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer kuat
Tanda vital dalam batas normal
Kesadran compos mentis
Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
Tidak edema dan nyeri
Intervensi
1) Observasi adanya perubahan
tingkat kesadaran secara tibatiba
2) Observasi adanya pucat,
sianosis, kulit dingin/lembab
da raba kekuatan nadi perifer
3) Observasi adanya tanda
Homan, eritema, edema
4) Anjurkan klien untuk latihan
kaki aktif/pasif
5) Pantau pemasukan dan
perubahan keluaran urine
6) Pantau laboratorium, kreatinin,
elektrolit
7) Beri obat sesuai indikasi
Heparin: Untuk menurunkan
resiko tromboflebitis atau
pembentukan trombus mural
Cimetidine untuk menetralkan
asam lambung dan iritasi
gaster

Rasional
1) Untuk mengetahui adanya
penurunan curah jantung
2) Vasokontriksi sistemik
diakibatkan oleh
penurunan curah jantung
3) Untuk mengetahui
adanya trombosis vena
dalam
4) Menurunkan stasis vena,
meningkatkan aliran balik
vena dan menurunkan
risiko tromboflebitis
5) Penurunan/mual terus
menerus dapat
megakibatkan penurunan
volume sirkulasi, yang
berdampak negatif pada
perfusi dan fungsi organ
6) Indikator dari perfusi
atau fungsi organ

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard,
efek obat depresan jantung. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
menunjukkan peningkatan aktivitas secara bertahap. Kriteria Hasil:
Klien dapat melakukan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur

dengan frekuensi jantung/irama jantung dan TD dalam batas normal


Kulit teraba hangat, merah muda dan kering
Intervensi
1) Pantau frekuensi jantung,
irama, dan perubahan TD
sebelum, selama, dan
sesudah beraktivitas sesuai

Rasional
1) Untuk menentukan
tingkat aktivitas klien
yang tidak memberatkan
curah jantung

2)

3)
4)
5)

indikasi
Tingkatkan istirahat, batasi
aktivitas pada dasar
nyeri/respon hemodinamik,
berikan aktivitas senggang
yang tidak berat
Anjurkan pasien untuk tidak
mengejan saat defekasi
Jelaskan pola peningkatan
bertahap dari tingkat
aktivitas
Observasi gejala yang
menunjukkan tidak toleran
terhadap aktivitas

2) Menurunkan kerja
miokard, sehingga
menurunkan risiko
komplikasi
3) Dengan mengejan dapat
mengakibatkan manuver
valsava sehingga terjadi
bradikardi, menurunnya
curah jantung, takikardi
dan peningkatan TD
4) Aktivitas yang maju
memberikan kontrol
jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah
aktivitas berlebihan
5) Palpitasi, nadi tidak
teratur, adanya nyeri
dada atau dispnea dapat
mengindikasikan
kebutuhan perubahan
program oalahraga atau
diet

e. Ansietas yang berhubungan dengan ketakutan akan kematian. Tujuan: Setelah


dilakukan tindakan keperawatan kecemasan klien hilang
Intervensi
1) Kaji tingkat kecemasan
pasien dan keluarganya
serta mekanisme koping
2) Kaji kebutuhan bimbingan
spiritual
3) Biarkan pasien dan
keluarganya
mengekspresikan
kecemasan dan
ketakutannya
4) Dukung partisipasi aktif
dalam program rehabilitasi
jantung

Rasional
1) Data tersebut memberikan
informasi mengenai
perasaan sehat secara
umum dan psikologis
sehingga gejala pasca
terapi dapat
dibandingkan.
2) Jika pasien memerlukan
dukungan keagamaan,
konseling agama akan
membantu mengurangi
kecemasan dan rasa takut.
3) Kecemasan yang tidak
dapat dihilangkan
(respons stress)
meningkatkan konsumsi

oksigen jantung.
4) Rehabilitasi jantung yang
diresepkan dapat
membantu
menghilangkan ketakutan
akan kematian, dapat
meningkatkan perasaan
sehat.
(Doengoes, ME et all., 1999:86)

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary., dkk , 2005. Klien Gangguan Kardiovaskular : Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta:EGC
Doengoes M.E., et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa Kurniasa, I.M., dan Sumarwati, N.M.Jakarta:
EGC.

Hernawati, Rini Tria. 2014. Coronary Artery Disesase (CAD). [Online].Tersedia:


https://www.scribd.com/doc/221734533/. (2 Januari 2015)
Irawan,Adris. 2013.Jantung Koroner Pathway. [Online]. Tersedia:
https://www.scribd.com/doc/147549585/Pathway-PJK#download (2 januari 2015)
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular.Jakarta: Salemba Medika

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULAR (CORONARY ARTERY DISEASE (CAD) )
DI RUANG E3 PENYAKIT DALAM RSUD CIBABAT

NAMA MAHASISWA :
MEDINA HUTAMI
NIM : P17320113050

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
2015

You might also like