You are on page 1of 6

ENTERPREUNERSHIP

REVIEW JURNAL

DISUSUN OLEH :
MAULANA RIZQI YUNIAR
P2CC13027

PROGRAM PENDIDIKAN PASCA SARJANA


UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

JURNAL 1
A Study of The Driving Factors of
Knowledge Management and Corporate Enterpreneurship in Iran

Tujuan penulisan adalah untuk menilai faktor penggerak dari Manajemen Keilmuan dan
kewirausahaan korporasi. Dua kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
manajemen keilmuan dan kewirausahaan dari sampel yaitu 44 prodesor dan manajer dari
perusahaan negara dan swasta. Data dianalisa menggunakan uji T pada SPSS. Hasil
menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan teknologi informasi untuk mentransfer
pengetahuan dapat meningkatkan efisiensi pekerja.
Manajemen keilmuan atau Knowledge Management System (KMS) adalah sebuah sistem
yang membuat, menyusun, mengorganisasikan, mendistribusi, dan mengaplikasikan
pengetahuan atau merupakan suatu seni yang membuat suatu nilai dari aset tak berwujud
(Maier dan Remus, 2002; Gupta dan Sharma, 2004). Manajemen keilmuan atau Knowledge
Management (KM) secara cepat menjadi sebuah fungsi bisnis integral dan bermanfaat untuk
manajemen beberapa organisasi. Implementasi dari KM membutuhkan sikap komprehensif
yang didasarkan dari banyak faktor organisasi (Rahnavard dan Mohammadi, 2009).
Konsep KM diperkenalkan pada tahun 1997 dengan fokusnya pada pengetahuan yang
menjadi dasar dari aktivitas, baik proses produksim evaluasi, maupun kontrolnya dalam
sebuah organisasi (Rah et al., 2010). Wong dan Aspinwall (2005) menyatakan bahwa faktor
yang dapat mempengaruhi kesuksesan KM adalah :

Manajemen kepemimpinan dan dukungan


Budaya
Teknologi Informasi
Strategi
Tujuan
Pengukuran
Infrastruktur organisasi
Proses dan aktivitas
Motivasi
Sumber daya
Pelatihan dan edukasi
Manajemen SDM

Sedangkan menurut Chourides et al (2000), Khalifa dan Liu (2003), dan Mathi (2004)
faktor yang secara esensial mempengaruhi manajemen keilmuan adalah strategi dan tujuan.
Tiwana (2000) menyatakan terdapat 10 faktor yang menyokong KM :

Analisa infrastruktur
Garis besar dan strategi bisnis KM

Menyusun infrastruktur KM
Audit aset dan sistem
Mengatur tim KM
Membentuk jejak KM
Mengembangkan KMS
Deploying
Manajemen perubahan
Struktur penghargaan dan budaya
Evaluasi kinerja
Mengukur ROI
Perbaikan KMS berkala

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, faktor yang mendukung KM adalah :

Perusahaan Iran banyak yang sudah menggunakan transfer pengetahuan dengan


memanfaatkan teknologi informasi
Sumber daya manusia (pekerja maupun masyarakat)
Pemerintah (misal: permasalahan krisis ekonomi global)

JURNAL 2
How DO Social Defenses Work? A Resource-Dependence Lens On Technology
Ventures, Venture Capital Investors, And Corporate Relationship

Hubungan inter organisasi menawarkan banyak kemanfaatan potensial namun juga memberi
dampak berbahaya, contoh ketidaksesuaian yang menyebabkan tekanan antar partner.
Tekanan yang muncul akibat tabrakan antara kolaborasi dan kompetisi adalah pusat dari
pengikatan formasi, khususnya perusahan teknologi yang masih baru di mana ia memiliki
kebutuhan dan kesesuaian yang sangat tinggi atas sumber daya. Oleh karena itu diperlukan
taktik untuk mnegatur dan mengontrol agar kebutuhannya terpenuhi namun juga mengurangi
ketergantungan dengan pihak lain, terlebih dalam urusan merger perusahaan maupun akuisisi
serta keterikatan dengan pemerintah. Dilema yang terjadi adalah dikarenakan adanya
ketidakseimbangan kekuatan yang menyebabkan ketergantuan khususnya kerugian akan
dirasakan oleh perusahaan yang masih baru. Untuk menghijndari hal ini, perusahaan baru
menggunakan operasi penyeimbang kekuatan klasik yaitu mereka membuat koalisi, mengkaji
ulang keburuhan, dan menteapkan tujuan, serta mengidentifikasi partner alternatif yang dapat
memberikan kebutuhannya namun tidak terlalu mengikat.
Penulis menganalisa formasi hubungan CVC dengan VC backed, sebuah perusahaan
teknologi tinggi lebih dari 25 periode. Sampel yang digunakan adalah populasi perusahaan
teknologi tinggi di US yang mendapat pendanaan venture inisial pada 1979-1995. Sumber

data analah dari database VentureXpert yang dikumpulkan oleh National Venture Capital
Association yang menyediakan deskripsi akurat. Kemudian data akan ditriangulasi dengan
database VentureOne dan dengan LexisNexis media artikel. Sampel disusun bertingkat dan
diacak, sebanyak 700 venture dari populasi venture teknologi tinggi yang mendapatkan dana
dari tahun 1979-1995.
Dari penelitian tersebut, didapatkan kesimjpulan bahwa tekanan antara kolaborasi dan
kompetensi memang ada di mana-mana. Teori ketergantungan sumbe daya diidentifikasikan
sebagai mekanisme untuk memanajemen tekanan namun masih kurang jelas bagaiaman
perusahaan baru dapat melindungi dirinya lebih dini ketika sebuah hubungan kewirausahaan
terbentul. Pertahanan dapat semakin baik jika memiliki kekayaaan yang tidak jauh berbeda,
meemiliki pertahanan sosial, perspektif yang holostik, sah secara hukum, dan memiliki waktu
yang tepat.

JURNAL 3
USING SOCIAL EXCHANGE THEORY TO PREDICT THE EFFEVTS OF HIGH
PERGORMANCE HUMAN RESOURCE PRACTICE ON CORPORATE
ENTERPRENEURSHIP, EVIDENCE FROM CHINA

Morrison dan Phelps (1999) menyatakan bahwa kesuksesan organisasi, terutuama


teknologi perusahaan, berhubungan dengan performa pekerja secara kontinyu. Performa kerja
yang tnggi dari SDM membuat semakin lihai dalam mengembangkan skill, menetapkan
keputusan, peningkatan motivasi, atau usaha lain yang bersifat spontan (Appelbaum, Balley,
Berg & Kalleber, 2000). Selain itu, performa yang tinggi [un berhubungan dengan
keuntungan kompetitif (Hayton, 2005). Kapasitas dan kemampuan untuk melakukan sesuatu
yang baru untuk bisnis, mengembangkan teknologi dan profuk bru, serta memasukkan pasar
baru dalam bentuk organisasi yang baru diungkapkan oleh Covin dan Sleon (1991) sebagai
komponen yang dapat dikelompokkan bersama dengan CE atau Corporate Enterpreneurship.
Menurut Cropancano dan Mitchell (2005) serta berdasarkan teori pertukaran sosial, peneliti
mengharapkan performa pekerja yang tinggi dengan adanya mediasi dari karakteristik
tekanan pekerjaan seperti POS (Perceived Organizational Support). Studi menunjukkan
bahhwa semakin baik POS, maka semakin baik pula performa karyawan, dikarenakan oleh
adanya dukungan sosial yang lebih, sumber dasa yang lebij, dan pedoman pengembangan
karir yang lebih baik pula (Eisenberger, Cummings, Armeli, & Lynch, 1997; Rhoades.
Eisenberger, & Armeli, 2001). Namun ada pula penelitian yang menyebutkan bahwa
performa karyawan yang tinggi tidak meningkatkan POS pekerja, bahkan memberikan
dampak negatif atas hubungan tersebut (Snell, 1992). Menurut Snell, semakin tinggi
monitoring atau perintah dari organisasi, justru pekerja akan merasaz tidak dipercaya
sehingga komunikasi akan terganggu pula.

Dengan menggunakan teori pertukaran pondasi sosial, peneliti menilain mekanisme


yang mendasari hubungan antara performa yang tinggi dari SDM dan kewirausahaan
korporasi. Secara spesifik, peneliti mengeksplor mengapandaj kondisi apa saja yang membuat
kedua konsep ini berhubungan. Analisa beberapa tingkatan dari data Peoples Republic of
China Perceives Organizational Support menjadi mediasi untuk mencari hubungan antara
tingginya performa SDM dengan CE. Kerangka berpikir dapat dijelaskan secara singkat pada
skema di bawah :

High Performance
Human Resource
Practices

Aggressiveness
dimension of
organizational
POS

Corporate
Enterpreneurship

Team orientation
dimension of
organizational culture

Peneliti memilih industri farmasi bioteknologi di China sebagai target sampel untuk
menguji manajemen performa SDM yang inggi dan pengaruhnya terhadap CE dalam
beberapa alasan. Tim survey didistribusikan ke Beijing, Shanghai, Xian, dan Guangzhou
mulai dari Januari 2007 hingga September 2007 dengan kuesioner yang terbagi menjadi 3,
pertama untuk CEO, kedua untuk manajer SDM, dan ketiga untuk pekerja. Dari 250 paket
survey yang dibagikan, 146 paket survey terkumpul kembali, 146 kuesioner dari CEO dan
manajer SDM, 730 dari pekerja.
Peneliti mendapatkan hasil bahwa performa yang tinggi dari SDM memiliki hubungan
yang kuat dengan POS dan CE pada kelompok yang berorientasi pada kelompok. Hubungan
ini menjadi lebih lemah pada budaya organisasi dengan agresivitas yang kuat. Baiknya
performa kerja berhubungan dengan inovasi kewirausahaan.

JURNAL 4
BOOSTING CORPORATE ENTERPRENEURSHIP THROUGH HRM PRACTICES
EVIDENCE FROM GERMAN SMEs

Kewirausahaan korporasi atau CE (Corporate Enterpreneurship) merupakan hal yang


penting untuk kewirausahaan ukuran kecil hingga menengah terutama dalam hal kompetisi.
Suliy untuk organisasi ini dalam menentukan manajemen praktis yang tepat dalam
meningkatkan CE. Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan sumber daya manusia yang
mana yang dapat meningkatkan CE di kewirusahaan ukuran kecil hingga menengah. Peneliti
menilai hubungan antara aktivitas manajemen SDM seperti seleksi, pengembangan staf dan
pelatihan, penghargaan kepada staf, dan hal khusus lain terhadap dimensi CE (inovatif,
manajemen risiko, proaktivitas, venturing dalam bisnis baru, dan pembaharuan diri. Analisis
data empiris dilakukan secara belah lintang pada 214 kewirausahaan kecil di Jerman. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat dampak yang kuat antara seleksi staf, pengembangan staf, dan
pelatihan terhadap CE. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan
secara kualitatif untuk mengidentifikasi pendekatan produktif yang sepsifik yang dapat
digunakan oleh kewirausahaan kecil hingga menengah dalam meningkatkan aktivitas
kewirausahaannya melalui manajemen SDM yang praktis.

You might also like