Professional Documents
Culture Documents
yang beranggapan bahwa hukum Islam itu pasti benar dan diatas segala-galanya,
juga tidak jarang kita dengar. Disini tampak tdak adana kejelasan possi dan
wilayah antara istilah hukum Islam dan syariah Allah dalam arti konkritnya
adalah wahyu yang murni yang posisinya diluar jangkaan manusia.[4]
Pengkaburan istilah antara hukum islam, hukum syari / syariah, atau bahkan
syariah Islam, pada hakikatnya tidak ada masalah. Namun pengkaburan esensi
dan posisi antara hukum Islam yang identik dengan fiqh, karena merupakan hasil
ijtihad tadi, dengan syariah yang identik dengan wahyu, yang berarti diluar
jangkauan manusia, adalah masalah besar yang harus diluruskan dan diletakkan
pada posisi yang seharusnya.
Sumber utama hukum islam adalah al-quran, maka hukum islam berfungsi
sebagai pemberi petunjuk, pemberi pedoman dan batasan terhadap manusia. Jika
sesuatu itu haram, maka hukum islam berfungsi sebagai pemberi petunjuk bahwa
hal tersebut tidak boleh dikerjakan, sebaliknya jika sesuatu itu wajib maka
haruslah dikerjakan.. dengan istilah lain ketentuan hukum islam itu berarti hasil
ijtihad fuqaha dalam menjabarkan petunjuk dari wahyu itu. Namun yang terjadi
selama ini seolah-olah hukum islam itu merupakan seperangkat aturan dan
batasan yang sudah mati, sehingga selalu terkesan pasif. Akhirnya hukum islam
menimbulkan kesan menakutkan bagi masyarakat sekitarnya, padahal hukum
islam itu harus bersifat aktif sesuai dengan pendapat Abu Hanifah adanya istilah
marifat (mengetahui) dimana kalimah tersebut memberi inspirasi untuk aktif
tidak terlambat memberi ketentuan hukum islam, jika muncul kasus baru.
Batasan-batasan tersebut dalam ilmu hukum disebut sebagai fungsi sosial control.
[5]
A Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Islam :
Menurut Hasby Ash Shiddieqie menyatakan bahwa hukum islam yang
sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam, yaitu koleksi daya
upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. [6]
Kumpulan daya upaya para ahli hukum untuk menetapkan syariat atas kebutuhan
masyarakat.
Istilah hukum islam walaupun berlafad Arab, namun telah dijadikan bahasa
Indoneisa, sebagai terjemahan dari Fiqh Islam atau syariat Islam yang bersumber
kepada al-Quran As-Sunnah dan Ijmak para sahabat dan tabiin.lebih jauh Hasby
menjelaskan bahwa Hukum Islam itu adalah hukum yang terus hidup, sesuai
dengan undang-undang gerak dan subur. Dia mempunyai gerak yang tetap dan
perkembangan yang terus menerus.[7]
Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu untuk mewujudkan
kemaslahatan manusia.. fungsi ini bisa meliputi beberapa hal yaitu : a. fungsi
social engineering. Hukum islam dihasilkan untuk mewujudkan kemaslahatan dan
kemajuan umuat. Untuk merealisasi ini dan dalam kapasitasnya yang lebih besar,
bisa melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk qanun atau perundangundangan ; b. perubahan untuk tujuan lebih baik. Disini berarti sangat besar
kemungkinannya untuk berubah, jika pertimbangan kemanfaatan untuk
masyarakat itu muncul.
2. Ruang Lingkup Hukum Islam
Dalan hukum islam tidak dibedakan antara hukum perdata dengan hukum publik.
Hal ini disebabkan menurut sistem hukum islam pada hukum perdata terdapat
segi-segi publik dan pada hukum publik ada segi-segi perdatanya. Oleh karena itu
dalam hukum Islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan
hanya bagian-bagiannya saja, seperti (1). Munakahat., (2.).wirasah (3). Muamalat
dalam arti khusus (4). Jinayat atau ukubat (5). Al-ahkam as-sultoniyyah (khalifa)
(6). Siyar.; (7). Mukhasshamat[8]
prinsip ini menyatakan bahwa wahyu yang shah bersesuaian dengan penalaran
yang sarih. Dengan kata lain wahyu tidak akan pernah bertentangan dengan akal.
Ini berarti bahwa kebanaran wahyu adalah kebenaan yang mutlak dengan
sendirinya. Wahyu tidak memerlukan pembuktian kebenarannya, baik secara
rasional maupun empirik. Ia telah benar dengan sendirinya.
Ketiga :
Kembali kepada al-quran dan assunnah yang tidak pernah berlawanan dengan
penalaran akal yang sarih. Namun demikian karena wahyu telah terhenti seiring
dengan wafatnya Rasululah SAW. Maka pokok-pokok ajaran agama dianggap
telah sempurna. Sementara response masyarakat muslim terhadap perubahan
sosial budaya dapat berkembang melalui proses ijtihadi.
Ke empat
hal-hal yang berkenaan dengan pokok-pokok agama an sich telah dijelaskan oleh
Rasul. Ini berarti bahwa dalam hal-hal kehidupan dunia yang terus berubah
menganut prinsip-prinsip keadlan dan kebenaran.
Kelima al-adalah, yang berarti keadilan. Yaitu keseimbangan dan moderasi
yang menghendaki adanya keseimbangan dan kelayakan antara apa yang
seharusnya dilakukan dengan kenyataan, keseimbangan antara kehendak manusia
dan kemampuan merealisasikannya.
Keenam,
Bahwa kebenaran itu bukan pada alam idea, bukan pada alam cita-cita dan apa
seharusnya, melainkan apa yang menjadi kenyataan. Prinsip ini menghendaki
pelaksanaan. Hukum Islam itu dilakukan sesuai dengan apa yang paling mungkin
dan tidak selalu mengharuskan dilaksanakan sesuai dengan apa yang diyakini
paling tepat dan benar.
Ketujuh Al-Huriyyah.
Ini berarti kemerdekaan atas kebebasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap
orang mempunyai kebebasan baik untuk beragama ataupun tidak. Tidak ada
paksaan dalam beragama. Namun demikian sesuai dengan prinsif tauhid Allah,
manusia telah diberi dua pilihan bersyukur atau berkufur.
Kedelapan al-musawah prinip ini secara etimologis berarti persamaan,
prinsip menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai derajat yang sama.
Pembentukan qonun hanya mungkin jika setiap individu masyarakat muslim
terlindungi hak-hak asasinya yang sesuai prinsip hukum islam, adalah alhurriyyah, dan al-musawwah . Hak-hak asasi setiap individu
muslim yang merupakan prinsip hukum islam dalam bermasyarakat itulah yang
memungkinkan terjadinya keseimbangan masyarakat,
Prinsip kesembilan al-musyawarah . Musyawarah dapat berarti meminta
pendapat dari pihak pimpinan kepada yang dipimpin atau berupa usul dari arus
bawah, yakni dari lapisan masyarakat yang dipimpin kepada yang memimpinnya.
Prinsip ini merupakan landasan hukum islam melalui proses taqnin dan
menjadikannya sebagai hukum positif.[10]
4. Tujuan Hukum Islam
Agama Islam diturunkan Alloh mempunyai tujuan yaitu untuk mewujudkan
kemaslahatan hidup manusia secara individual dan masyarakat. Begitu pula
dengan hukum-hukumnya. Menurut Abu Zahroh ada tiga tujuan hukum Islam.
[11]
1. Mendidik individu agar mampu menjadi sumber kebajikan bagi
masyarakatnya dan tidak menjadi sumber malapetakata bagi orang lain;
2. Menegakkan keadilan di dalam masyarakat secara internal di antara sesama
ummat Islam maupun eksternal antara ummat Islam dengan masyarakat luar.
Agama Islam tidak membedakan manusia dari segi keturunan, suku bangsa,
agama. Warna kulit dan sebagainya. Kecuali ketaqwaan kepada-Nya.
Tasyri ialah lafadl yang diambil dari kata syariat yang diantara maknanya dalam
pandangan orang Arab ialah ; jalan yang lurus dan yang dipergunakan oleh ahli
fikih islam untuk nama bagi hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hambanya
dan dituangkan dengan perantaraan rasul-Nya agar mereka mengerjakan dengan
penuh keimanan baik hukum-hukum itu berkaitan dengan perbuatan ataupun
dengan aqidah maupun dengan akhlak budi pekerti. dan dinamakan dengan makna
ini dipetik kalimat tasyri yang berarti menciptakan undang-undang dan membuat
qaidah-qaidah Nya, maka tasyri menurut pengertian ini ialah membuat undangundang baik undang-undang itu datang dari agama dan dinamakan tasyri samawi
atau pun dari perbuatan manusia dan pikiran mereka dinamakan tasyri wadli. [16]
Syariat seperti telah disinggung dalam uraian terdahulu terdapat di dalam alQuran Dan kitab kitab Hadits. Kalau kita berbicara tentang syariat, yang
dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda Rasulullah
Apabila diihat dari segi ilmu hukum, maka syariat merupakan dasar-dasar
hukumyang ditetapkan Allah melalui Rasul-Nya, yang wajib diikuti oleh orang
islam berdasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam hubunganya
dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.
Dasar-dasar hukum ini dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi
Muhammad sebagai Rosul-Nya. Karena itu, syariat terdapat didalam al qur an dan
di dalam kitab kitab Hadits.
Menurut Sunnah Nabi Muhammad, ummat islam tiak akan pernah sesat dalam
perjalanan hidupnya di dunia ini selama mereka berpegang teguh atau
berpedoman kepada Quran dan Sunnah Rasulullah.[17]
Dengan perkataan lain, ummat islam tidak pernah akan sesat dalam perjalanan
hidupnya di dunia ini selama ia mempergunakan pola hidup, pedoman lhidup,
tolok ukur hidup dan kehidupan yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits yang
sahih.
Karena norma-norma dasar yang terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat
umum, demikian juga halnya dengan aturan yang ditentukan oleh nabi
Muhammad terutama mengenai muamalah, maka setelah Nabi Muhammad wafat,
norma-norma dasar yang masih bersifat umum itu perlu dirinci lebih lanjut.
Perumusan dan penggolongan norma-norma dasar yang bersifat umum itu ke
dalam kaidah-kaidah lebih konkrit agar dapat dilaksanakan dalam praktek,
memerlukan disiplin dan cara cara tertentu.
dirumuskan, ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan
norma-norma dasar dan ketentuan- ketentuan umum yang terdapat di dalam alQuran dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam dalam kitab-kitab Hadits.
Dengan kata lain, ilmu fikih, selain rumusan di atas, adalah ilmu yang berusaha
memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah nabi
Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang
sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum islam. [20]
Pengertian fiqh menurut sebagian para ulama adalah :
Hukum-hukum syara-syara yang diperlukan kedalam renungan yang mendalam,
pemahaman dari ijtihad.[21]
Menurut pendapat sayid Ridla :
Dan banyak dalam al-quran sebutan kalimat fiqh yaitu faham yang mendalam
yang amat halus bagi segenap haqiqat yang dengan mengetahui fiqh. Itulah para
alim menjadi hakim yang sempurna lagi amat teguh.[22]
Hasil pemahaman tentang hukum islam itu disusun secara sistematis dalam kitab
fiqih dan disebut hukum fiqih. Contoh hukum fiqih islam yang ditulis dalam
bahasa Indonesia oleh orang Indonesia adalah, misalnya, Fiqih islam karya H.
Sulaiman Rasjid yang sejak di terbitkan pertama kali tahun 1954 sampai kini
(1990) telah puluhan kali dicetak ulang. Beberapa kitab hukum fikih yang ditulis
dalam bahasa Indonesia. Diantaranya adalah karya Mohammad Idris as-Syafii,
salah seorang pendiri mazhab hukum fikih islam, yang bernama : al-Um, artinya
(kitab) Induk.[23]
Fiqh arti asal katanya Paham. Disini fiqh merupakan pemahaman terhadap ilmu
yang berupa wahyu (yaitu al-quran dan al-hadits sahih). Jadi fiqh sebagai
Menurut definisi Abu Hanifah fiqh adalah marifat al-nafs malaha waman alaiha
amalan. (mengetahui hak dan kewajiban yang berkaitan dengan perilaku
seseorang). Konsep hak dan kewajiban adalah konsep etika. Sedangkan definisi
yang
sering diketahui adalah
ilmu tentang hukum-hukum atau etika agama syara untuk hal-hal yang berkaitan
dengan amaliyah perilaku manusia yang diuwujudkan dengan landasan utama dari
dalil-dalil syara yang rinci). Bisa juga didefiniskan sebagai kumpulan hukumhukum atau etika syara untuk hal-hal yang berkaitan dengan amaliyah perilaku
manusia yang termasuk dengan landasan utama dari dalil-dalil syara yang rinci.
[25]
Di samping uraian di atas, dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum
dalam pengertiannya menurut ilmu hukum (hukum sekuler), artinya fiqh juga
memuat pembahasan beberapa ketentuan sanksi terhadap tindak criminal
(jarimah), bagian-bagian hukum waris (mawaris), hukum perkawinan
( munakahat), hukum perdagangan, hukum pidana (jinayah) dan lain-lain.
Meskipun matan fiqh tersebut dalam beberapa hal masih tampak sederhana,
namun sudah bisa dikatakan cukup maju untuk masanya. Jadi kesederhanaan itu
bukan lantaran ketinggalan jaman, namun sesuai dengan tuntutan waktu ketika
pemikiran fiqh dihasilkan.
Di pihak lain adanya anggapan atau pemikiran yang membuat sacral dan absolute
terhadap pengertian hukum islam. Dalam hal ini tidak ada pemisahan antara
hukum atau fiqh yang merupakan hasil ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah
yang identik dengan wahyu, yang memang bisa dikatakan sebagai hal yang
absolute, retorika seperti inilah yang sering dijumpai di kalangan masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Muhamad Muslihudin Islamic law is diviney
ordained syatem, the Will of Good to be established on earth. It is called Shariah
or the rigt path, Quran and the sunnah (traditions of the Prophet) are its two
primary and original sources. ( Hukum islam adalah system illahiyyah, kehendak
Allah yang ditegakan di atas bumi. Hukum islam itu disebut syariah atau jalan
yang benar. Quran dan sunnah Nabi merupakan dua sumber utama dan asli bagi
hukum Islam tersebut.
2. Pencabangan Fiqh.
Fiqh atau hokum Islam mempunyai cakupan yang sangat luas, seluas aspek
perilaku menusia dengan segala macam jenisnya. Dalam pembagian klasik fiqh
meliputi empat kelompok a. ibadah b. muamalat. . munakahat; d. jinayat.
Keempat kelompok ini juga memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga hal-hal
yang berkaitan dengan Negara dan politik juga tidak terlewatkan menjadi obyek
pembahasan dalam buku fiqh. Dengan kata lain, dari kandungan yang ada dalam
buku-buku fiqh, sasaran kajian fiqh meliputi banyak hal yang kemudian tidak
jarang mempunyai nama sendiri.[26]
Kemudian muncul istilah fiqh politik (fiqh siyasah ) dan fiqih-fiqih lainnya. Fiqh
siyasah sebenarnya tidak sekedar diterjemahkan sebagai ilmu tata Negara dalam
Islam, namun disejajarkan dengan ilmu politik islam atau Islamic Poltical
Thought dan seterusnya sehingga istilah-istilah tersebut menampakkan ciri fiqh
yang berupa exersice pemikiran yang tidak berhenti dan tetap berkelanjutan, tidak
malah didominasi oleh ciri fiqh yang sarat dengan nilai ibadah yang
berkonsekwensi mandeg. Selanjutnya ketka beribicara mengenai hukum pidana
maka sudah memakai bahasa hukum yang lazim dipergunakan dalam ilmu hukum.
Hal yang samapun juga berlaku bagi cabang fiqh yang lainnya yang sudah muncul
atau yang belum muncul, seperti fiqh ekonomi, fiqh perdagangan, fiqh keluarga,
fiqh lingkungan, fiqh perbankan dan lainnya.
Apabila hal ini bisa dikenal maka disini tidak hanya bicara mengenai hukum,
namun hukum Islam yang menjadi ruhnya pada dasarnya berarti etika atau ruh
islam, tidak diskursus hukum dalam ilmu hukum atau perundang-undangan.
Dengan demikian maka metode induktif harus bisa dipakai dengan leluasa sambil
mengakui deduktif dan bahkan landasan wahyu yang dalam banyak sisi bisa
dilihat sebagai metafisika. Ini proyek besar, dimana mengerjakannya harus
menguasai pula ilmu-ilmu sosial dan humaniora modern.
Dari uraian tersebut diatas, ada dua hal yang bisa dikemukakan yaitu :
Pertama : Cakupan fiqh baik dalam pengertiannya yang bercabang-cabang tadi
maupun masih dalam pengertian hukum Islam, adalah sangat luas, seluas perilaku
manusia. Sehingga kasus-kasus baru yang sedang dan akan bermunculan akan
selalu menuntut jawaban dari fiqh atau hukum islam.
Kedua : agar selalu tetap eksis hukum islam harus mampu memberi jawaban
dengan cepat terhadap tuntutan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Disatu sisi
jawaban itu harus cepat dan tepat., untuk itu diperlukan pemikir yang mumpuni,
dari sisi lain spesialisasi cabang-cabang fiqh perlu dikembangkan sesuai dengan
perkembangan sosial budaya dan tehnologi yang ada. [27]
BAB. III
KESIMPULAN
Bab ini merupakan jawaban terhadap pertanyaan masalah yang penulis ajukan
dalam bab. I. yaitu bahwa yang dimaksud dengan :
1. Hukum Islam sebenarnya tidak lain dari pada fiqh islam atau syariat Islam,
yaitu koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan syariat Islam sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang bersumber kepada al-Quran As-Sunnah dan
Ijmak para sahabat dan tabiin.
2. Syariat : Bawa syariat, yang dimaksud adalah wahyu Allah dan sabda
Rasulullah, merupakan dasar-dasar hukum yang ditetapkan Allah melalui RasulNya, yang wajib diikuti oleh orang islam dasar-dasar hukum ini dijelaskan lebih
lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai Rosul-Nya.
3. Fiqh artinya faham atau pengertian., dapat juga dirumuskan sebagai ilmu yang
bertugas menentukan dan menguraikan norma-norma dasar dan ketentuanketentuan umum yang terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad
yang direkam dalam kitab-kitab hadits, dan berusaha memahami hukum-hukum
yang terdapat di dalam al-Quran dan Sunnah nabi Muhammad untuk diterapkan
pada perbuatan manusia yang telah dewasa yang sehat akalnya yang
berkewajiban melaksanakan hukum islam.
2. Karakter dan tantangannya
Hukum islam menekankan pada final goal, yaitu mewujudkan kemaslahatan
manusia. dan kemajuan umuat melalui proses siyasah syariyyah, dengan produk
qanun atau perundang-undangan ;
Dalam membahas fiqh sering ditemui pengertian hukum dalam pengertiannya
menurut ilmu hukum, artinya fiqh. tidak ada pemisahan antara hokum Islam atau
fiqh yang merupakan hasil ijtihad ulama dengan konsep syariah Allah. Karena
norma-norma dasar yang terdapat di dalam AL Quran itu masih bersifat umum,
perlu dirinci lebih lanjut ke dalam kaidah-kaidah lebih konkrit agar dapat
dilaksanakan dalam praktek..
SUMBER HUKUM ISLAM DAN DALILNYA
Dalil, secara bahasa artinya petunjuk pada sesuatu baik
yang bersifat material maupun yang bersifat nonmaterial.
Sedangkan menurut Istilah, suatu petunjuk yang dijadikan
landasan berfikir yang benar dalam memperoleh hukum syara'
yang bersifat praktis, baik yang kedudukannya qath'i ( pasti )
atau Dhani (relatif).
2. Sunnah
a.
Pengertian Sunnah
Kata sunnahsecara bahasa berarti prilaku seseorang tertentu,
baik prilaku yang baik atau prilaku yang buruk3[7]. Dalam
pengertian inilah dipahami kata sunnah dalam sebuah hadis
Rasulullah :
}
{
Dari al-Munzir bin Jarir, dari bapaknya, dari Nabi SAW. bersabda :
barangsiapa yang melakukan perilaku(sunnah) yang baik dalam
Islam ini, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala
orang yang menirunya dan sedikitpun tidak dikurangi, dan
barangsiapa yang melakukan perilaku (sunnah) yang buruk
dalam Islam, makaia akan mendapat dosanya dan dosa orang
yang menirunya dan tidak dikurangi sedikitpun. (HR.Muslim)
2
3
3. Ijma
a.
Pengertian Ijma
Kata Ijma secara bahasa berarti kebetulan tekad
terhadap sesuatu persoalan atau kesepakatan tentang suatu
masalah. Menurut istilah Ushul Fiqh, seperti dikemukakan
Abdul-Karim Zaidan, adalah kesepakan para mujtahid dari
kalangan umat islam tentang hukum syara pada satu masa
setelah Rasulullah.
Menurut Muhammad Abu Zahrah, para Ulama sepakat
bahwa ijma adalah sah dijadikan sebagai dalil hukum.
Sungguhpun demikian, mereka berbeda pendapat mengenai
jumlah pelaku kesepakatan sehingga dapat dianggap ijma yang
mengikat umat islam6[10].
5
6
d. Macam-macam Ijma
Pengertian Qiyas
Dalil keempat yang disepakati adalah qiyas atau analog.
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur sesuatu dengan sesuatu
yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya.
Menurut istilah Ushul Fiqh seperti yang dikemukakan oleh
Wahbah az-Zuhaili adalah: menghubungkan (menyamakan
hukum) sesuatu yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan
sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada persamaan
llat antara keduanya.
HAM menurut versi Barat hanya melihat dari sisi larangan negara
menyentuh hak-hak. Hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan
sendirinya mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau
pendidikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi untuk membendung
pengaruh Sosialisme dan Komunisme, partai-partai politik di Barat
mendesak agar negara ikut campur-tangan dalam memberi jaminan hakhak asasi seperti untuk bekerja dan jaminan sosial.
Berbeda dengan konsep barat, HAM menurut versi Islam, seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan
sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga
perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu
kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi
melindungi hak-hak ini. Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran
terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Pemerintah mempunyai tugas
sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap
memerintah.
1. Perbedaan pandangan tentang Hak Asasi Manusia versi Islam dan
versi Barat terlihat dari adanya perbedaan yang mendasar antara konsep
HAM dalam Islam. HAM dalam Islam didasarkan pada premis bahwa
aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sedangkan dunia
Barat, bagaimanapun, percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan
oleh hukum-hukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk
tercapainya aturan-aturan publik yang aman dan perdamaian semesta.
Selain itu, perbedaan yang mendasar juga terlihat dari cara
memandang terhadap HAM itu sendiri. Di Barat, perhatian kepada
individu-individu timbul dari pandangan-pandangan yang bersifat
anthroposentris, sedangkan Islam, menganut pandangan yang bersifat
theosentris.
2. HAM di negara Islam kebanyakan bersifat hak ekonomi. Hal lain
adalah bahwa semua individu adalah sama dimuka hukum (pasal 19).
Martabat Manusia
Prinsip Persamaan
Prinsip Kebebasan
menyatakan Pendapat
Prinsip Kebebasan Beragama
Hak atas Jaminan Sosial
Hak atas Harta Benda
Al Quran
Pasal 19
Pasal 18
Pasal 22
Pasal 17
10
Hak
Hak
Hak
Hak
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
Hak
PENGERTIANNYA
B. Etika Menurut Ajaran Islam
Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan
oleh para ilmuan barat. Bila etika barat sifatnya antroposentrik (berkisar
sekitar manusia), maka etika islam bersipat teosentrik (berkisar sekitar
Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan
amal saleh atau dosa dengan pahala atau siksa, dengan surga atau
neraka (Musnamar, 1986: 88).
Dipandang dari segi ajaran yang mendasari etika Islam tergolong etika
teologis. Menurut Dr. H. Hamzah Yaqub pengertian etika teologis ialah
yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, didasarkan
atas ajaran Tuhan. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah
yang baik dan segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan itulah
perbuatan yang buruk (Yaqub, 1985: 96).
Karakter khusus etika Islam sebagian besar bergantung kepada
konsepnya mengenai manusia dalam hubungannya dengan Tuhan,
dengan dirinya sendiri, dengan alam dan masyarakat (Naquib,1993: 83).
A. Moral Islam
Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi
Islam. Perintah-perintah ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam
6:150-153 di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan yang Lurus
(Shirathal Mustaqim ):
Tauhid (Nilai Pembebasan)
1. Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat
mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan yang kamu
haramkan ini." Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut
(pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orangorang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka
mempersekutukan Tuhan mereka. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa
yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
Nikah (Nilai Keluarga)
2. berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
3. janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan
4. janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks,
seks bebas dan incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan Hayat (Nilai Kemanusiaan)
5. janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar".
Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya).
Adil (Nilai Keadilan)
6. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
7. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar
kesanggupannya.
8. Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil
kendati pun dia adalah kerabat (mu), dan
Amanah (Nilai Kejujuran)
.4
Pengertian Akhlak
Pertama, akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.
Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu
perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan
bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika
bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada
intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat
tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang
menganutnya.
OBJEK KAJIAN AKHLAK
tentan.2 Ruang lingkup kajian ilmu ahkalak
Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia,
kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang
baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu
yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian
memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan
tersebut tergolong baik atau buruk.
Dengan demikian objek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau
penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan seseorang. Perbuatan tersebut
selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dalam hubungan ini
Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:
Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya
perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.[5]
Dengan demikian terdapat akhlak yang bersifat perorangan dan akhlak yang
bersifat kolektif.
Jadi yang dijadikan objek kajian Ilmu Akhlak di sini adalah perbuatan yang
memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, yaitu perbuatan yang dilakukan
atas kehendak dan kemauan. Sebenarnya, mendarah daging dan telah dilakukan
secara terus-menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Perbuatan atau
tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut tidak dapat disebut sebagai
perbuatan yang dijadikan garapan Ilmu Akhlak, dan tidak pula termasuk ke dalam
perbuatan akhlaki.
Dengan demikian perbuatan yang bersifat alami, dan perbuatan yang dilakukan
dengan tidak senganja, atau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlaki, karena
dilakukan tidak atas dasar pilihan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW
yang berbunyi:
)
Bahwasanya Allah memaafkanku dan ummatku yang berbuat salah, lupa dan
dipaksa. ( HR. Ibnu Majah dari Abi Zar )
Dengan memperhatikan keterangan tersebut di atas kita dapat memahami bahwa
yang dimaksud dengan Ilmu Akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan
yang dilakukan oleh manusia yang dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak
terpaksa dan sungguh-sungguh, bukan perbuatan yang pura-pura. Perbuatanperbuatan yang demikian selanjutnya diberi nilai baik atau buruk. Untuk menilai
apakah perbuatan itu baik atau buruk diperlukan pula tolak ukur, yang baik atau
buruk menurut siapa, dan apa ukurannya.
Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam,
yaitu:
1.
Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang
mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil ( ) .
2.
Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa
meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya
) .
disebut al-jahil al-dhollu (
3.
Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik
baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka
) .
pelakunya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq (
4.
Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada nya,
sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya
kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang
melakukannya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq al-syarir (
).
Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan
ketiga masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali
tidak bisa dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk
memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat
umum. Sebab kalu dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi
hal-hal yang mengorbankan orang banyak.[6]
Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk
memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar,
> Berguru dengan guru yang mampu mendidik anda. Guru itu mestilah seorang
yang bersih hatinya dan mantap agamanya. Beliau mampu melihat kelemahan
yang ada pada diri anda dan mampu memberikan petunjuk tentang cara untuk
memperbaiki dan mengubati kelemahan itu.
> Berkawan dengan seorang yang baik lagi mantap agamanya. Sahabat anda itu
bolehmembantu anda untuk memperbaiki akhlak dan anda perlu menerima
teguran ikhlas darinya. Inilah jalan yang pernah dilalui oleh tokoh-tokoh Islam
sebelum ini.
Mengikut riwayat yang lain, Omar pernah bertanya kepada Huzaifah, Adakah
kamu nampak dalam diriku tanda-tanda kemunafikan? Sahabat Huzaifah berkata,
Tidak ada. Begitulah caranya sahabat-sahabat nabi bersahabat.
> Memanfaatkan komen-komen negatif dari musuh. Sepatutnya manusia lebih
banyak memanfaatkan komen musuh yang menceritakan tentang kekurangan
dirinya daripada mendengar puji-pujian kawan yang ingin mengampunya. Orangorang biasa menganggap komen-komen musuh sebagai pandangan yang tidak
bernilai.
Sebaliknya orang-orang yang tajam mata hatinya suka mengambil manfaat dari
komen-komen itu.
> Mengambil iktibar dari kelemahan orang lain. Dalam pergaulan kadangkala
anda akan melihat perangai dan sikap negatif orang lain. Ketika itu hendaklah
anda menjadikan kelemahan orang itu sebagai kelemahan anda yang perlu anda
perbaiki.
Jadikan orang lain sebagai cermin tentang diri anda kerana sesungguhnya orang
mukmin itu cermin bagi mukmin yang lain. Nabi Isa pernah ditanya, Siapakah
yang mendidik engkau? Nabi Isa menjawab, Aku melihat orang bodoh dengan
kebodohannya dan (aku mendidik diri) dengan menjauhi kebodohan itu.
PERBEDAAN MANUSIA DAN HEWAN
Paling tidak ada sepuluh perbedaan prinsip antara manusia dengan binatang.
Pertama, manusia makhluk paling sempurna. Selain fisik, manusia memiliki
keunggulan akal. Manusia memiliki akal kreatif, inovatif dan konstruktif sedang
binatang tidak. Binatang tidak dapat menggunakan otaknya untuk berfikir atau
belajar dan menangkap kebenaran laiknya manusia.
Kedua, manusia harus belajar. Allah menganugerahkan hati dan akal untuk belajar.
Dengan belajar manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta
mengambil hikmah dalam berbagai peristiwa kehidupan. Manusialah yang harus
menuntut ilmu untuk melaksanakan berbagai tugas kehidupan. Malalui proses
belajar, manusia dapat memajukan kehidupannya, dari primitive menuju
kehidupan beradab dan berbudaya.
Ketiga, manusia adalah Abdullah. Tugas utama manusia adalah untuk mengabdi
atau menjadi hamba-Nya dengan penuh tunduk dan taat sepenuhnya. Inilah
kehendak Allah ketika menciptakan jin dan manusia. Ibadah adalah tugas utama
manusia. Baik, ibadah hablun minallah maupun ibadah hablun manannas.
Kepada-Nya seorang hamba berikrar,Iyyaka nabudu wa iyyaka nastain!
Keempat, manusia adalah khalifah. Khalifah artinya wakil Allah di bumi.
Khafifah juga berarti pemimpin. Tugas sebagai khafifah adalah tugas berat namun
mulia. Sebagai khafifah, manusia mengemban amanah memakmurkan bumi,
menciptakan perdamaian, ketrentraman, dan kesejahteraan hidup. Sebagai
khafifah, Allah menciptakan manusia setara. Hanya ketakwaan yang membedakan
dari lainnya.
Kelima, manusia adalah makhluk labil. Selain, memiliki akal, manusia memiliki
nafsu. Dengan akal manusia bisa melakukan perbuatan terpuji dan mulia. Tetapi
dengan nafsu, manusia bisa berbuat anarki, merusak dan merugikan kehidupan.
Dengan hidayah manusia bisa berbuat mulia. Tanpa hidayah, manusia hanya jadi
budak nafsu. Alquran menyebut ada yang menjadikan nafsu sebagai Tuhannya.
Keenam, manusia dicipta untuk hidup di dua alam: dunia dan akherat. Di dunia
manusia akan hidup sebentar. Dunia adalah lading amal. Akherat lebih kekal dan
lebih baik. Bila baik amal dunianya, insya Allah baik akheratnya, Syurgalah
tempatnya. Bila buruk dunianya, buruk pulalah akhirnya. Nerakalah ganjarannya.
Ketujuh, amal manusia dihitung. Perbuatan binatang tidak dihitung. Sekecil apa
pun kebaikan manusia, Allah akan memberikan pahala. Demikian pula sekecil apa
pun keburukannya, Allah akan memberikan sanksi. Takl satupun yang dirugikan.
Allah Maha Adil, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Kedelapan, manusia harus bekerja. Allah menganugrahkan organ sempurna agar
manusia bekerja dan berkarya. Dengan bekerja manusia dapat memenuhi
kebutuhan hidup dan memenuhi kewajiban social dengan penuh tanggung jawab.
Bekerja adalah salah satu pintu kemuliaan manusia.
Kesembilan, manusia makhluk beragama. Dengan agama manusia menemukan
dan mengabdi kepada Tuhan dengan benar. Dengan agama hidip manusia menjadi
bermakna. Dengan agama, manusia yakin kepada Nabi dan Rasul-Nya, serta
adanya Hari Akhir. Tentu hanya Islam agama yang dapat menjelaskan dan
meyakinkan itu semua. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
Kesepuluh, manusia makhluk berbudaya. Manusia adalah makhluk kreatif,
inovatif dan konstruktif yang mampu membangun pereradaban. Sejarah mencatat
peradaban manusia sebagai kerya gemilang. Peradaban adalah mozaik budaya
manusia yang dibangun berkat kecerdasan manusia. Jadi, sungguh berbeda
memang manusia dengan binatang. Meskipun demikian, Al-Quran menyebutkan
tidak sedikit manusia bergaya seperti binatang, bahkan lebih buruk lagi dari itu.
Mereka tidak dapat membangun sepuluh keunggulan yang mampu diraih oleh
setiap manusia.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH
ALLAH
Sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk
kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja.
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi,
yaitu :
1. Pertanggung jawaban pada diri sendiri.
2. Pertanggung jawaban pada masyarakat.
3. Pertanggung jawaban pada Allah.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Makna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan,
dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan
kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada
kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada
Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Artinya Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus." (QS.98:5)
Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki
dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan
yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang
atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga .
tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab
terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah
memelihara iman keluarga. Oleh karena itu dalam al-quran dinyatakan dengan
quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman,
dari neraka).
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harusdipertanggung
jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah
tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia
menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat
kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah danmendayagunakan apa yang ada
di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada
setiap gejala alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkarikedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya.Oleh karena itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap
penggunaankewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman
Allah dalamsurat fathir : 39.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al imarah).
Yakni dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata
dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya
dapat melanjutkan exploitasi itu.
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun (ar riayah).
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak
manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan
jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat.
Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam.
Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah danabdun
merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika
hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilainilai kebenaran.
Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah,
seperti firman Allah
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaikbaiknya." (QS.95:4)
Kebudayaang menurut islam
nafsu hewani dan setan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama
berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya
sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islami.
Oleh karena itu, misi kerasulan Muhammad SAW sebagaimana dalam sabdanya:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Artinya Nabi
Muhammad SAW, mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia agar
mengembangkan kebudayaan sesuai dengan petunjuk Allah.
Awal tugas kerasulan Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dan
Jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses
panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya setempat dengan nilai-niali Islam itu
sendiri, kemudian menghasilkan kebudayaan Islam, kemudian berkembang
menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan
bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika
bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada
intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat
tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang
menganutnya.