Professional Documents
Culture Documents
MENINGIOMA
Disusun oleh
Thoriqotil Haqqul Mauludiyah
102011101061
BAB I
PENDAHULUAN
Meningioma adalah tumor yang berasal dari meningens yang berfungsi
sebagai membran pelindung yang menutupi otak. Meningioma berasal dari sel
induk arachnoid yang terletak di lapisan arachnoid yang menutupi permukaan dari
otak yang dapat terjadi intrakranial atau antara saluran spinal.1
Angka kejadian meningioma 20% dari seluruh tumor primer otak. Tumor
ini lebih sering dialami wanita daripada pria dan biasanya terjadi pada usia 50-60
tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat muncul pada masa kanak-kanak
atau pada usia lanjut dan memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada
beberapa anggota di satu keluarga. Korelasinya dengan trauma kapitis masih
dalam pencarian karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada umumnya
meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar vili
arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel
yang terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi
radiks.2,3
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen. Sekitar
25 % mengenai falx dan parasagital yang dapat dibedakan menjadi sepertiga
anterior, tengah, dan posterior. Tumor ini tertutup oleh korteks di atasnya dan
cenderung tumbuh mayoritas pada satu hemisfer tetapi bisa bilateral. Pada
beberapa psien, tumor tumbuh ke tepi inferior sinus sagital. 3
Meskipun kebanyakan meningioma bersifat jinak (benigna) tumor ini bisa
mengalami kekambuhan setelah diangkat. Manifestai klinis yang ditimbulkan
sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu yang dapat
mengakibatkan kondisi serius dan berpotensi mengakibatkan kematian. 3
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus meningioma pada seroang wanita
nerumur 45 tahun yang dirawat di RSUD dr. Soebandi Jember.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Di antara sel-sel
meningen itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor
tetapi terdapat hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid.
Tumbuhnva meningioma kebanvakan di temnat ditemukan banyak villi
arachnoid. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak
maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di
semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign).
Meningioma malignant jarang terjadi. 2
2.2.
Epidemiologi
Meningioma merupakan neoplasma intracranial nomor 2 dalam
urutan frekuensinya yaitu mencapai angka 20% dan 12 % dari semua
tumor medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh
setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan
biasanya muncul pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan
muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan
memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota
di satu keluarga. Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan
10 % malignant. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 : 2 ,
namun ada pula sumber yang menyebutkan 7 : 2. 2
sudut
serebelopontin.
Meningioma
spinalis
mempunyai
Anatomi
Meninx adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus
enchepalon dam medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan
piamater, yang letaknya berurutan dari superficial ke profunda. Bersamasama,araknoid dan piamater disebut leptomening 4
Dura mater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih,
terdiri dari lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla
spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding canalis vertebralis,
menjadi endosteum(periosteum),sehingga di antara lamina meningialis dan
lamina endostealis terdapat spatium extraduralis(spatium epiduralis) yang
berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater
dan archnoid terdapat spatium subdurale yang berisi cairan lymphe. Pada
enchepalon lamina endostealis melekat erat pada permukaan interior
cranium, terutama pada sutura, basis crania dan tepi foramen occipital
magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan
dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu 4;
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae
Lapisan Meningen
Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeninges.
Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula
arachnoideae.Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium
subdurale dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater terdapat
spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid
yang membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang
membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant. Arachnoid
membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation arachnoidea,
masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior 4.
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan
diantara folia cerebri.Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh
serabut-serabut reticularis dan elastic,ditutupi oleh pembuluh-pembuluh
darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti
Etiologi
Penyebab terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum
diketahui. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan penyebab
meningioma. Penyebab yang tersering adalah paparan radiasi antara 132315 rontgen, dimana dosis ini sama dengan 1-3 Gy. Karakteristik dari
radiasi adalah radiasi yang memiliki periode laten 36-38 tahun bagi pasien
yang mendapatkan dosis radiasi yang rendah pada kepala, dimana pasien
yang menderita meningioma setelah terpapar dosis radiasi tinggi akan
menimbulkan tanda paling cepat 5 tahun sesudahnya. Meningioma yang
terjadi akibat adanya paparan radiasi lebih sering terjadi, dimana angka
kejadiannya mencapai 80%.5
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma,
namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa
kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para
peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul
meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom
22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2
merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada
40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2
sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma
multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen
yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma. 5
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan
tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering
memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan
(PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang
mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Berbagai
macam jaringan normal dan neoplastik mengekspresikan EGFR,
overekspresi dari EGFR ditemukan pada sejumlah tumor termasuk
payudara,
paru-paru,
kepala,
leher,
glioblastoma,
dan
Faktor Resiko
Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten
berhubungan dengan risiko terjadinya meningioma yaitu sinar radiasi
pengion; faktor lingkungan berupa gaya hidup dan genetik telah dipelajari
namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah diteliti
yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan elepon
genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai
berperan adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti diabetes
mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian pewarna
rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma
8
kepala; dan alergi. Sebagian faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan
atau tidak konsisten bila dihubungkan dengan risiko yang ditemukan pada
pasien meningioma, hal ini dapat disebabkan jumlah sampel penelitian
yang sedikit, waktu follow up yang singkat, dan adanya perbedaan kriteria
dan pajanan.6
Radiasi pengion
Faktor
yang
dinilai
memiliki
bukti
kuat
ilmiah
dalam
Hormon
Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita
dibanding pria, adanya ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu,
mengenai
penggunaan
telepon
genggam
dapat
10
Patofisiologi
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang
belum diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini
secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid
cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi
terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan
perkembangan edema peritumoral. 3
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti
halnya faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu
meningioma hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3
kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya
progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini
11
meningioma
dapat
menjadi
cepat
selama
periode
2.7.
Klasifikasi
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor
yang telah diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan
melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah
mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya 7.
a. Grade I
12
berkembang
dengan
sangat
agresif
dan disebut
13
14
2.8.
Diagnosis
Gejala Klinis
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan
tumor pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus
(disebabkan oleh terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari
otak). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal 3.
Gejala umumnya seperti 3;
a. Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas
atau pada pagi hari.
b. Perubahan mental
c. Kejang
d. Mual muntah
e. Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
b. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
15
hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
medulloblastoma.
16
Pemeriksaan Radiologi3
1. Foto polos.
Hiperostosis adalah salahsatu gambaran mayor dari meningioma pada
foto polos. Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi
tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada
tulang
tengkorak.
Pembesaran
pembuluh
darah
meninx
Tata Laksana
17
Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari
perlekatan dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus
yang terserang atau tulang yang hiperostotik)
Radioterapi
18
19
dilaporkan
dapat
memperpanjang
waktu
terjadinya
rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini
kurang menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi. 3
2.10.
Prognosis
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena
pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang
permanen.
Pada
orang
dewasa
snrvivalnya
relatif
lebih
tinggi
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1
3.2
Identitas Pasien
Nama
Rekam Medis
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Tanggal MRS
Tanggal KRS
: Ny. SR
: 02.31.62
: 45 tahun
: Perempuan
: Dsn. Krajan VI/III, Mayang, Jember
: Islam
: Madura
: Senin, 19 Mei 2014
: Senin, 26 Mei 2014
Subjektif
1. Keluhan Utama
Benjolan di kepala yang semakin membesar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengaku timbul benjolan sejak kurang lebih tujuh tahun yang
lalu, pada awalnya diameter benjolan sebesar dua sentimeter, semakin
lama semakin membesar hingga sekarang. Benjolan terasa keras dan
kadang-kadang sakit bila ditekan. Pasien mengaku tidak pernah
mengalami trauma pada kepala tepat di tempat benjolan tersebut.
Pasien tidak mengeluhkan terjadi penurunan ketajaman penglihatan
21
Selain itu, pasien juga mengeluhkan sering sakit kepala, pada awalnya
terasa di bawah benjolan yang semakin lama semakin menyebar dan
lebih dominant pada kepala sebelah kiri. Pasien juga mengeluh sering
mengalami nyeri kepala hebat, terutama pada saat pagi hari, disertai
rasa mual. Pasien kadang-kadang mendengar suara gemuruh pada
telinga kanannya. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada
pengecapan dan penciumannya.
Sejak beberapa bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien beberapa
kali mengalami kejang. Setiap kejang berlangsung selama kurang lebih
lima menit berupa kekakuan seluruh tubuh dengan kedua tangan
bergerak secara ritmik. Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengeluhkan rasa kebal pada wajah kanan yang berlangsung sampai
sekarang. Pasien juga mengaku mengalami penurunan daya ingat
dalam beberapa bulan terakhir ini. Pasien mengaku telah menggunakan
KB suntik selama 6 tahun
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami kelainan serupa.
3.3
Objective
Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Composmetis
Vital sign
Tensi
: 130/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Status generalis
Kepala
Mata
: Tidak anemis, tidak ikterik.
Telinga: Tidak ada secret, tidak ada darah.
Hidung
: Tidak ada secret, tidak ada darah.
Bibir
: Tidak sianotik.
Leher
: Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
Cor
: Inspeksi ictus cordis tidak tampak
22
Pulmo
MCL dextra.
Auskultasi S1S2 tunggal
: Inspeksi simetris, ketertinggalan gerak (-)
Palpasi fremitus raba (+/+)
Perkusi sonor
Auskultasi vesicular +/+, Ronchi -/-, Whezing -/-
Abdomen
Inspeksi
: Flat
Auskultasi
: Bising Usus (+) Normal
Palpasi
: Soepel, Nyeri tekan (-)
Perkusi
: Timpani
Extremitas
Akral hangat (+) di keempat extrimitas.
Oedem (-) dikeempat extrimitas.
Status Lokalis
Regio fronto-temporal:
Didapatkan massa ukuran diameter 7 cm,
konsistensi
keras,
immobile,
tepi
rata,
Status Neurologis
1. GCS
:456
2. Nervus Cranialis
N. Cranialis III
Isokor, Refleks Cahaya OD (+) OS (+), OD 3mm OS 3 mm
N. Cranialis VII
Waktu diam
Kerutan dahi: N/N
Tinggi alis: N/N
Sudut mata: N/N
Lipatan nasolabial: N/N
Waktu gerak
Mengerutkan dahi: Simetris
Menutup mata: Simetris
Bersiul: Simetris
Memperlihatkan gigi: Simetris
Pengecapan 2/3 anterior lidah: Tidak dilakukan
23
3. Sensorik
Ekstremitas atas: kanan = (+) N, kiri = (+) N
Ekstremitas bawah: kanan = (+) N, kiri = (+) N
4. Motorik
555555
5 5 55 5 5
555
5. Refleks
Reflex fisiologis
Refleks biseps
: +/+
Refleks triceps
: +/+
Refleks patella
: +/+
Refleks Achiles
: +/+
Refleks patologis
Tungkai
Refleks babinsky
: (-/-)
Refleks Chaddock
: (-/-)
Lengan
Refleks Hoffman tromer
6. Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
Salivasi
: (-/-)
:N
:N
:N
:N
24
3.4
Pemeriksaan Penunjang
: 15,4 g/dl
Leukosit
: 11.100 mg/ul
Eritrosit
: 5,43 juta/ul
Hematokrit
: 42 %
Trombosit
: 342.000/ul
: 21 mg/dL
Kreatinin
: 0,9 mg/dL
25
Albumin
: 5,1 g/dl
SGOT
: 30
SGPT
: 59
PT
: 12,7
APTT
: 26,8
3.5
Assesment
Meningioma
3.6
Planning
Pro operasi Craniotomy
3.7
Follow Up
Tanggal 19 Mei 2014
Dilakukan craniotomy. Pada operasi ini dilakukan reseksi total tumor,
perlekatan duramater dan tulang abnormal. Kemudian hasil operasi
dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk diperiksa PA.
26
GCS: 4-5-6
OD 3mm OS 3 mm
Sensorik: Ekstremitas atas= N/N, Ekstremitas bawah=N/N
Motorik: Ekstremitas atas= 5 5 5, Ekstremitas bawah= 5 5 5
Otonom: BAB (+), BAK (+)
27
A) Meningioma
P) Infuse D5 NS 500 cc
Injeksi Ketorolac 2x100 cc
Tanggal 23 Mei 2014
S) Keluhan
: nyeri kepala berdenyut
O) Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign
Tensi
: 140/90 mmHg
Nadi
: 96 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Status generalis
Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/Thorax
: cor S1S2 Tunggal
Pulmo Vesiculer +/+, Rh-/-, Wh -/Abdomen
: flat, BU (+), timpani, soepel
Extremitas
: Akral hangat (+) pada keempat extrimitas
Odem (-) pada keempat extrimitas
Status Lokalis
Regio cranii : Elastic bandage (+), darah pada elastic bandage (-)
Status neurologis
GCS: 4-5-6
28
Status generalis
Kepala/Leher : a/i/c/d -/-/-/Thorax
: cor S1S2 Tunggal
Pulmo Vesiculer +/+, Rh-/-, Wh -/Abdomen
: flat, BU (+), timpani, soepel
Extremitas
: Akral hangat (+) pada keempat extrimitas
Odem (-) pada keempat extrimitas
Status Lokalis
Regio cranii : Elastic bandage (+), darah pada elastic bandage (-)
Status neurologis
GCS: 4-5-6
KRS
DAFTAR PUSTAKA
29
30