Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses internal yang kompleks, karena
melibatkan seluruh mental, seperti ranah kognitif, afektif, dam
psikomotorik. Dari segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati
secara langsung, artinya proses belajar yang merupakan proses internal
siswa yang dapat diamati dan dipahami oleh guru. Proses belajar
tersebut terlihat banyak melalui perilaku siswa ketika mempelajari
bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon siswa
terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru (Dimyati
dan Mudjiono, 1994:16).
Morrie L. Bigge (dalam Darsono, 2002:3) berpendapat bahwa
belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang
yang tidak diwariskan secara genetis. Hal tersebut sejalan dengan
definisi belajar yang dinyatakan Maskowitz dan Orgel (dalam Darson,
2002:3) yang berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil langsung dari pengalaman, bukan akibat hubunganhubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir. Pendapat ini
senada dengan definisi belajar yang dinyatakan W.S Winkel (dalam
6
perubahan
dalam
pengetahuan,
pengalaman,
terhadap
belajar,
sikap
merupakan
kemampuan
belajar,
merupakan
kemampuan
memusatkan
10
11
c. Proses Belajar
Menurut Nurhadi (2002:3) ada kecenderungan pemikiran
tentang belajar, adapun dalam pendekatan kontekstual mendasarkan diri
pada kecenderungan pemikiran tentang brlajar sebagai berikut:
1) proses belajar, belajar tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri, anak
belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi saja oleh guru. Siswa
dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide, sehingga proses
belajar dapat mengubah otak, perubahan struktur otak itu berjalan
teru seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan seseorang.
2) transfer belajar, siswa belajar dan mengalami sendiri, bukan
pemberian orang lain, pengetahuan diperluas dari konteks yang
terbatas, sedikit demi sedikit. Siswa tahu untuk apa ia belajar dan
bagaimana ia menggunakannya.
3) siswa sebagai pembelajar, kecenderungan manusia untuk belajar
dalam bidang tertentu, belajar dengan cepat hal-hal baru. Strategi
belajar sangat penting, karena anak dengan mudah mempelajari
sesuatu yang baru.
4) pentingnya lingkungan belajar, belajar efektif dimulai dari
lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Adapun hal-hal yang
12
13
berkenaan
dengan
hasil
belajar
ketrampilan
dan
kemampuan bertindak.
Purwanto (1987:54) mengatakan bahwa hail belajar adalah nilai
yang dapat dicapai siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan
dan dapat diukur dengan menggunakan suatu tes. Pengukuran hasil
belajar bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Hasil belajar
dapat diartikan sebagai kemampuan yang berupa ketrampilan sikap
pengetahuan yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari proses belajar.
Hasil belajar merupakan ukuran dari keberhasilan suatu proses
pembelajaran berupa penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan
sikap.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang telah dicapai siswa secara
optimal setelah mengikuti proses belajar yang diwujudkan dalam
bentuk nilai. Selain itu pengukuran hasil belajar dapat juga digunakan
untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar. Sedangkan
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran ditunjukkan dengan
peningkatan hasil belajar siswa. Jika pendekatan dalam proses
pembelajaran baik (efektif dan efisien) mak hasil belajar siswa
meningkat, sebaliknya jika pendekatan dalam proses pembelajaran
14
tidak baik maka hasil belajar siswa kemungkinan menurun atau tetap
(stabil).
e. Konsep Pembelajaran
Darsono (2002:24) secara umum menjelaskan pengertian
pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang
lebih baik. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan
sebagai berikut:
1) teori behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha
guru
membentuk
tingkah
laku
yang
diinginkan
dengan
humanistik,
menjelaskan
bahwa
pembelajaran
adalah
15
16
2. Pembelajaran IPS
a. Hakikat Pembelajaran IPS
Pengorganisasian bahan pembelajaran IPS di sekolah dasar
sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu
ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pembelajaran IPS di
sekolah dasar merupakan bagian integral dari bidang studi. Namum
ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sumber daya
alam
dan
kegiatan
ekonomi,
bahan-bahan
pembelajaran
bisa
dibicarakan secara lebih tajam. Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan
kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri
atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah
meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak lampau hingga
masa kini.
Secara
mendasar,
pembelajaran
IPS
berkenaan
dengan
17
tujuan
pembelajaran
sangat
penting
untuk
18
2) membekali
siswa
dengan
kemampuan
mengidentifikasi,
siswa
dengan
kemampuan
mengembangkan
19
4) memiliki
kemampuan
berkomunikasi,
bekerjasama
dan
20
1974:245).
Menurut
Ramayulis
(2005:32)
21
yang
meliputi:
(1)
pembelajaran
adalah
upaya
22
metode-metode
mana
yang
tepat
digunakan
dalam
23
Karo-Karo
(1984:24)
bahwa
metode
diskusi
24
Dengan model diskusi ini berarti ada proses interaksi antara dua
atau lebih indvidu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman,
maupun informasi, untuk memecahkan masalah. Pelaksanaan model
diskusi dalam proses belajar mengajar akan dapat mempertinggi
partisipasi siswa secara individual dan mengembangkan rasa sosial.
Berdasarkan
beberapa
pendapat
di
atas,
maka
dapat
dengan
tujuan
agar
siswa
dapat
terdorong
untuk
25
keragaman
pendapat
orang
lain,
dalam
rangka
memecahkan
suatu
masalah,
(b)
dapat
meningkatkan
26
informal
dimana
semua
anggota
kelompok
mendapat
diskusi
27
28
29
Latambaga
Kabupaten
Kolaka.
Hasil
penelitian
ini
30
rata-rata siswa siklus I adalah 70,19 meningkat menjadi 81,24 pada siklus
II, (2) persentase ketuntasan belajar siswa siklus I adalah 58,33%
meningkat menjadi 95,83% pada siklus II. Kesimpulan penelitian ini
adalah penerapan metode diskusi terbimbing dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Torobulu Kabupaten Konawe
Selatan.
C. Kerangka Berpikir
Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Mopute
menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa pada materi kenampakan alam di
lingkungan kabupaten atau kota dan provinsi serta hubungannya dengan
keragaman sosial dan budaya belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yakni 70. Salah satu penyebab
rendahnya hasil belajar IPS siswa antara lain adanya dominasi guru dalam
proses pembelajaran, sehingga aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran IPS sangat rendah.
Rendahnya aktivitas dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
IPS disebabkan oleh faktor guru dan faktor siswa. Permasalahan yang berasal
dari faktor guru adalah: (1) guru sebagai satu-satunya sumber informasi
pembelajaran, (2) guru tidak menumbuhkan interaksi siswa dalam proses
pembelajaran. Aktivitas guru yang kurang baik berdampak pada proses belajar
siswa antara lain: (1) siswa pasif dan tidak kreatif, (2) jenuh mengikuti proses
pembelajaran, dan (3) siswa hanya menerima informasi dari guru.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan metode
31
(2)
menampilkan
permasalahan
nyata
yang
sering
Faktor Siswa
Aktif
Interaksi dalam pembelajaran
meningkat.
Belajar dengan semangat
Memanfaatkan berbagai sumber
pembelajaran.
Faktor Guru
Guru memanfaatkan berbagai
sumber dan media pembelajaran.
Menampilkan permasalahan
nyata dalam proses
pembelajaran.
32