Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
Sitanggang
(1999),
klasifikasi
ikan
Gurame
Padang
: Chordata
: Pisces
: Teleostei
: Labyrinthici
: Anabantoidae
: Anabantidae
: Osphronemus
: Osphronemus gouramy (Lacepede)
di kawasan Asia
selatan ini memiliki puluhan jenis ikan gurame hias. Ketika ditelusuri lebih lanjut,
ternyata gurame hias juga banyak dijumpai di perairan darat Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri Sleman termasuk salah satu sentral
budidaya gurame di Indonesia, terutama di Kecamatan Turi dan Depok. Di Jawa
Tengah, ikan ini banyak dibudidaya di Banyumas dan Purbalingga. Itu sebabnya,
masyarakat di Jateng dan DIY sudah tidak asing lagi dengan keberadaan ikan
yang panjang tubuhnya bisa mencapai 65 cm tersebut (Anonim, 2008).
Habitat ikan gurame merupakan ikan air tawar sampai sedikit payau,
berair jernih dan dasar kolam yang kurang lumpurnya. Lokasi pemeliharaan yang
cocok ialah pada ketingiian 50 - 400 m di atas permukaan laut, dengan suhu 24
28C, kedalaman air sekurang-kurangnya 75 cm. Ikan ini sangat baik di perlihara,
10
11
12
Pakan yang biasanya diberikan pada ikan hias gurame padang berupa
pakan alami, karena pakan alami ini mengandung gizi yang sulit ditiru oleh pakan
buatan. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung unsur gizi yang lengkap
dan seimbang (BRBIH 2010).
Pakan alami adalah pakan yang dimakan oleh ikan berupa bahan alami
yang sesuai dengan bentuk asalnya tanpa ada modifikasi oleh manusia yang
mencakup hewan, zooplankton, fitoplankton dan benthos (Halver 1972). Pakan
alami diketahui sebagai pakan awal utama bagi larva ikan, karena pakan alami
memiliki keunggulan antara lain ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva,
dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Pakan alami lebih diberikan pada ikan
gurame padang karena gizinya tinggi, mudah dicerna, dapat bergerak sehingga
dapat dideteksi dan ukurannya yang relatif kecil sesuai dengan bukaan mulut ikan
ukuran benih, dapat dikultur oleh masyarakat ataupun sudah tersedia di perairan
subur (sungai dan genangan air) serta harganya yang relatif murah (Chumaidi
2004).
2.2.1 Tubifex sp.
Tubifex sp. menurut Rusdi dalam Utami (2010) memiliki klasifikasi
sebagai berikut :
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Annelida
: Oligochaeta
: Haplotaxida
: Tubificidae
: Tubifex
: Tubifex sp.
Tubifex sp. merupakan salah satu jenis pakan alami ikan yang hidup
didasar perairan tawar. Tubifex sp. mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya
yang seperti benang sutera dan berwarna merah kecoklatan karena banyak
mengandung hemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30-60 segmen
atau ruas. Tubifex sp. membenamkan kepalanya ke dalam lumpur untuk mencari
makan dan ekornya disembulkan di permukaan dasar untuk bernafas (Djarijah
1995). Tubifex sp. mempunyai struktur badan yang lembut dan selalu bergerak
13
14
Protein Kasar
57,0*
Lemak
20,9
Serat Kasar
1,3
BETN
30,0
Abu
6,7
: Eukarya
: Animalia
: Arthropoda
: Insecta
: Diptera
: Chironomidae
: Chironomus
: Chironumus sp.
15
Tubuh cacing darah mengandung 90% air dan sisanya 10% terdiri dari
bahan kering. Kandungan nutrisi yang dimiliki cacing darah berdasarkan bahan
kering dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Cacing Darah berdasar Bahan Kering
Bahan Penyusun
Protein
60,9
Lemak
16,3
Serat Kasar
0,9
BETN
13,5
Abu
8,1
16
2.2.3 Moina sp
Menurut Hogan dalam Sutrisno (2011), klasifikasi dari Moina sp. adalah
sebagai berikut :
Kingdom
Phylum
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Cladocera
: Moinidae
: Moina
: Moina sp.
Di kalangan petani Moina dikenal dengan nama "kutu air". Jenis kutu ini
mempunyai bentuk tubuh agak bulat, bergaris tengah antara 0,9 - 1,8 mm dan
berwarna kemerahan. Perkembangbiakan Moina dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara asexual atau parthenogenesis (melakukan penetasan telur tanpa
dibuahi)
17
Protein
37,38
Lemak
13,29
Serat Kasar
Abu
11,00
18
: Arthropoda
: Branchiopoda
: Diplostraca
: Cladocera
: Eucladocera
: Daphnidae
: Daphnia
: Daphnia sp.
19
20
Protein
42,65
Lemak
8,00
Serat Kasar
2,58
BETN
Abu
4,00
membutuhkan
suplay
oksigen
untuk
pertumbuhan
dan
2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertumbuhan ukuran panjang atau bobot ikan dalam
kurun waktu tertentu yang dapat dipengaruhi oleh pakan yang tersedia, jumlah
ikan yang menggunakan pakan, suhu, umur dan ukuran ikan (Effendie 1997).
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam umumnya sukar dikontrol, diantaranya keturunan seks, umur, parasit
dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah
makanan dan lingkungan perairan. Faktor makanan yang mempengaruhi adalah
kualitas pakan dan keseimbangan gizi pakan dan faktor lingkungan adalah suhu,
oksigen, derajat kesamaan dan amonia (Effendie 1997). Pertumbuhan dapat
terjadi apabila ada kelebihan input energi dari pakan. Energi yang berasal dari
pakan akan digunakan oleh
produksi, organ seksual, perawatan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak.
Selain itu, pertumbuhan ikan akan sangat baik pada padat penebaran yang makin
21
22
Huisman dan Boon (1991), masa kritis kelangsungan hidup larva ikan terjadi pada
saat kuning telur pada tubuhnya mulai habis terserap dan benih mulai makan
makanan alami. Tingkat kematian ikan tertinggi akan terjadi bila benih tidak
segera mendapat pakan yang sesuai baik jenis maupun nilai gizinya untuk
menekan kematian benih ikan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menggurangi tingkat kematian tersebut
antara lain dengan memberikan asupan pakan yang sesuai dengan kemampuan
cerna dan kebutuhan ikan serta memperhatikan kualitas air.
2006).
Kualitas air dalam lingkup akuarium secara umum mengacu pada
kandungan material yang terdapat dalam air dalam kaitannya untuk menunjang
kelangsungan hidup (Nasution 2000). Menurut Lesmana dan Dermawan (2006),
bila dibandingkan dengan bak atau kolam, pemeliharaan ikan di akuarium paling
baik karena ikan dan kualitas air dapat dikontrol secara teliti. Hanya saja daya
tampung akuarium tidak sebanyak kolam atau bak. Suhu, oksigen terlarut, pH dan
23
amonia merupakan faktor pembatas dalam budididaya ikan. Adapun batas yang di
anjurkan untuk kualitas air ikan gurame dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kisaran Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air
Suhu
25-28C a
DO
4 7 pmm b
Amonia
<1 mg.L-1. c
pH
6,7-8,2 d
24
2.5.4 Amonia
Amonia merupakan gas buangan terlarut hasil metabolisme ikan oleh
perombakan protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun sisa pakan. Sisa pakan
biasanya akan membusuk sehingga kadar amonia meningkat (Lesmana dan
Dermawan 2006).
Amonia mempunyai dua bentuk, yaitu amonia terionisasi (NH3)
dan
amonia tidak terionisasi yang disebut amonium (NH4). NH3 merupakan racun bagi
ikan sedangan NH4 tidak bersifat racun, kecuali jika konsentrasinya sangat tinggi.
Kandungan amonia dapat dikurangi ataupun dapat dihilangkan dengan cara
penggatian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan
oksigen (Zonnveld dkk. 1991).