You are on page 1of 9

A.

Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan


(lanjutan)
Tim Quality Assurance
Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan
yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.
a. Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance, pembahasan
harus tetap dilakukan dan hasil pembahasan dituangkan dalam risalah Tim Quality Assurance
Pemeriksaan.
b. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak hadir dalam pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan namun menolak menandatangani risalah Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, maka dibuat catatan mengenai penolakan tersebut dalam risalah Tim
Quality Assurance Pemeriksaan.
c. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan maka dibuat berita acara ketidakhadiran WP. Pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dianggap telah dilakukan.
Surat Panggilan
Pemeriksa Pajak memanggil Wajib Pajak dengan mengirimkan surat panggilan untuk
menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dapat disampaikan
secara langsung atau melalui faksimili.

Dalam hal surat panggilan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari
Wajib Pajak menolak untuk menerima surat panggilan tersebut, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa
dari Wajib Pajak harus menandatangani surat penolakan menerima surat panggilan untuk
menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Kemudian Pemeriksa Pajak
membuat berita acara penolakan menerima surat panggilan untuk menandatangani berita acara
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
Wajib Pajak harus memenuhi panggilan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
setelah surat panggilan untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
diterima oleh Wajib Pajak. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak memenuhi
panggilan, namun menolak menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai penolakan penandatanganan pada berita acara
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan,
Pemeriksa Pajak membuat catatan pada berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
mengenai tidak dipenuhinya panggilan.
Dokumen yang dapat dipertimbangkan dalam Pembahasan Akhir
Dalam hal terhadap Wajib Pajak dilakukan penetapan secara jabatan, buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang dapat
dipertimbangkan oleh Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan terbatas
pada:
1. penghitungan peredaran usaha atau penghasilan bruto dalam rangka penghitungan
penghasilan secara jabatan; dan
2. kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan.

Perbedaaan : Dalam PMK 17 Tahun 2013 ini, penjelasan atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dijelaskan secara lebih detail dibanding PMK
sebelumnya.
B. Pelaporan Hasil Pemeriksaan dan Pengembalian Dokumen
Prosedur, pengujian atas bukti yang dikumpulkan dan simpulan dituangkan dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP) dan ditelaah oleh supervisor kemudian dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP), Nota Perhitungan (Nothit) sebagai dasar penerbitan SKP/STP.
Pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak dihitung sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, kecuali:
a. Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir tetapi menyampaikan tanggapan tertulis,
pajak yang terutang berdasarkan SPHP dengan memperhatikan tanggapan tertulis dari WP .
b. Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir dan tidak menyampaikan tanggapan
tertulis, pajak yang terutang berdasarkan SPHP dan WP dianggap menyetujui.
Buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan
menggunakan bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan dan dokumen paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak tanggal LHP.
Perbedaaan : Dalam PMK sebelumnya, tidak dijelaskan mengenai ketentuan ini yaitu Pelaporan
Hasil Pemeriksaan dan Pengembalian Dokumen.

C. Pembatalan Hasil Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dibatalkan dikarenakan :


1. Pemeriksaan dilakukan tanpa penyampaian SPHP,
2. Pemeriksaan Tanpa Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Atas pembatalan tersebut, proses Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksanakan prosedur
penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
Terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang KUP, Pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan:
1. Surat ketetapan pajak sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) UndangUndang KUP belum terlewati; atau
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat Pemberitahuan apabila jangka
waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) UndangUndang KUP terlewati.
Perbedaaan : Dalam PMK 17 Tahun 2013 ini, penjelasan atas Pembatalan Hasil Pemeriksaan
dijelaskan secara lebih detail dibanding PMK sebelumnya yaitu penjelasan terkait
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17B ayat (1) Undang-Undang KUP.
D. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat Pemberitahuan Selama Pemeriksaan
Wajib Pajak dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan SPHP.

Laporan tersendiri secara tertulis harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari
Wajib Pajak dan dilampiri dengan:
1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sebenarnya dalam format Surat Pemberitahuan;
2. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan
3. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%.
Pemriksaan tetap dilanjutkan dan menghasilkan surat ketetapan pajak sesuai dengan keadaan dan
pertimbangan atas laporan tersendiri yang disampaikan oleh WP.
Perbedaaan : Dalam PMK 17 Tahun 2013 ini, penjelasan atas pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT selama Pemeriksaan dijelaskan secara lebih detail dibanding PMK sebelumnya.
E. Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan
Pemeriksaan dapat diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka apabila:
1. ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan,
2. Wajib Pajak menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan terhadap WP tersebut tidak
dilakukan penghitungan penghasilan kena pajak secara jabatan.
Dalam hal Pemeriksaan yang dilakukan merupakan Pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP,
usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka harus memperhatikan jangka waktu
penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut.
Perbedaan :

1. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak tidak
memenuhi sebagian atau seluruh permintaan peminjaman sehingga besarnya penghasilan
kena pajak tidak dapat dihitung, Pemeriksa Pajak mengusulkan Pemeriksaan Bukti
Permulaan
F. Penangguhan Pemeriksaan
Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disetujui oleh pejabat yang
berwenang, pelaksanaan Pemeriksaan ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan
Pemeriksaan sampai dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka:
1.
2.
3.
4.

diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan,


diselesaikan dengan penerbitan SKKB Pasal 13A,
dihentikan karena WP OP meninggal dunia,
dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang

perpajakan,
5. Penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 44A Undang-Undang KUP atau Pasal
44B Undang Undang KUP, atau
6. Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan telah mempunyai kekuatan
hukum tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Pemeriksaan yang ditangguhkan tersebut dapat :
1. Dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena WP OP yang
bersangkutan meninggal dunia,
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena tidak ditemukan adanya
bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan,

c. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan namun


penyidikan dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44A Undang-Undang KUP; atau
d. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan dan
penuntutan serta telah terdapat putusan pengadilan mengenai tindak pidana di bidang
perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan putusan pengadilan
tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Dihentikan dengan membuat LHP Sumir, apabila:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan karena Wajib Pajak
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3) Undang-Undang KUP;
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi
diselesaikan dengan menerbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A
Undang-Undang KUP; atau
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan tetapi
penyidikannya dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP.
Pemeriksaan Bukti Permulaan Secara Tertutup
Pemeriksaan terhadap WP juga dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup,
Pemeriksaan tersebut ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan Pemeriksaan apabila
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup ditindaklanjuti dengan penyidikan.
Penangguhan Pemeriksaan tersebut dilakukan sampai dengan:
1. Penyidikan dihentikan sesuai dengan Pasal 44A atau Pasal 44B Undang-Undang KUP;
atau

2. putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Pemeriksaan yang ditangguhkan sebagaimana dapat :
1. Dilanjutkan, apabila:
a. penyidikan dihentikan karena Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
b. putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah diterima oleh
Direktur Jenderal Pajak.
2. Dihentikan, apabila penyidikan dihentikan karena Pasal 44B Undang-Undang KUP.
Jangka waktu pengujian atas pemeriksaan yang ditangguhkan tersebut diperpanjang untuk jangka
waktu paling lama 4 (empat) bulan.
Perbedaan :
1. Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan disetujui, pelaksanaan Pemeriksaan
dihentikan dengan membuat Laporan Hasil Pemeriksaan sumir,
2. Untuk usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang
KUP, penyelesaian Pemeriksaan ditangguhkan sampai dengan:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan dan tidak dilanjutkan dengan
penyidikan;
b. penyidikan dihentikan dan tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
c. diterimanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
yang menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.

Pemeriksaan yang ditangguhkan dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,


apabila:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak dilanjutkan dengan penyidikan,
b. penyidikan dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
c. diterima putusan pengadilan yang telah. mempunyai kekuatan hukum tetap yang
menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.
Jangka waktu pemeriksaan diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
G. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur
Jenderal Pajak yang dikarenakan adanya data baru, termasuk data semula yang belum terungkap.
Hasil dari pemeriksaan ulang yaitu terbitnya :
a. SKPKBT, adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan
pajak sebelumnya.
b. LHP Sumir, tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.
c. Keputusan Mengenai Rugi Fiskal, tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya tetapi terdapat
perubahan jumlah rugi fiskal
Perbedaan : Pada PMK sebelumnya yaitu :
a. Berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak yang dikarenakan
adanya data baru, termasuk data semula yang belum terungkap dan instruksi
berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
b. Hasil dari pemeriksaan ulang hanya diterbitkan SKPKBT

You might also like