You are on page 1of 30

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Disusun Oleh :
Anneu Rostiana

110.2009.036

Muhammad Fatony Hadikusuma

2010.730.142

Zakiyatul Fukairoh

2009.730.173

Pembimbing :
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU PSIKIATRI


RUMAH SAKIT JIWA ISLAM BUNGA RAMPAI KLENDER
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FK UNIVERSITAS YARSI
2014
STATUS PSIKIATRI

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Usia
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Status pernikahan
Alamat

: Tn. H
: Laki-laki
: Jakarta, 17 Februari 1996
: 18 tahun
: Islam
: Indonesia
: SMP
: Belum menikah
: Jl.KP Pertanian Selatan Klender

Pekerjaan
Datang Ke Rumah Sakit
Riwayat perawatan
Rawat Jalan
Rawat Inap

:(-)
: 18 Desember 2014
: Pernah pengobatan di RS Duren Sawit
: RSIJ Klender tahun 2014

B. RIWAYAT PSIKIATRI
Berdasarkan
Autoanamnesa
: Diambil tanggal 19, 20 Desember 2014
Alloanamnesis
: Diambil tanggal , dengan ibu pasien
Keluhan Utama
Pasien gelisah dan marah marah sejak

minggu terakhir.

Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang ke RSJIK diantar oleh kakaknya pada tanggal 18 Desember
2014 karena pasien gelisah dan marah - marah. Selain keluhan tersebut ia juga
mendengar suara tanpa wujud, sulit tidur, pergi-pergi dari rumah, bicara kacau
dan lebih suka menyendiri. Pasien mendengar ada suara-suara yang mengajak
pasien untuk pergi dari rumah.

pasien mengatakan bahwa pasien akan marah

dan mengamuk bila permintaan nya tidak dituruti. Ia juga terganggu karena
adanya bisikan yang terus menerus memanggil namanya. Ia terganggu karena
bisikan tersebut. Selain mendengar bisikan, pasien menyangkal tidak pernah
melihat sesosok bayangan apapun.
Pasien pertama kali mengalami gangguan jiwa pada tahun

. Hal ini

sesudah ia dipecat dari pekerjaan nya dan putus dari pacarnya. Ia menjadi
gelisah, murung, menyendiri dan bicara kacau.
Tahun 2000 di RS Ongko Mulyo : Pasien mengamuk dan merusak
perabotan karena permintaan nya tidak diberikan orang tuanya. Ia juga
dikatakan memukul pamannya karena disuruh oleh kekuatan dari luar
tubuhnya. Pasien juga dikatakan mendengar bisikan yang terus menerus
memanggil namanya. Pasien merasa ia mengamuk karena kekuatan dari luar
tubuhnya yang menyuruhnya untuk mengamuk. Ia juga merasa perhatian
ibunya terbagi karena ibunya juga mengasuh bibi nya.
Tahun 2014 pasien dirawat di RSIJ Klender karena keluhan yang sama
seperti sebelumnya. Pasien marah-marah karena permintaan nya tidak
diberikan oleh ibunya.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
1) Gangguan Psikiatri
Pasien terakhir di rawat inap bulan Maret tahun 2011, pasien dirawat
selama 1 bulan karena di rumah pasien marah marah sampai membanting
perabotan yang ada di rumahnya. Saat itu menurut keluarga pasien tampak
gelisah, marah - marah, tidak bisa tidur, dan mulai mendengar bisikan-bisikan
yang tidak ada sumbernya, pasien mulai curiga terhadap orang orang yang
da disekitarnya. Pasien diterapi dengan Clorpromazin 3x100 mg, THP 3x2
mg, Luften 2x25 mg dan Haloperidol 3x5 mg.
3

2) Gangguan Medik
Pasien tidak memiliki kelainan bawan sejak lahir. Pasien tidak pernah
dirawat di RS ataupun berobat ke RS. Pasien tidak memiliki riwayat kejang
dan trauma kepala.
3) Gangguan Zat Psikoaktif
Pasien merupakan seorang perokok. Pasien pernah minum minuman
beralkohol sejak usia 12 tahun. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan
terlarang maupun zat psikotropika jenis apapun.
Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum Sakit
1) Riwayat Prenatal dan Perinatal
Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit atau hal
yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien lahir dari
pernikahan yang sah, cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir secara
normal dan saat lahir bayi langsung menangis. Tidak ada penggunaan obatobatan selama masa kehamilan.
2) Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibunya, ayahnya meninggal saat usianya 1 tahun. Ia
anak kedua. Kakak laki lakinya meninggal saat usia 1 minggu. Pemberian
ASI sampai 2 tahun. Pasien tidak pernah menderita sakit berat. Tidak ada
riwayat trauma dan kejang.
3) Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Tumbuh kembang pasien seperti anak seusianya. Pasien pernah tinggal
kelas saat kelas 1 SMP. Pasien dapat bergaul baik dengan teman temannya.
4) Masa Pubertas dan Remaja
Hubungan Sosial
Pasien memiliki banyak teman, pasien termasuk anak yang nakal,
pasien sering bolos saat sekolah, sangat dimanja oleh ibunya. Oleh
karena itu ia selalu marah bila permintaan nya tidak diberikan.

Riwayat Pendidikan Formal


Pasien bersekolah SD di daerah

, lalu melanjutkan ke SMP


4

Perkembangan Motorik dan Kognitif


Dalam Perkembangan motorik dan kognitif pasien tidak ada
gangguan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam hal keterampilan

intelektual maupun motorik.


Gangguan Emosi dan Fisik
Pasien termasuk orang yang pendiam, tidak pernah mau terbuka
dengan keluarganya untuk menceritakan kehidupan pribadinya dalam

bergaul. Pasien selalu marah apabila permintaan nya tidak diberikan.


Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikoseksual. Pasien
memiliki sifat tertutup.

5) Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja karena pasien tinggal bersama ibu dan saudara

ibunya, biaya hidup ditanggung oleh orangtuanya.


Aktivitas sosial
Hubungan pasien dengan tetangganya baik dan pasien mudah bergaul.
Pasien menjadi pendiam apabila berada dirumahnya ketika bersama

saudara saudaranya.
Masalah seksual
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami
masalah seksual.
Riwayat Keagamaan
Pasien dibesarkan dalam keluarga yang menganut agama Islam.
Riwayat Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

Riwayat Keluarga

Keterangan :
bagian diarsir
adalah pasien

= Laki - laki
= Perempuan
Keterangan :
5

Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Terdiri dari satu kakak laki
laki yang telah meninggal ketika berumur 1 minggu. Pekerjaan ayah dan ibu
pasien adalah pedagang. Hubungan pasien dengan ibunya kadang kadang
tidak harmonis, pasien marah kepada ibunya apabila permintaannya tidak
dituruti. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita gangguan jiwa.
C. STATUS MENTAL
I.
Deskripsi Umum
A. Penampilan
Pasien seorang laki-laki, usia 18 tahun-an, postur tubuh sedang, tinggi
badan 160 cm. Berat badan 50 kg. Penampilan fisik sesuai usia, kulit sawo
matang. Ia menggunakan kaos abu-abu dan celana cokelat, kuku dan rambut
tampak terawat.
B. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang. Pasien langsung
menjawab pertanyaan yang diajukan. Saat berbicara pasien menatap dokter
muda, tidak ada gerakan yang tidak disadari selama wawancara. Setelah
wawancara dokter muda berpamitan dengan pasien dan pasien menerima
dengan baik.
C. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika
wawancara. Pasien bersikap tenang dan berprilaku sopan.
II.

III.

Keadaan Afektif
Suasana Perasaan / Mood
Afek
Keserasian

: Eutim
: Terbatas
: Sesuai

Pembicaraan
Volume
: sedang
Irama
: teratur
Kelancaran : agak terbata-bata, artikulasio dan intonasi jelas
Kecepatan
: sedang
Gaya berbicara : sedikit tegang

Gangguan berbicara : tidak ada afasia, tidak ada disartria, tidak ada
ekolalia.

IV.

Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Auditorik : Ada
pasien sering mendengar suara-suara yang mengajak pasien untuk

pergi dari rumah.


Visual
: Tidak ada
Taktil
: Tidak ada.

Olfaktorik : Tidak ada.

Gustatorik : Tidak ada.

b. Ilusi

: Tidak ada

c. Derealisasi

: Tidak ada

d. Depersonalisasi : Tidak ada


V.

Proses Pikir
1. Proses Pikir
o Produktivitas
o Kontinuitas

: Cukup ide

- Assosiasi longgar: Tidak ada


- Inkoherensia

: Tidak ada

- Flight of ideas

: Tidak ada

- Neologisme

: Tidak ada

2. Isi pikir
Preokupasi
Waham
Waham kebesaran

:Tidak ada
: Tidak ada
Waham kejar

: Tidak ada

Waham refensi

: Tidak ada

Thought echo

: Ada (Bisikan-bisikan yang memanggil

manggil namanya untuk mengajak pasien pergi).


Thought broadcasting

: Tidak ada
7

Thought withdrawal
: Tidak ada
Thought insertion : Ada (Ada pikiran dari luar tubuhnya yang masuk
ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan bicara sendiri.
Thought control
: Tidak ada
Delusion of passivity
: Ada (Pasien tidak dapat melawan bisikanbisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja).
Gagasan bunuh diri dan membunuh : Tidak ada
Obsesi dan konvulsi
: Tidak ada
Fobia
: Tidak ada
VI.

Sensorium dan Kognitif


1.

Kesadaran : kompos mentis

2.

Orientasi
Waktu baik (pasien benar menyebutkan tanggal,

bulan dan tahun saat di wawancara tetapi tidak tahu hari apa saat
diwawancara)
Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat

ini sedang berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur,
Negara Indonesia dan kota Jakarta)
Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang

diwawancarai oleh dokter muda dan mengenali beberapa pasien


lainnya)
3.

Daya ingat :
Daya ingat jangka panjang baik

(pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi saat ia SD)


Daya ingat jangka pendek baik

(pasien dapat mengingat hari pasien masuk rumah sakit)


Daya ingat yang baru-baru ini terjadi

baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi, pukul berapa
bangun tadi pagi)
o

Daya ingat segera baik (pasien dapat


mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat
menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan)
8

4. Konsentrasi : baik
Pasien mampu mengurangi penjumlahan seratus kurang lima puluh
sebanyak 5 kali.
5.

Kemampuan Visuospasial : baik


Pasien dapat menggambar jam.
6.

Pikiran abstrak : baik


Pasien dapat mengetahui persamaan buah jeruk dan apel.

7.

Pengetahuan umum dan intelegensi : baik


o

Pasien mengetahui nama presiden RI sekarang

Pasien dapat menghitung uang kembalian dari


Rp.10.000 setelah dibelanjakan Rp.2000

VII.

Pengendalian Impuls
Kemampuan mengendalikan impuls kehendak dan keinginan pada pasien
baik, pasien bersedia mendengarkan dan menjawab pertanyaan pewawancara
dengan baik.

VIII.

Pertimbangan dan Tilikan


Pertimbangan : baik

Misalnya bila menemukan dompet di jalan dan didalam dompet tersebut


terdapat KTP pemilik dompet, dia akan mengembalikannya kepada
pemiliknya.
o Tilikan : derajat.... (pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh
sesuatu yang tidak diketahui pada diri sendiri).
IX.

Reabilitas
o Reabilitas pasien terganggu
o Taraf dapat Dipercaya secara umum dapat dipercaya meskipun
keterangan pasien suka berubah ubah.
D. STATUS FISIK

1. Status Interna
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
> Tekanan Darah
> Nadi
> Suhu
> Pernapasan
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas

: Baik
: Compos mentis
:
:
:
:

110/70 mmHg
80 x/menit
afebris
20 x/menit

: Normosefal
: Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung +/+,
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
: Normotia
: Bentuk normal, sekret -/: Faring tidak hiperemis, T1/T1 tenang
: Cor : S1S2 Reguler, Murmur -/-, Gallop -/Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/: Datar, supel, nyeri tekan (-), H/L tidak membesar
: Akral hangat

2. Status Neurologik :
Tanda Rangsang Meningeal :Tidak ada
Refleks Fisiologis
:Normal

Refleks Patologis

Tonus
Turgor
Kekuatan
Koordinasi
Sensibilitas
Kelainan khusus

:Tidak ada
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Tidak ada

10

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1.
2.
3.
4.
5.
6.

9.
10.

RTA
: terganggu
Kesadaran
: kompos mentis
Mood
: eutim
Afek
: terbatas
Kesesuaian
: serasi
Gangguan persepsi : halusinasi auditorik dan visual
7. Gangguan isi pikir
:waham paranoid (waham kejar dan referensi),
waham pengendalian (Thought echo, Delusion of passivity)
8. Gangguan proses pikir : asosiasi longgar
Tilikan
: derajat IV
Reabilitas
: kurang dapat dipercaya
F. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizofrenia paranoid
o Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi
auditorik dan visual yang berlangsung selama 2 tahun.
o Di temukan juga gangguan isi pikir berupa waham paranoid (waham
kejar dan referensi), waham pengendalian (Thought echo, Delusion of
passivity)
o Menurut DSM IV ini termasuk skizofrenia paranoid karena :
Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu

satu tahun

Halusinasi dengar yang berulang kali

Tidak ada bicara kacau, prilaku kacau atau


katatonik, afek datar atau tidak sesuai

Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

: Tidak ditemukan gangguan kepribadian


: Tidak ditemukan kelainan organobiologik
: Keinginan yang tidak dipenuhi oleh ibunya
: GAF scale 70 (61-70), beberapa gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik


G. DIAGNOSA
Diagnosa banding
11

o Skizofrenia paranoid
o Skizoafektif
Diagnosa kerja : Skizofrenia Paranoid
H. PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi :
a. Psikoterapi Suportif
Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang
dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur
agar gejala penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien
b.

tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat.
Psikoterapi Ventilasi
Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk
mengemukakan isi hatinya agar pasien merasa lega serta keluhannya
berkurang.
c.
Terapi berorientasi keluarga
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar
keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung
kesembuhn pasien.
d.
Sosial budaya
Terapi kerja : memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi
atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif
dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia
dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara
normal.

e.

Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.


Religius

Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa,


dan berdzikir.
2. Farmakoterapi :
a. Risperidon 2x2 m
b. Triheksiphenidyl 3 x 2 mg
c. Lorazepam 1 x 2 mg
12

I. PROGNOSIS
Dubia ad malam
Faktor yang memperberat :

Gangguan berulang

Masalah ekonomi yang dapat membuat pasien tidak teratur minum


obat

Etiologi tidak jelas

Faktor yang memperingan :

Onset pada usia dewasa

Tidak adanya faktor genetik

Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat baik

13

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom
negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan
suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan
penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate)

atau

tumpul

(blunted).

Kesadaran

yang

jernih

(clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun


kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Subtipe paranoid. DSM-IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh
keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang
sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid ditandai
terutama oleh adanya waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien
skizofrenik terorganisasi atau katatonika jika mereka mengalami episode pertama
penyakitnya. Pasien yang sehat samai akhir usia 20-30 tahunan biasanya
mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya.
Juga, kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik
dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukan regresi yang lambat
dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe
lain pasien skizofrenik.
14

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan


tak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien
skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka sendiri
secara adekuat di dalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi
oeleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah
Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu
orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan
pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat
penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang
sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau
sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan,
mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal,
memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti
amfetamin,

kanabis,

kokain,

Mempunyai

riwayat

epilepsi,

memilki

ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh yang jelek dan
tonus otot yang jelek.
B. Symptom skizofrenia
- Gangguan pikiran :
Gangguan proses pikir
Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka
sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis.
Tanda-tandanya adalah :
a. Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak menyambung (terjadi
keseimbangan penyampaian dari satu ke ide yang lain). Ide
tersebut seolah dapat melompat dari satu topic ke topic yang lain
yang tak berhubungan sehingga membingungkkan pendengar.
Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat
sehingga pembicaraan sering tidak koheren.

15

b. Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien secara terus-menerus


mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi
yang tidak relevan.
c. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi
mereka mungkin mengandung arti simbolik)
d. Terhambat : pembicaraan tiba-tiba berhenti

(sering

pada

pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat (atau


beberapa menit) kemudian, biasanya dengan topic yang lain. Ini
dapat menunjukan bahwa ada interupsi. Biasanya pikiran-pikiran
lain masuk ke dalam ide pasien sering sangat mudah teralih dan
jangka waktu atensinya singkat.
e. Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka
berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan
isi pikirannya.
f. Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang
baru saja diucapakan oleh seseorang.
g. Konkritisasi : pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi,
sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya.
h. Alogia : pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan
oleh reistensi yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat
berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang
disampaikan (miskin isi pembicaraan)

Gangguan isi pikir


a. Waham
Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak
sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut mungkin aneh
(misalnya; mata saya adalah computer yang dapat mengontrol
dunia) atau bisa pula tidak aneh (hanya sangat tidak mungkin,
misalnya; FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahanan meskipun
telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia.

16

Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham


disorganisasi atau waham tidak sistematis:
o Waham kejar
o Waham kebesaran
o Waham rujukan, yaitu pasien meyakini ada arti di balik
peristiwa-peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa
atau perbuatan orang lain tersebut seolah-olah diarahkan
kepada mereka.
o Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang lain
dapat membaca pikiran mereka.
o Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran
orang lain dimasukkan ke dalam benak pasien.
b. Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan
tilikan

yaitu

pasien

tidak

menyadari

penyakitnya

serta

kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada


pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.
-

Gangguan persepsi
Halusinasi
Halusinasi

paling

sering

ditemui,

bilasanya

bentuk

pendengaran tetapi bisa juga bentuk penglihatan, penciuman dan


perabaan. Halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau
beberapa orang) dapat pula komentar tentang pasien atau peristiwaperistiwa sekirar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat
berbentuk ancaman atau perintah perintah langsung ditujukan
kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering (tetapi
tidak selalu) diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar
kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiranpikiran mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau
suara yang memalukan). Suara-suara cukup nyata menurut pasien
kecuali pada fase awal skizofrenia.

Ilusi dan depersonalisasi


17

Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi.


Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indra terhadap objek.
Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan
sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.
-

Gangguan emosi
Pasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat
berpindah dari satu emosi ke emosi yang lain dalam jangka waktu
singkat. Ada tiga efek dasar yang sering (tetapi tidak patognomonik):
a. Afek tumpul atau datar: ekspresi emosi pasien sangat sedikit
bahkan ketika afek tersebut seharusnya diekspresikan. Pasien tidak
menunjukkan kehangatan.
b. Afek tak serasi : afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi
tidak sesuai dengan pikiran dan pemikiran pasien.
c. Afek labil : dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

Gangguan perilaku
Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti
gerakan tumbuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual,
sangat ketolol-tololan, agresif, dan perilaku seksual yang tidak pantas.
Skizofrenia dapat berlangsung berapa bulan atau bertahun-tahun (lebih
sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk
episode aktif, secara periodic, dalam kehidupannya, secara khas
dengan jarak beberapa bulan atau tahun. Selama masa pengobatan,
pasien biasanya memperlihatkan gejala residual (sering dengan derajat
keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun). Walaupun
demikian, ada sebagian kecil pasien yang mengalami remisi.
Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan
remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tandatanda awal tersebut meliputi peningkatan kegelisahan dan ketegangan,
penurunan napsu makan, depresi ringan dan anhedonia, tidak bisa
tidur, dan konsentrasi terganggu.

C. Kriteria Diagnosis skizofrenia

18

1. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan


untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil) :
Waham
Halusinasi
Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
Gejala negative, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada
kemauan (avolition)
Catatan : hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
bercakap satu sama lainnya.
2. Disfungsi social atau pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lenih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah ini tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).
3. Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6
bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau
kurang jika diobati dengan berhasil) yang menenuhi criteria A (yaitu,
gejala fase aktif) dan mungkin termasuk perode gejala prodromal atau
residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala
negative atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam criteria A dalam
bentuk yang diperlemah (misalnya, keyanikan yang aneh, pengalaman
persepsi yang tidak lazim).
4. Penyingkiran gangguan skizofektif dan gangguan mood: gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena : (1) tidak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau (2) jika episode
19

mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relative
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
5. Penyingkiran zat/kondisi medis umum: gangguan tidak disebabkan oleh
efek

fisiologis

langsung

dari

suatu

zat

(misalnya,

obat

yang

disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.


6. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat
adanya gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jiwa waham atau halusinasi
yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang
jika diobati secara berhasil).
Kriteria Diagnosis Tipe Paranoid
Suatu tipe skizofrenia di mana criteria berikut ini terpenuhi :
o

Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau

halusinasi yang menonjol.


o
Tidak ada dari berikut ini yang menonjol : bicara
terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek
yang datar atau tidak sesuai.
D. Diagnosis banding
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang
terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan
skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki
lama (durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam
bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika
gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika
pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif
adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang
bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.

20

Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh
(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala
skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood.
E. PROGNOSIS
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
Prognosis Baik

Prognosis Buruk

Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual dan

Onset muda
Tidak ada factor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat social dan pekerjaan

pekerjaan premorbid yang baik


Gejala
gangguan
mood

(terutama gangguan depresif)


Menikah
Riwayat keluarga gangguan

premorbid yang buruk


Prilaku menarik diri atau autistic
Tidak menikah, bercerai atau janda/

mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif

duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.


4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih
jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

21

F.

PENATALAKSANAAN
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :
1. Untuk tujuan diagnostik.
2. Menstabilkan medikasi.
3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.
4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan
system pendukung masyarakat.

Terapi somatik
1.

Antipsikotik

Prinsip-Prinsip Terapetik
1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada
pasien harus digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam
minggu pada dosis yang adekuat.
4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu
adalah jarang diindikasikan.
5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin
yang diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode
psikotik.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan
waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus
diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien
gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6
minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan
pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat.
22

Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan


terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan
bukan hilangnya waham pada klien.
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan
skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan
kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal.
Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius.
Efek mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala
mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang
potensial adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik
malignan.
Yang termasuk antipsikotik antagonis reseptor dopamine adalah :
Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325
mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai
50 mg/hari.
Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan
mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.
b. Serotonin dopamin antagonis (SDA)
Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang
bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT 2 ) dan pada
reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini
23

pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat


ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor
dopaminergik yang tipikal.
Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya
belum diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis
lemah terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat
terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada
reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek
samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada
indeks-indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan
pada pasien dengan tardive dyskinesia karena data yang tersedia
menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan
atau eksaserbasi gangguan tersebut.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan
berinteraksi dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem
saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan
aktivitas antikolinergik yang bermakna.
2.

Anti Parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan
untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang
digunakan : 1-15 mg/hari

3.

Anti Depresan
Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
24

Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75
mg/hari.
4.
Anti

Anti Ansietas
ansietas digunakan

untuk

mengotrol

ansietas,

kelainan

somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk


meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obatobat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital : 16-320 mg/hari
Meprobamat : 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
5. Obat Lain
Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai
50 persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang
beralasan untuk dicoba pada pasien yang tidak mampu
menggunakan medikasi antipsikotik.
Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau
dalam kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun
tidak terbukti efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada
skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif
dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien
skizofrenia.

Benzodiazepin
Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik
bagi pasien yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik
saja, dan pasien skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi

25

diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis dapat di


eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alasan utama untuk
terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan
terapi antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur
kimiawi yang berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan adalah
suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu antikonvulsan
seperti

carbamazepine

benzodiazepine.

atau

Pemakaian

valproate
terapi

(depakene),

antipsikotik

atau

suatu

dosis-mega

jarang

diindikasikan, karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek


tersebut.
Terapi Somatik Lainnya
Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik
dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan
antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari
satu tahun adalah yang paling mungkin berespon.
Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan
insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat
(barbiturate-induced coma).

Terapi Psikososial
a. Terapi Perilaku
Tehnik perilaku

menggunakan

hadiah

ekonomi

dan

latihan

keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan


26

memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.


Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat
ditebus untuk hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi
perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )
Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ).
Terapi ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan
merupakan

tambahan

alami

bagi

terapi

farmakologis.

Latihan

keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan


pasien permainan simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan
rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan.
b. Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasik

dan

menghindari

situasi

yang

kemungkinan

menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di


dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam
terapi

keluarga

adalah

proses

pemulihan

khususnya

lama

dan

kecepatannya.

ANALISA KASUS

27

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid karena berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan kasus mental didapatkan kriteria sesuai dengan
kriteria diagnostik DSM IV dan PPDGJ III, yaitu:
1. Halusinasi auditorik pasien sering mendengar suara-suara dari 1 atau 2
orang yang menyuruhnya keluar dari rumah.
2. Thought echoBisikan-bisikan yang menyuruhnya kabur dari rumah terus
berulang.
3. Thought insertion Pasien juga mengaku pernah ada pikiran dari luar
tubuhnya yang masuk ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan
bicara sendiri.
4. Delusion of passivityPasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut
dan hanya dapat mengikutinya saja.
Terapi yang diberikan pada pasien ini
a. Risperidon 2 x 2 mg dapat mengatasi gejala positif dan ngeatif pada
pasien skizofrenia, dapat juga dijadikan obat lini pertama dalam
pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif
dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.
b. Triheksiphenidyl

2 x 2 mg sebagai profilaksis anti-parkinson atau

mengurangi / mencegah efek samping dari penggunaan obat psikosis .


c. Lorazepam 1 x 2 mg sebagai obat anti anxietas mempunyai ratio
terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan
toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan meprobamate atau
phenobarbital.
Walaupun pengobatan psikofarmaka merupakan suatu lini pertama dalam
pengobatan skizofrenia tetapi sebuah penelitian mengatakan bahwa intervensi
psikososial

termasuk

didalamnya

psikoterapi

dan

sosioterapi

dapat

memberikan perbaikan klinis. Modalitas psikososial harus berintegrasi dengan


psikofarmaka dan harus saling mendukung. Psikoterapi dan sosioterapi
dilakukan dengan tujuan untuk membantu membantu meningkatkan
28

kemampuan sosial, rasa percaya diri dan dalam perawatan diri. Sehingga
diharapkan ketiga terapi inidapat meningkatkan taraf kehidupan pasien
menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

29

1. Kaplan & Sadock: Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7,


Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.
2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI,
Jakarta, 2002, hal 46-51.
3. W.F.

Maramis,

Catatan

Ilmu

Kedokteran

Jiwa,

Universitas

Airlangga,1980, hal:215-35
4. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3,
Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta,
2001, hal 14-23.
5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan
Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.
6. http://www.schizophrenia.com
7. http://www.savalintar.com
8. http://www.medicastore.com/cybermed

30

You might also like