Professional Documents
Culture Documents
Bab 8 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Bab 8 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Kota Bandung terdiri atas ketentuan umum
peraturan zonasi, arahan perizinan dan ketentuan umum sanksi.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk setiap kawasan adalah sebagai berikut:
8-1
Kawasan
Lindung
1.1
Kawasan
Perlindungan
Bawahannya [LB]
Deskripsi
Kawasan yang ditetapkan
dengan
fungsi
utama
melindungi
kelestarian
lingkungan
hidup
yang
mencakup sumberdaya alam
dan sumberdaya buatan.
Tujuan
Melindungi
kawasan
bangunan yang memiliki
dan
peran
penting
keberlanjutan kehidupan
budaya kota.
melindungi
kelestarian
kawasan yang memiliki nilai
dan
peran
penting
bagi
kawasan
sekitarnya
dan
bawahannya
Ketentuan Umum
Kawasan lindung mencakup
Kawasan
Perlindungan
Bawahannya [LB], Kawasan
Perlindungan Setempat [LS],
RTH , Kawasan Cagar Budaya
[LC] dan Kawasan Rawan
Bencana [LR], dan kawasan
lindung lainnya [LL]
Penggunaan
lahan
tidak
diperkenankan
yang
mengganggu fungsi lindung.
Diperkenankan
adanya
prasarana dan/atau sarana vital
dengan KDB maksimum 2%.
Dapat
dimanfaatkan
untuk
ekowisata
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk
pada
Tabel
VIII.13Rencana
Pengaturan
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum
Tidak diperkenankan adanya
kegiatan budidaya.
Diperkenankan
adanya
prasarana dan/atau sarana vital
dengan KDB maksimum 2%.
Dapat
dimanfaatkan
untuk
ekowisata
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk
pada
Tabel
VIII.13Rencana
Pengaturan
8- 2
No
Kawasan
1.2
Deskripsi
Tujuan
Kawasan
Perlindungan
Setempat [LS]
Kawasan
Perlindungan
Setempat
(LS)
meliputi
sempadan
danau/waduk,
sempadan
sungai
dan
sempadan mata air.
Kualitas
yang
menjamin
terpenuhinya ketentuan sesuai
peraturan perundangan terkait
sempadan sungai, sempadan rel
KA, sempadan SUTT, sempadan
jalan/jalan bebas hambatan,
sempadan danau dan sempadan
mata air yang terjaga dan
terlindungi
sehingga
fungsi
kualitas sungai, rel KA, SUTT,
jalan/ jalan bebas hambatan,
danau dan mata air terjaga dan
memenuhi aspek kesehatan dan
keselamatan.
1.3
Ruang
Terbuka
Hijau [RTH]
Kualitas
yang
memenuhi
pencapaian terpeliharanya fungsi
lindung kawasan
1.4
Kawasan
memberi
Kualitas
Cagar
perlindungan
pada
ruang
yang
mampu
Ketentuan Umum
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum
Tidak diperkenakan
adanya
kegiatan/bangunan/bangunbangunan di dalam batas
sempadan yang mengganggu
fungsi danau/waduk, sungai dan
mata air.
Ketentuan
lebar
sempadan
merujuk peraturan perundangan.
Diperkenankan
adanya
prasarana dan/atau sarana vital
dengan KDB maksimum 2%.
Dapat
dimanfaatkan
untuk
rekreasi
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk
pada
Tabel
VIII.13Rencana
Pengaturan
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum
Tidak diperkenankan adanya
kegiatan/ bangun-bangunan
yang mengganggu fungsi lindung
kawasan
Tidak
diperkenakan
adanya
8- 3
No
Kawasan
Budaya [LC]
1.5
Kawasan
Rawan
Bencana [LR]
1.6
Kawasan Lindung
Lainnya
(Perlindungan
Plasma Nutfah Eks
Situ) [LL]
Deskripsi
sebagaimanan dimaksud pasal
111 ayat (3) huruf c meliputi
lokasi bangunan hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi.
Kawasan
rawan
bencana
adalah
kawasan
yang
diidentifikasi
sering
dan
berpotensi tinggi mengalami
bencana alam, Dalam konteks
Wilayah RTRW Kota Bandung
potensi bencana alam adalah
letusan gunung berapi, gempa
bumi dan tanah longsor.
Kawasan
yang
ditetapkan
dengan fungsi utama untuk
perlindungan plasma nutfah
dengan kriteria: a.memiliki jenis
plasma nutfah tertentu yang
memungkinkan kelangsungan
proses pertumbuhannya; dan
b.memiliki luas tertentu yang
memungkinkan kelangsungan
proses
pertumbuhan
jenis
plasma nutfah.
Melindungi
kelangsungan
proses pertumbuhan plasma
nutfah
Ketentuan Umum
kegiatan/bangunan/bangunbangunan yang mengganggu
fungsi, struktur dan langgam
cagar budaya.
Diperkenakan
adanya
penyesuaian
penggunaan
bangunan
(re-adaptive
use)
dengan
syarat
tetap
menjaga/mempertahankan
struktur dan langgam bangunan.
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk pada Tabel VIII.13
Rencana Pengaturan KDB, KLB
Maksimum dan KDH Minimum
Tidak diperkenankan adanya
kegiatan budidaya.
8- 4
Perumahan [R]
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Klasifikasi:
Tipologi lebih detail didasarkan pada
klasifikasi
kepadatan
seperti
perumahan kepadatan rendah, sedang
dan tinggi berdasarkan batasan
ketentuan yang berlaku maupun
berdasarkan
pertimbangan
perlindungan
kawasan
(Kawasan
Bandung Utara)
Dapat menampung kegiatan yang
terkait langsung dengan kegiatan
hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukungnya
Ketentuan zonasi untuk perumahan di
Kawasan Bandung Utara mengacu
pada peraturan perundangan yang
berlaku
Ketentuan zonasi untuk perumahan
Kawasan
Perumahan
Kepadatan
Sedang di Kelurahan Wates, Mengger,
Kujang Sari, Cijaura, Mekar Jaya dan
Derwati akan diberlakukan perlakuan
khusus dalam rangka penanganan
banjir.
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH merujuk
pada Tabel VIII.13 mengenai Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan
KDH Minimum;
KDB untuk kapling kurang dari 60 m2
diatur secara khusus.
8- 5
Kawasan
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Ketentuan intensitas bangunan pada
Kawasan Bandung Utara merujuk
pada Tabel VIII.13
Tata Bangunan:
Ketentuan tata bangunan merujuk
pada Tabel VIII.13
8- 6
Perdagangan dan
Jasa [K]
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Klasifikasi yang lebih detail terdiri atas
perdagangan dan jasa skala wilayah dan
kota [K1}, skala SWK [K2], skala kecamatan
[K3] dan skala lingkungan [K4]
Klasifikasi:
Subzona perdagangan dan jasa l didasarkan
pada skala pelayanannya (Regional, Kota
dengan Pusat Pelayanan Kota (PPK);
subwilayah Kota dengan Supusat Pelayanan
Kota (SPK), kecamatan dan lingkungan
dengan Pusat Lingkungan (PL) maupun
luasannya.
Pemanfaatan Ruang:
Menyediakan prasarana minimum (parkir,
bongkar muat, penyimpanan/gudang
yang memadai (sesuai standar minimal);
Tidak menimbulkan gangguan terhadap
kepentingan umum
Intensitas:
Intensitas Pemanfaatan Ruang pada
dasarnya ditetapkan dengan
mempertimbangkan tipe/karakteristik
kegiatan komersial daya dukung baik
lahan dan kapasitas jalan (ANDALALIN)
Ketentuan KDB, KLB dan KDH merujuk
pada Tabel VIII.13 Rencana Pengaturan
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum;
8- 7
Kawasan
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Tata Bangunan:
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Berdasarkan pusat layanan dan bentuk
komerial merujuk pada Tabel VIII.13
Koefisien Tapak Basement (KTB)
- Maksimum sama dengan KDB dan tidak
dibawah RTH/KDH.
- Tapak basementtidak berada di bawah
ruang hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau (KDH)
- Minimum 10% kecuali untuk bentuk
komersial shopping street minimum 0%
Ketentuan lainnya:
- Transfer of evelopment Right (TDR)
diatur didalam perda peraturan zonasi
- Design Review wajib dilakukan untuk
bangunan yang memiliki KLB > 2
dan/atau luas lantai > 2000 m2.
- Parkir harus dalam bentuk grassblock.
- Jalan dalam persil menggunakan paving
blok tanpa beton dibawahnya untuk
resapan air. Aspal hanya digunakan
untuk jalan umum.
8- 8
Kawasan
Perkantoran [P]
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Klasifikasi:
Klasifikasi guna lahan dapat dibedakan
berdasarkan jenis instansi (pusat,
nasional,
kota/kabupaten)
atau
berdasarkan
skala
pelayanan
(Regional, kota, sub pusat kota, atau
lingkungan)
Pemanfaatan Ruang:
Kegiatan penunjang terkait dengan
pemerintahan
diperkenankan
sepanjang tidak mengganggu kegiatan
pemerintahan [tempat ibadah, kantin]
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk pada Tabel VIII.13
mengenai Rencana Pengaturan
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum;
Tata Bangunan:
Ketentuan tata bangunan merujuk
pada Tabel VIII.13
8- 9
Kawasan
Industri dan
Pergudangan [I]
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Klasifikasi:
Klasifikasi Kawasan Industri [I] secara detail
dikelompokkan pada industri besar, sedang
kecil dan rumah tangga dengan batasan
sesuai ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan Ruang:
Membatasi penggunaan non industri;
Menyediakan prasarana (IPAL, parkir,
bongkar-muat, gudang) minimum yang
memadai
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH merujuk
pada Tabel VIII.13 Tabel Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan
KDH Minimum;
Tata Bangunan:
Ketentuan tata bangunan merujuk pada
Tabel VIII.13.Tabel Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan
KDH Minimum.
8- 10
Kawasan
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Pemanfaatan Ruang:
Kegiatan penunjang terkait dengan
pariwisata dan rekreasi
diperkenankan sepanjang tidak
mengganggu kegiatan sekitarnya;
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk pada Tabel VIII.13 Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum
dan KDM Minimum;
GSB mempertimbangkan aspek
sempadan
8- 11
Kawasan
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Pemanfaatan Ruang:
Kegiatan penunjang terkait dengan
ruang terbuka non hijau diperkenankan
sepanjang dapat diakses oleh
masyarakat secara bebas dan atau
dapat diakses oleh masyarakat sesuai
ketentuan yang ditetapkan
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH merujuk
pada Tabel VIII.13 Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan
KDM Minimum;
8- 12
Pelayanan
Umum
(F)
merupakan
sarana
untuk
melancarkan
dan
memberi
kemudahan pelaksanaan fungsi
tertentu
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Klasifikasi:
Klasifikasi pelayanan umum didasarkan
pada skala pelayanan
(Nasional,
Regional, Kota, Kecamatan, kelurahan
dll)
Pemanfaatan Ruang:
Pemanfaatan ruang pada zona
pelayanan umum tidak
diperkenankan yang mengganggu
berlangsungnya kegiatan pelayanan
umum.
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk pada Tabel VIII.13
mengenai Rencana Pengaturan
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum;
Tata Bangunan:
Ketentuan untuk perguruan tinggi
diatur khusus.
Ketentuan tata bangunan lainnya
merujuk pada Tabel VIII.13.
8- 13
Kawasan Pertahanan
Keamanan [HK]
Tujuan
Menyediakan lahan untuk
pengembangan
fasilitas
pertahanan dan keamanan.
Kualitas yg Diharapkan
Lingkungan fasilitas, instalasi dan
kegiatan
pertahanan
dan
keamanan,
perumahan
militer/hankam
yang
terjamin
keselamatan dan keamanannya
serta tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya.
Ketentuan Umum
Pemanfaatan Ruang:
Jenis guna lahan yang lebih detail dapat
didasarkan pada klasifikasi fungsi seperti
kantor hankam, gudang untuk
pertahanan dan keamanan, tempat
latihan; berdasarkan jenis instansi
(kepolisian maupun militer), perumahan
militer/hankam, maupun berdasarkan
klasifikasi tingkat kerahasiaan,
berbahaya seperti instalasi
militer/kepolisian, gudang peluru dll.
Dapat menampung hunian
(asrama/barak/perumahan militer)
berkepadatan rendah sampai tinggi
dengan ketentuan yang sama dengan
jenis kawasan perumahan yang setara;
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH merujuk
pada Tabel VIII.13 Rencana Pengaturan
KDB, KLB Maksimum dan KDH
Minimum;
Tata Bangunan:
Ketentuan tata bangunan merujuk pada
Tabel VIII.13
8- 14
Kawasan
Pertanian [PT]
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Pemanfaatan Ruang:
mempertahankan kawasan pertanian
pangan berkelanjutan melalui
intensifikasi lahan pertanian pangan.
8- 15
Kawasan
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Pemanfaatan Ruang:
pengelolaan ruang publik yang
diperuntukan bagi kegiatan sektor
informal yang menyangkut luas,
lokasi dan waktu;
lokasi untuk kegiatan perdagangan
informal pada lokasi-lokasi yang
tidak menggangu kepentingan umum
sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
pembatasan ruang publik yang
diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan untuk kegiatan sektor
informal
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk pada Tabel VIII.13 Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum
dan KDM Minimum;
8- 16
Kawasan
Deskripsi
Tujuan
Kualitas yg Diharapkan
Ketentuan Umum
Pemanfaatan Ruang:
pengembangan taman-taman
lingkungan (taman RT atau taman
RW), lapangan olahraga, atau ruang
terbuka publik lainnya menjadi titik
atau pos evakuasi skala lingkungan
di kawasan perumahan;
pengembangan jalur evakuasi
dengan pelebaran jalan yang sudah
ada pada interval tertentu yang
dapat dilalui oleh orang dalam
jumlah banyak dan kendaraan
operasional evakuasi, seperti
ambulance, dan mobil pemadam
kebakaran, untuk kawasan
perumahan kepadatan tinggi;
pemanfaatan ruang terbuka publik
yang cukup besar seperti di alunalun kota, di lapangan-lapangan
olahraga, halaman/gedung sekolah,
dan lain-lain sebagai ruang evakuasi
skala kota
Intensitas:
Ketentuan KDB, KLB dan KDH
merujuk pada Tabel VIII.13 Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum
dan KDM Minimum;
8- 17
Tabel VIII.13 Rencana Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan KDH Maksimum
KDB Maksimum
Kawasan
Kawasan Lindung
a. Perlindungan Kawasan
Bawahannya [LB]
Fungsi Jalan
Lokal,
Arteri Kolektor
Lingk
KLB Maksimum
KDH
Fungsi Jalan
Lokal, Minimum
Arteri Kolektor
Lingk
Tata Bangunan
2%
2%
2%
0,02
0,02
0,02
98%
2%
2%
2%
0,02
0,02
0,02
98%
c. RTH
2%
2%
2%
0,02
0,02
0,02
98%
2%
2%
2%
0,02
0,02
0,02
98%
Keterangan
8- 18
Kawasan Budidaya
Perumahan [R] Bangunan Tinggi
40%
40%
25%
4,0
3,6
2,5
50%
40%
40%
3,2
2,4
1,6
50%
60%
70%
80%
1,2
1,4
1,6
10%
50%
60%
60%
1,2
1,2
1,2
10%
40%
50%
60%
1,2
1,2
1,2
20%
40%
50%
50%
1,6
1,5
1,0
25%
60%
60%
2,0
1,8
1,2
25%
Bangunan
Rendah:
Kepadatan
Bangunan
Tinggi
Kepadatan
Bangunan
Sedang
Kepadatan
Bangunan
Rendah
Perkantoran [P]
Luas lantai
2
5000 m
8- 19
- Subpusat
Pelayanan
b.
Perdaga
Kota,
ngan dan
- eceran
Jasa Skala
aglomerasi
Subwilayah
(pusat
Kota [K2]
belanja/mall),
luas lantai
maksimm
70%
70%
70%
70%
70%
5,6
3,5
(Luas (Luas
lantai
lantai
maks
maks
100.00 40.000
0 m2)
m2)
2,8
20%
70%
2,8
2,1
(Luas (Luas
lantai
lantai
maks
maks
40.000 10.000
m2)
m2)
1,4
(Luas
lantai
maks
2.500
m2)
20%
8- 20
40.000 m2
- Eceran
tunggal/toko,
luas lantai
maksimum
2500 m2
c.Perdagangan
dan Jasa
Skala
Kecamatan
[K3]
d.
Perdaga
ngan dan
Jasa Skala
Lingkungan
[K4]
Industri
dan
Pergudangan [I]
- Pusat
kecamatan,
- eceran
aglomerasi
(pusat
belanja/mall),
luas lantai
70%
maksimm
10.000 m2
- eceran
tunggal/toko
maksimum
1.250 m2
Pusat Kelurahan
dan lingkungan,
eceran
aglomerasi (pusat 70%
belanja/mall), luas
lantai maksimum
2500 m2
Besar, luas lahan
40%
2
> 10.000 m
Sedang,
luas 40%
70%
2,1
(Luas
lantai
maks
10.000
m2)
1,4
(Luas
lantai
maks
2.500
m2)
1,4
(Luas
lantai
maks
1.250
m2)
20%
70%
70%
2,1
(Luas
lantai
maks
2.500
m2)
1,4
(Luas
lantai
maks
1.250
m2)
1,4
(Luas
lantai
maks
400
m2)
20%
1,2
30%
40%
1,2
0,8
20%
70%
parkir
- Jalan Lokal/Lingkungan:
GSB minimum 7,5 meteryang
dapat digunakan untuk parkir
(b).
Shoppingstreet yang
menyediakan parkir basemen
atau bangunan parkir: GSB
minimum 0 meter
(c). GSB samping dan belakang
diatur berdasarkan pertimbangan
keselamatan, estetika atau
karakter kawasan yang ingin
dibentuk, minimum 2 meter
(d).KTB Maks = 100%-KDH dan
tidak Boleh dibawah RTH
(a). Pusat Belanja, hotel dan
perkantoran: GSB minimum =
x lebar rumija:
- Jalan Arteri: minimum 15
meteryang dapat digunakan
untuk RTNH (plaza) atau parkir
- Jalan Kolektor: minimum 10
meteryang dapat digunakan
untuk RTNH (palza) atau parkir
- Jalan Lokal/Lingkungan:
GSB minimum 5 meteryang
dapat digunakan untuk parkir
(b).Shopping street yang
menyediakan parkir basemen
atau bangunan parkir: GSB
minimum 0 meter
(c). KTB Maks = 100%-KDH dan
tidak Boleh dibawah RTH
8- 21
lahan
5.000
2
10.000 m
Kecil, Luas lahan
2
200 1.000 m
Rumah tangga
60%
60%
1,2
1,2
10%
60%
60%
1,2
1,2
10%
50%
60%
60%
1,5
1,2
1,2
25%
50%
60%
60%
1,5
1,2
1,2
25%
50%
60%
60%
2,0
1.8
1.8
25%
rumija
dampak pembangunan tersebut
terhadap berbagai aspek yang
Tinggi bangunan maksimum
berkaitan
mempertimbangkan daya dukung
Industri berdampak besar
lahan, kawasan keselamatan
dilengkapi dengan AMDAL dan
operasi penerbangan serta
Andalalin
mempertimbangkan aspek
Industri berdampak kecil dilengkapi
keselamatan penghuni.
dengan RKL dan RPL
Permohonan pembangunan harus
GSB minimum
melalui
pengkajian
rancangan
mempertimbangkan aspek
(design review) yang menilai
keselamatan dan perlindungan
dampak pembangunan tersebut
atas kebisingan; atau GSB
terhadap berbagai aspek yang
minimum = x lebar rumija
berkaitan
Tinggi bangunan maksimum
mempertimbangkan daya dukung Prasarana harus disediakan sesuai
standar teknis, terutama kebutuhan
lahan, kawasan keselamatan
parkir
operasi penerbangan serta
mempertimbangkan aspek
keselamatan penghuni.
GSB minimum
mempertimbangkan aspek
Permohonan pembangunan harus
keselamatan dan perlindungan
melalui
pengkajian
rancangan
(design review) yang menilai
atas kebisingan; atau GSB
minimum = x lebar rumija
dampak pembangunan tersebut
terhadap berbagai aspek yang
Tinggi bangunan maksimum
berkaitan
mempertimbangkan daya dukung
Prasarana harus disediakan sesuai
lahan, kawasan keselamatan
standar teknis, terutama kebutuhan
operasi penerbangan serta
parkir
mempertimbangkan aspek
keselamatan penghuni.
Berlaku untuk semua jenis
GSB mempertimbangkan aspek
bangunan perkantoran dan instalasi
keselamatan dan kebisingan
militer dan polisi.
suara dan minimum = x lebar
Untuk perumahan dinas mengikuti
rumija;
aturan perumahan
Pergudangan senjata/peluru
maupun kegiatan tembak
menembak dan sejenisnya harus
8- 22
dilengkapi pengaman.
Tinggi bangunan maksimum
mempertimbangkan daya dukung
lahan, kawasan keselamatan
operasi penerbangan serta
mempertimbangkan aspek
keselamatan.
Pertanian [PT]
2%
2%
2%
0,02
0,02
0,02
98%
Bangunan Tinggi
40%
40%
20%
3,2
3,2
1,6
Bangunan Sedang
40%
40%
40%
1,6
1,6
1,6
Bangunan Rendah
40%
40%
40%
0,6
0,6
0,6
52%
52%
52%
8- 23
8-24
Pelaksanaan perijinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan sebagai
berikut:
1. Melindungi kepentingan umum (public interest).
2. Menghindari eksternalitas negatif, dan;
3. Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas minimum
yang ditetapkan Pemerintah Kota.
Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di Kota Bandung terdiri dari 5
jenis, yaitu:
1. Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll).
2. Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (Ijin Lokasi, Ijin Peruntukan Penggunaan
Tanah/IPPT, Ijin Penggunaan Bangunan/IPB).
3. Perijinan konstruksi (Ijin Mendirikan Bangunan/IMB).
4. Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan, Rencana
Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan; Ijin Gangguan/ HO).
5. Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll).
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan pemanfaatan lahan harus
melalui prosedur khusus yang berbeda dari prosedur reguler/normal. Dalam masa transisi
tahapan rencana, ijin khusus dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohon
negatif dan atau kecil. Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus
dikenakan disinsentif berupa:
1. Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata ruang.
2. Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impact fee) sesuai dengan
eksternalitas yang harus diatasi dan upaya mengembalikannya ke kualitas sebelum
proyek tersebut dibangun.
Jenis perijinan yang harus dimiliki ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Lembaga/dinas
yang menerbitkan perijinan harus sesuai dengan pemerian kerja dan kompetensinya, dan
tidak boleh tumpang tindih. Ketentuan lembaga/dinas pemberi ijin adalah sebagai berikut:
1. Perijinan Kegiatan Menjadi Kewenangan Dinas Sektoral Yang Sesuai Dengan Kegiatan
Yang Dimohon.
2. Perijinan Pemanfaatan Ruang Dan Bangunan Menjadi Kewenangan Dinas Yang
Menangani Perencanaan, Perancangan, Penataan, Dan Lingkungan Kota.
3. Perijinan Konstruksi Menjadi Kewenangan Dinas Yang Menangani Bangunan.
4. Perijinan Lingkungan Menjadi Kewenangan Dinas/Badan Yang Menangani Lingkungan
Hidup.
5. Perijinan Kegiatan Khusus Menjadi Kewenangan Dinas Sektoral Yang Sesuai Dengan
Kegiatan Yang Dimohon.
6. Kegiatan Yang Memerlukan Kombinasi Dari Ijin Di Ats Dikoordinasikan Oleh Walikota
Melalui TKPRD.
8-25
8-26
6.
7.
8.
9.
Mengacu pada Pasal 61, 62 dan 63 Undang-undang No. 26/2007 tentang Penataan
Ruang, setiap ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan, dapat dinyatakan batal atau dicabut oleh Kepala Daerah.
Apabila dapat dibuktikan bahwa ijin yang telah diperoleh sebelumnya itu didapatkan
dengan itikad baik, maka pembatalan ijin ini dapat dimintakan penggantian yang layak.
Ijin pemanfaatan ruang yang dibatalkan adalah ijin yang tidak sesuai, baik yang telah
ada sebelum maupun sesudah adanya Rencana Tata Ruang yang ditetapkan.
Pencabutan ijin dapat pula dilakukan bila pemegang ijin melanggar ketentuan dalam
ijin yang diberikan, atau lalai melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam ijin yang telah diberikan.
Pembatalan Ijin;
Pemulihan Fungsi Ruang;
Kegiatan yang menyebabkan peralihan fungsi dapat diminta untuk memulihkan atau
merehabilitasi fungsi ruang tersebut. Pemerintah Kota juga mempunyai kewajiban
memulihkan fungsi sesuai dengan alokasi dana sebagaimana tercantum dalam
program pembangunan.
Pembongkaran bangunan;
Pembongkaran dilakukan pada pemanfaatan ruang dan/atau bangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, termasuk bangunan liar yang
tidak mungkin diberikan ijinnya. Pembongkaran dilakukan setelah peringatan dan
perintah pembongkaran yang diberikan tidak ditaati.
Pengenaan Denda Administrasi
Denda dikenakan pada proses perijinan yang tidak tepat waktu, yaitu bagi kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang tetapi belum memiliki ijin
yang diperlukan. Denda juga dikenakan pada kegiatan pembangunan yang
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
8-27
Berijin
Tidak
berijin
Pelengkapan ijin
Pengenaan denda
8-28
8-29
bangunan.
(5) Disinsentif khusus akan dikenakan untuk membatasi pembangunan di Kawasan
a.
b.
c.
d.
8.4
Arahan Sanksi
Sanksi administratif diberikan atas pelanggaran rencana struktur ruang dan pola ruang
yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang, baik yang
dilakukan oleh penerima izin maupun pemberi izin
Ketentuan Pengendalian Ruang
8-30
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang;
pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRWK;
pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRWK;
pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRWK;
pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Bentuk dasar penertiban bagi pelanggaran rencana tata ruang bagi seiap norangd apat
berupa sanksi adminstratif dan sanksi pidana. Sanksi administratif terhadap pelanggaran
dapat berbentuk:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang diatur selanjutnya
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.
Jenis pelanggaran rencana struktur ruang dan pola ruang yang dilakukan dinas dan atau
aparat Pemerintah Daerah adalah penerbitan perizinan yang tidak sesuai dengan rencana
struktur ruang dan pola ruang, dan/atau tidak sesuai dengan prosedur administratif
perubahan pemanfaatan ruang yang ditetapkan.
Aparat Pemerintah Daerah yang melakukan pelanggaran rencana tata ruang, dikenakan
sanksi administrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sanksisanksi pidana dan perdata mengikuti Undang-undang terkait (UU no. 26/2007, UU No. 32
Tahun 2004 dll)
Selain sanksi, terdapat pula biaya paksaan penegakan hukum. Biaya ini dikenakan kepada
orang dan/atau badan hukum yang menolak untuk ditertibkan dan/atau membongkar,
Pemerintah Daerah menertibkan dan/atau membongkar bangunan. Pengenaan biaya
paksaan hukum ini dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Biaya paksa penegakan hukum merupakan penerimaan Daerah dan
disetorkan ke Kas Daerah
8-31
Tabel VIII.15
Ketentuan Umum Insentif/Disinsentif
No.
1.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
Kawasan Lindung
Kawasan Bandung Utara
Kawasan Budidaya
Bandung Bagian Barat
Pusat Gedebage
Insentif
Disinsentif
Disinsentif yang dikenakan untuk
menghambat/menekan/mengurangi pembangunan di wilayah
Bandung Utara adalah:
tidak dikeluarkan izin lokasi baru;
menerapkan aturan yang ketat pada setiap pembangunan.
tidak dibangun jaringan prasarana baru kecuali prasarana vital
Daerah.
Disinsentif yang dikenakan untuk mengendalikan pembangunan
dan perkembangan di wilayah Bandung Barat adalah:
pengenaan pajak kegiatan yang relatif lebih besar daripada di WP
lainnya;
pengenaan denda terhadap kegiatan yang menimbulkan dampak
negatif bagi kepentingan umum seperti gangguan keamanan,
kenyamanan dan keselamatan
-
8-32
No.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
Insentif
Disinsentif
imbalan;
sewa ruang;
urun saham;
penyediaan prasarana dan sarana;
penghargaan; dan/atau
publikasi atau promosi.
Subpusat Sadang Serang
dan Setrasari
kemudahan perizinan;
pemberian keluwesan batasan KLB dan ketinggian
bangunan (Keluwesan ini akan diatur lebih lanjut
dalam perda peraturan zonasi);
penyediaan pelayanan jaringan utilitas air dan
drainase.
pembangunan jalan akses menuju kawasan;
kemudahan perizinan;
pemberian keluwesan batasan KLB dan ketinggian
bangunan (Keluwesan ini akan diatur lebih lanjut
dalam perda peraturan zonasi);
pemberian pelayanan jaringan utilitas air dan
drainase.
pembangunan jalan akses menuju kawasan;
kemudahan perizinan;
pemberian keluwesan batasan KLB dan ketinggian
bangunan (Keluwesan ini akan diatur lebih lanjut
dalam perda peraturan zonasi);
pemberian pelayanan jaringan utilitas air dan
drainase.
bantuan teknis perubahan fisik bangunan dalam
batas tertentu;
izin perubahan fungsi bangunan dalam batas
tertentu selama fisik bangunan tetap.
Subpusat Arcamanik
Pelestarian bangunan
bersejarah
Transportasi
8-33
No.
Obyek Pengenaan
Insentif/Disinsentif
Pendidikan Tinggi
Pemanfaatan Tanah
Insentif
Disinsentif
pemegang hak atas tanah dan atau pemakai tanah Negara yang
belum melaksanakan penyesuaian pemanfaatan tanahnya dapat
dikenakan disinsentif.
Permohonan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan
disinsentif.
Prosedur perubahan pemanfaatan ruang, ketentuan penghitungan
dampak pembangunan, pengenaan disinsentif, penghitungan
denda dan biaya dampak pembangunan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah.
8-34