Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kanker
Kanker dalam bahasa yunani adalah kepiting yaitu karkinoma dimana
Hippocrates menggunakan perkataan ini untuk menggambarkan proyeksi meluas
dari tumor. Manakala perkataan tumor bermaksud terjadi pembesaran. Kanker
adalah tumor yang ganas dan kanker tidak digunakan untuk tumor jinak (Virshup,
2010). Kanker adalah penyakit kompleks dan susah ditentukan tipe sel yang
memicu tumor dan memelihara tumor (Lazo, 2010). Kanker merupakan penyakit
klonal yang disebabkan oleh peringkat multipel genetik atau epigenetik dengan
perubahan gen supressor tumor dan onkogen (Khan, et.al, 2006).
Terdapat banyak etiologi kanker dan diantaranya adalah karsinogen kimia,
radiasi, hormon, agen infeksius dan radikel oksigen. Karsinogen kimia boleh
dibagikan menjadi dua kelompok yaitu, karsinogen yang bereaksi secara langsung
dengan RNA dan DNA atau prokarsinogen dimana ia akan menjadi aktif apabila
terjadi aktivasi metabolik dengan bantuan beberapa enzim (Santella, 2002).
Kanker diklasifikasikan mengikut origin tipe sel kanker. Kanker yang berasal dari
sel epitel disebut sebagai karsinoma, dan jika berasal dari kelenjar dinamakan
sebagai adenokarsinoma. Manakala sel kanker yang berasal dari jaringan pengikat
dinamakan sarkoma. Kanker dari jaringan limfatik dinamakan limfoma dan
kanker dari sel yang membentuk darah disebut sebagai leukemia (Virshup, 2010).
Pembagaian sel dibagi menjadi 2 fase yaitu fase fungsional S dan M dan 2
fase persediaan yang terdiri dari fase G1 dan fase G2 (Andreeff, et.al, 2010). Fase
G0 merupakan fase istirahat siklus sel yang boleh bertahan sehingga berbulanbulan. Fase G1 pula, merupakan fase yang paling variabel dimana tempoh dari
fase ini boleh menjadi sebentar atau lama. Pada akhir fase G 1 diasosiasi dengan
peningkatan enzim deoxyribonucleic acid (DNA) . Manakala di fase S terjadi
sintesa DNA dan panjang fase ini adalah 8 hingga 30 jam. Kemudian diikuti
dengan fase G2 dimana panjang fasenya adalah 1 hingga 2 jam dan terakhir fase
M yaitu terjadi mitosis dan hanya mengambil masa 30 hingga 90 menit (Rini,
et.al, 2006).
Karsinogenesis terdiri dari 3 bagian yaitu inisiasi, promosis dan progresi.
Proses inisiasi adalah interaksi tidak reversible dengan jaringan DNA. DNA yang
rusak akan dibaiki, sel akan apoptosis atau berproliferasi. Jika modifikasi DNA
dengan karsinogen kimia atau dengan proses endogen tidak dibaiki sebelum sel
bereplikasi, maka urutan DNA yang telah dimodifikasi akan dihasilkan. Proses
promosi adalah reversible dimana pada proses ini terjadi fasilitasi sel yang telah
mengalami proses inisiasi dan memproduksi lesi prekursor serta tumor jinak.
Beberapa bahan kimia menginduksi proses promosi tumor. Proses progresi adalah
proses dimana tumor jinak bertukar menjadi tumor ganas dan berkembang
menjadi lebih ganas (Santella, 2002) dan (Ruddon, et.al, 2010).
Kanker boleh didiagnosis setelah skrining, pemeriksaan rutin dan setelah
mencari penyebab dari simptom-simptom yang ditimbulkan oleh kanker (Samuel,
2005). Tes skrining ini harus dipertimbangkan sensitivitas, spesifisitas serta harga
dari pemeriksaannya sendiri, seperti contohnya skrining tes pada kanker serviks
adalah pap smear dimana sensitivitas adalah tinggi dan harganya adalah murah
walaupun spesifisitas adalah rendah (Smith, et.al, 2001). Jika telah tegak
diagnosis kanker, maka adalah penting untuk mengetahui staging dari kanker
tersebut yaitu skema yang paling sering digunakan adalah sistem stadium yang
telah distandardisasi oleh WHO (World Health Organization) yaitu menggunakan
sistem TNM, T adalah tumor manakala N adalah nodus yang terlibat dan terakhir
M adalah metastasis (Souhami, et.al, 2005).
Penatalaksanaan
pembedahan
kanker
adalah
kemoterapi,
terapi
radiasi,
dan
kesempatan terhadap kelemahan spesifik pada target sel kanker. Agen kemoterapi
tunggal dapat menyusutkan saiz kanker namun obat tunggal tidak dapat
menyembuhkan dari penyakit kanker itu sendiri. Maka, obat kemoterapi biasanya
digabung supaya dapat merusak sel kanker dari berbagai tipe kelemahan sel
kanker tersebut (Rini, et.al , 2006).
atau kurang dari normal. Prognosis leukemia kronik tanpa pengobatan adalah
beberapa bulan hingga ke beberapa tahun setelah diagnosa (Turgeon, 2005).
Leukemia diklasifikasi mengikut predominant dari morfologi sel darah,
kriteria klinis dan pemeriksaan yang berkaitan. Predominant dari tipe sel
proliferasi dapat ditentukan dari hasil morfologi dan sitokimia. Mengikut kasus
yang paling sering ditemukan, leukemia dibagi menjadi empat yaitu myelogenous,
monocytic, myelomonocytic, dan lymphoblastic (Albitar, 2011). Leukemia yang
paling sering pada anak adalah acute lymphoblastic leukemia (ALL) yaitu 70-80%
dari kasus leukemia pada anak (Kline, 2010).
Perbedaan leukemia dan limfoma adalah leukemia adalah produksi
berlebihan sel darah yang matur atau tidak matur pada sum-sum tulang manakala
limfoma adalah tumor padat pada nodus limfe dan berassosiasi dengan leukosit
pada jaringan tulang (Turgeon, 2005).
Terdapat banyak etiologi leukemia pada anak dan pengaruh faktor
persekitaraan yang menyebab leukemia pada anak adalah sedikit. Pada anak,
penyebab yang lebih berpengaruh adalah dari orang tua seperti penggunaan
kontrasepsi, konten air susu ibu serta penyebab paling sering pada anak adalah
genetik (Kline, 2010). Selain itu, leukemia juga sering disebabkan oleh infeksi
virus, pendedahan terhadap radiasi dan semua ini akan menggangu dari proses
hematopoesis terutama faktor pertumbuhannya sehingga menyebabkan proliferasi
sel darah meningkat (Spectr, et.al, 2005).
Leukemia menimbulkan gejala klinis akibat kegagalan sum-sum tulang
yaitu terjadinya anemia,netropenia dan trombositopenia serta terjadi apabila
terjadinya infiltrasi ke organ-organ. Gejala klinis pada leukemia tidak spesifik
maka pada fase awal penyakit ini sering di diagnosa sebagai infeksi (Turgeon,
2005).
Diagnosis leukemia adalah pemeriksaan sum-sum tulang, dimana sum-sum
tulang diaspirasi untuk mengambil sampel darah dan kemudian dievaluasi
morfologinya dan pemeriksaan histopatologi (Pui, 2006). Pemeriksaan ini penting
karena sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan merupakan pemeriksaan
penunjang untuk penatalaksanaan leukemia (Albitar, 2011). Pemeriksaan
tipe
kemoterapi induksi dan konsolidasi serta beberapa tipe obat kemoterapi digabung
untuk menyerang kelemahan dari sel-sel kanker pada pasien leukemia (Turgeon,
2005). Terapi radiasi biasanya pada pasien hanya bersifat paliatif dimana ia
cuman bertujuan untuk menurunkan rasa nyeri dan biasanya dilakukan pada anak
dengan leukemia tahap lanjut (Felix, 2006).
2.3. Doxorubicin
Daunorubicin adalah anthracycline pertama yang diisolasi di negara
Perancis dan Itali pada tahun 1963, obat ini adalah hasil fermentasi dari
actinobacteria Streptomyces peucetius dan
(Wallace, 2001).
doxorubicin akan
didistribusi ke seluruh jaringan di tubuh kecuali ke otak dan testis. Ikatan obat ini
terhadap plasma protein adalah sekitar 75%. Walaupun rasio ikatan obat ini
terhadap plasma protein berbanding plasma adalah 10:1, namun sebenarnya ikatan
obat ini terhadap DNA sel adalah lebih tinggi sehingga obat ini menembus masuk
jaringan dan berikatan dengan DNA di seluruh tubuh kecuali di otak dan testis
(Doroshow, 2010) dan ( Finkel, et.al, 2009).
Kemudian, doxorubicin akan mengalami metabolisme dihati dan metabolit
primernya yang aktif adalah doxorubicinol (Doroshow, 2010). Transformasi
doxorubicin ini dibantu oleh enzim ubiquitous aldoketoreductase yang terdapat di
sitoplasma semua sel dan jaringan terutamanya pada eirtrosit, hepar, dan ginjal,
tapi bukan di plasma darah (Robert, 2005). Doxorubicin dimetabolisme dihati
oleh flavin dehydrogenase yang mengkatalisa reduksi 1 elektron oleh quinone dari
struktur doxorubicin menjadi aglycone dimana ia lebih mudah dikonyugasi untuk
pengangkutan biliari. Doxorubicin juga boleh dimetabolisme oleh aldoketoreductase yang mengurangi rantai karbonil obat sehingga menyebabkan obat
menjadi kurang sitotoksik yaitu menjadi doxorubicinol (Synold, et.al, 2004 ).
Setelah itu, eksekresi doxorubicin adalah sekitar 90% melalui feses dan
sekitar 10 % melalui urin. Pemberian obat harus berhati-hati pada anak yang
mengalami gangguan hepar dan ginjal. Dokter dinasihatkan untuk mengurangi
dosis obat sebanyak 50 % jika serum bilirubin melebihi 1,5 mg/dL. Clerance obat
ini berkurang pada anak yang obese apabila lemak tubuh melebihi 30 %
(Doroshow, 2010). Clerance doxorubicin
dikombinasi dengan paclitaxel karena paclitaxel diluent merupakan substrat Pglycoprotein yang dapat menggangu eksekresi biliari (Synold, et.al, 2004 ).
Doxorubicin menunjukkan efek sebagai antiproliferasi dengan berikatan
enzim topoisomerase II dan membentuk kompleks yang menggangu abilitas
enzim untuk mengurangi torsi untas DNA sewaktu mitosis (Mross, 2006). Selain
itu, doxorubicin mengenerasi radikel oksigen dan hidroksil yang merusakkan
rantai transportasi elektron mitokondrial dan menghalang produksi oksidasi DNA.
Disamping itu, apabila terjadi aktivasi sinyal pada jalur transduksi menyebabkan
apoptosis (Synold, et.al, 2004 ), (Doroshow, 2010), (Gianni, et.al, 2003), dan
(Robert, 2005).
dapat
menyebabkan
terjadi
perubahan
kardiovaskuler
doxorubicin
oleh
enzim
quinone
reduktase
yang
Otot jantung bergantung terhadap sikulus perioksidase gluthathionegluthathione untuk mereduksi perioksida (Benjamin, et.al, 2006). Namun enzim
ini tidak cukup untuk mereduksi radikel bebas yang disebabkan oleh doxorubicin.
Radikel bebas boleh menyebabkan kerusakan secara langsung terhadap rantai
respirasi mitokondria sehingga ini akan menyebabkan produksi ATP juga
berkurang karena terjadi gangguan terhadap fosforilasi serta terjadi reduksi
kardiomiosit disebabkan pembebasan faktor pro-apoptosis. Kekurangan produksi
ATP dan reduksi kardiomiosit menyebabkan gangguan fungsi sistolik jantung
(Distefano, 2009), (Senju, 2007), dan (Benjamin, et.al, 2006).
Seterusnya, pembebasan radikel bebas akan menyebabkan terjadi beberapa
proses yang membahayakan lagi dimana ia berassosiasi dengan perioksidasi
membran lipid dan oksidasi protein sitoskeleton. Ini akan menyebabkan disfungsi
membrane dan sistem sakrotubular ATP-ases dan mengakibatkan kalsium
intaseluler meningkat,gangguan
sehingga dapat menyebabkan perbedaan secara klinis pada orang dewasa dan anak
(Distefano, 2009), (Benjamin, et. al, 2006) dan (Hauser, 2001).
Penegakkan diagnosa perubahan kardiovaskuler pada anak yang menerima
doxorubicin dapat dilakukan dengan menggunakan foto toraks namun foto toraks
cuma dapat menegakkan diagnosa adanya kardiomegali. Disamping itu,
pemeriksaan biomarker seperti troponin T, BNP ( brain natriuretic peptide) serta
protein reaktif C dapat menentukan terjadinya kerusakkan pada otot jantung
(Tranctenberg, et.al, 2011) dan (Benjamin, et.al, 2006).
Pada pemeriksaan, perubahan kardiovaskuler dapat ditegakkan dengan
pengurangan dari fraksi ejeksi sistolik dan relaksasi sistolik. Pada pemeriksaan
ekokardiografi pada anak yang mendapat doxorubicin terdapat gangguan
kontraktilitas sistolik (Senju, et.al, 2007). Fraksi ejeksi sistolik yang normal pada
anak laki-laki adalah 63-77%
sistolik normal pada anak perempuan adalah 55-75% (Hauser, et.al, 2001) dan
(Picano, 2009).
Selain
itu,
pemeriksaan
lain
yang
dapat
digunakan
adalah
liposomal ini dapat mengurangi radikel bebas dengan mengurangi terjadi reduksi
elektron sehingga terjadi pembentukan radikel oksigen dan radikel besi namun
efek samping liposomal doxorubicin adalah sindroma tangan dan kaki yang dapat
diatasi dengan mengurangi dosis obat dan meningkatkan durasi setiap siklus (Paz,
et.al, 2008) dan(Ewer, et.al, 2006).
Disamping itu, dexrazoxane juga dapat mengurangi toksitas dari
doxorubicin dengan mengurangi radikel bebas besi dengan membentuk kompleks
dengannya. (Hellmann, et.al, 2010). Namun, dexrazone ini hanya dapat
mengurangi toksisitas doxorubicin pada awal pemberiaannya (Smith, et.al, 2010),
(Benjamin, et.al, 2006), dan (Adams, et.al, 2005).