You are on page 1of 10

I.

Teori Dasar
Termoelektrik adalah teknik atau proses pengkonversian energi panas menjadi energi
listrik ataupun sebaliknya dari listrik menjadi panas. Termoelektrik dipengaruhi oleh tiga
efek, yaitu efek Seebeck, efek Peltier, dan efek Thompson.
Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman,
Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di
antara kedua logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut
dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak. Belakangan diketahui, hal ini terjadi karena
aliran listrik yang terjadi pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah
yang menggerakkan jarum kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek
Seebeck.

Gambar 1 Skema Efek Seebeck


Penemuan Seebeck ini memberikan inspirasi pada Jean Charles Peltier untuk melihat
kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang
direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas
pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya.
Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang
terjadi pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek Seebeck dan Peltier
inilah yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik.

Gambar 2 Skema Efek Peltier


Banyak aplikasi lain penggunaan energi termoelektrik yang sedang dikembangkan saat
ini, seperti pemanfaatan perbedaan panas di dasar laut dan darat, atau pemanfaatan panas
bumi. Kesulitan terbesar dalam pengembangan energi ini adalah mencari material
termoelektrik yang memiliki efisiensi konversi energi yang tinggi. Parameter material
termoelektrik dilihat dari besar figure of merit suatu material. Idealnya, material termoelektrik
memiliki konduktivitas listrik tinggi dan konduktivitas panas yang rendah. Namun
kenyataannya sangat sulit mendapatkan material seperti ini, karena umumnya jika
konduktivitas listrik suatu material tinggi, konduktivitas panasnya pun akan tinggi.
Material yang banyak digunakan saat ini adalah Bi 2 Te 3, PbTe, dan SiGe. Saat ini
Bi2 Te3 memiliki figure of merit tertinggi. Namun, karena terurai dan teroksidasi pada suhu
di atas 500 oC, pemakaiannya masih terbatas. Rendahnya figure of merit ini menyebabkan
rendahnya efisiensi konversi yang dihasilkan, dimana saat ini efisiensinya masih berkisar di
bawah 10 persen. Nilai ini masih berkurang sampai 5 persen setelah menjadi sebuah sistem
pembangkit listrik. Masih cukup jauh dibandingkan dengan solar cell yang sudah mencapai
15 persen. Namun, penelitian ini masih terus berkembang, apalagi setelah Yamaha Co Ltd
berhasil menaikkan figure of merit sebesar 40 persen dari yang ada selama ini. Setelah itu,
perkembangan termoelektrik tidak diketahui dengan jelas sampai kemudian dilanjutkan oleh
WW Coblenz pada tahun 1913 yang menggunakan tembaga dan constantan (campuran nikel
dan tembaga). Dengan efisiensi konversi sebesar 0,008 persen, sistem yang dibuatnya itu
berhasil membangkitkan listrik sebesar 0,6 mW. AF Ioffe melanjutkan lagi dengan bahanbahan semikonduktor dari golongan II-V, IV-VI, V-VI yang saat itu mulai berkembang.
Hasilnya cukup mengejutkan, dimana efisiensinya meningkat menjadi 4 persen. Ioffe
melakukan satu lompatan besar dimana ia berhasil menyempurnakan teori yang berhubungan

dengan material termoelektrik. Teori itu dibukukan tahun 1956 yang kemudian menjadi
rujukan para peneliti hingga saat ini.
Penelitian termoelektrik muncul kembali tahun 1990-an setelah sempat menghilang
hampir lima dasawarsa karena efisiensi konversi yang tidak bertambah. Setidaknya ada tiga
alasan yang mendukung kemunculan tersebut. Pertama, ada harapan besar ditemukannya
material termoelektrik dengan efisiensi yang tinggi, yaitu sejak ditemukannya material
superkonduktor High-Tc pada awal tahun 1986 dari bahan yang selama ini tidak diduga
(ceramic material). Kedua, sejak awal 1980-an, teknologi material berkembang pesat dengan
kemampuan menyusun material tersebut dalam level nano. Teknologi analisis dengan XPS,
UPS, STM juga memudahkan analisis struktur material. Ketiga, pada awal tahun 1990,
tuntutan dunia tentang teknologi yang ramah lingkungan sangat besar. Ini memberikan imbas
kepada teknologi termoelektrik sebagai sumber energi alternatif.(Asyafe,2008)
Teknologi termoelektrik bekerja dengan mengonversi energi panas menjadi listrik
secara langsung (generator termoelektrik), atau sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin
(pendingin termoelektrik). Untuk menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup
diletakkan sedemikian rupa dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin.
Dari rangkaian itu akan dihasilkan sejumlah listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai.
Kerja pendingin termoelektrik pun tidak jauh berbeda. Jika material termoelektrik dialiri
listrik, panas yang ada di sekitarnya akan terserap. Dengan demikian, untuk mendinginkan
udara, tidak diperlukan kompresor pendingin seperti halnya di mesin-mesin pendingin
konvensional.
Untuk keperluan pembangkitan lisrik tersebut umumnya bahan yang digunakan adalah
bahan semikonduktor. Semikonduktor adalah bahan yang mampu menghantarkan arus listrik
namun tidak sempurna. Semikonduktor yang digunakan adalah semikomduktor tipe n dan
tipe p. Bahan semikonduktor yang digunakan adalah bahan semikonduktor ekstrinsik.
Persoalan untuk Termoelektrik adalah untuk mendapatkan bahan yang mampu bekerja pada
suhu tinggi.
Terdapat tiga sifat bahan Termoelektrik yang penting, yaitu :
1. Koefisien Seebeck (s)
2. Konduktifitas panas (k)
3. Resistivitas (r)
Pemanfaatan teknologi Termoelektrik antara lain:
1.

Pembangkit daya (Power generation)

Sampai saat ini pembangkitan listrik dari sumber panas harus melalui beberapa tahap
proses. Bahan bakar fosil akan menghasilkan putaran turbin apabila dibakar dengan tekanan
yang sangat tinggi. Hasil putaran turbin tersebut akan dipakai untuk memproduksi tenaga
listrik. Kira-kira 90 persen energi listrik dunia yang berasal dari sumber panas masih
memakai cara ini. Sehingga efisiensi energi masih sangat rendah akibat beberapa kali proses
konversi. Panas yang dihasilkan banyak yang dilepas atau terbuang percuma. Apabila proses
konversi ini dapat diubah, efisiensi energi akan menjadi lebih besar karena listrik bisa
didapatkan langsung dari sumber panas tanpa melalui beberapa kali tahap konversi.
Namun, beberapa pembangkit tenaga listrik sudah menggunakan metode yang dikenal
sebagai cogeneration dimana disamping tenaga listrik yang dihasilkan, panas yang dihasilkan
selama proses ini digunakan untuk tujuan alternatif. Dengan menggunakan termoelekrik,
panas yang dihasilkan selama proses yang alami pembangkit akan diubah menjadi listrik,
sehingga panas yang dihasilkan tidak terbuang secara percuma dan energi yang dihasilkan
oleh pembangkit menjadi lebih besar, serta efisiensi energi menjadi lebih tinggi.
Termoelektrik juga mungkin dapat digunakan pada sistem solar thermal energy.(Wikipedia,
2009)
2.

Kendaraaan bermotor
Saat ini untuk meningkatkan efisiensi dari kendaraan bermotor, dilakukan berbagai

macam usaha atau teknologi yang dikembangkan, saat ini sedang popular adalah system
hybrid. Pada system hybrid pada kendaraan bermotor adalah gabungan sistem kendaran
bermotor dengan mesin pembakaran dalam dan dengan motor listrik. Energi listrik untuk
menggerakan motor listrik diperoleh dari altenator dan juga dynamic brake, dimana energi
gerak (putaran) diubah menjadi energi listrik. Keuntungan dari kendaraan hybrid adalah
bahwa kendaraan hybrid dapat mengurangi konsumsi bahan bakar melalui 3 mekanisme
yakni:
a)

Pengurangan energi terbuang selama kondisi idle atau keluaran rendah, dan biasanya mesin

b)

motor bakar dalam keadaan mati.


Pengurangan ukuran dan tenaga mesin motor bakar, dalam hal kekurangan tenaga akan

c)

dipenuhi oleh motor listrik,


Menyerap energi yang terbuang.
Sementara energi panas yang dibuang belum dimanfaatkan untuk system hybrid ini.
Muncullah suatu konsep memanfaatan energi panas yang terbuang pada kendaraan bermotor
yang akan dijadikan energi listrik. Konsep yang digunakan adalah konsep Seebeck. Apabila
terdapat dua sumber temperatur yang berbeda pada dua material semi konduktor maka akan

mengalir arus listrik pada material tersebut. Konsep ini lebih dikenal dengan pembangkit
termoelektrik.
Dengan menggunakan teknologi termoelektrik ini apabila diterapkan pada kendaraan
bermotor dimana gas buang pada mesin motor bakar berkisar antara 200-300 oC sementara
temperatur lingkungan bekisar antara 30-35 oC maka dengan adanya beda temperatur ini akan
diperoleh gaya gerak listrik yang kemudian dapat digunakan untuk menggerakan motor listrik
atau disimpan didalam baterai. Apabila dapat diterapkan dikendaraan hybrid maka konsumsi
bahan bakar pada kendaraan bermotor akan semakin hemat.
Kombinasi ketiga keuntungan hybrid bisa diterapkan pada kendaraan sehingga mesin
menjadi lebih kecil, ringan, dan lebih efisien dibanding kendaraan konvensional. Dengan
demikian diharapkan dapat mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan bermotor
lebih banyak lagi karena baterai pada kendaraan dimana berfungsi sebagai sumber utama
energi motor listrik akan selalu penuh karena mendapat suplai dari pembangkit
thermoelektrik. Dengan berkurangnya konsumsi bahan bakar maka dapat pula mengurangi
emisi gas buang ke lingkungan.( Koestoer, 2008).
3.

Mesin Pendingin
Termoelektrik sebagai pendingin dibuat menjadi sebuah modul semikonduktor yang

jika dialiri arus listrik DC maka kedua sisi modul termoelektrik ini akan mengalami panas
dan dingin. Sisi dingin inilah yang dimanfaatkan sebagai pendingin produk. Dalam bidang
kedokteran dan kesehatan, ketersediaan darah sangat dibutuhkan oleh pasien untuk proses
penyembuhannya. Seperti pasien yang mengalami kecelakaan, melahirkan, dioperasi atau
yang memiliki penyakit berat lainnya setidaknya membutuhkan darah minimal 1000 1500
mL. Darah yang tersedia hasil donor dari orang sehat sekitar 250 300 mL disimpan dalam
labu plastik dan harus dijaga agar tidak rusak. Darah harus disimpan pada kondisi temperatur
tertentu agar sel darah mengalami proses metabolisme yang minimal sehingga tidak
mengalami kerusakan dan dapat digunakan untuk jangka waktu yang cukup lama. Untuk
menjawab permasalahan di atas maka diperlukan suatu tempat penyimpan darah (carrier)
hasil donor yang kondisinya dijaga pada suhu 1 6 C sehingga bisa digunakan sampai 28
hari ke depan. Adapun solusi yang ditawarkan adalah membuat suatu kotak penyimpan darah
portabel yang temperaturnya dijaga konstan. Teknologi termoelektrik memungkinkan untuk
mendinginkan darah dalam kapasitas kecil. Sisi dingin pada modul termoelektrik digunakan
untuk mendinginkan darah pada suhu yang diinginkan. Untuk menjaga agar suhunya konstan
maka biasanya digunakan alat kontrol termostat. Dalam merancang sistem ini, langkah

awalnya adalah merencanakan disain konstruksi kotak penyimpan darah beserta sistem
kontrol dan kelistrikan. Langkah selanjutnya melakukan perhitungan beban pendinginan yang
meliputi beban pendinginan darah, beban kalor konduksi dinding, beban infiltrasi dan beban
yang ditimbulkan oleh peralatan listrik. Semua beban dijumlah total sebagai beban kalor yang
harus didinginkan oleh modul termoelektrik. Pemilihan spesifikasi modul termoelektrik
didasarkan pada beban kalor, beda suhu dan parameter listrik yang digunakan. Kelebihan
sistem pendingin termoelektrik adalah tidak berisik, mudah perawatan, ramah lingkungan dan
tidak memerlukan banyak komponen tambahan. Selain itu manfaat lain dari termoelektrik
sebagai mesin pendingin adalah dapa mengurangi polusi udara. Hydrochlorofluorocarbons
(HCFCs) dan chlorofluorocarbons (CFC) dikenal sebagai ozone depleting substances
(ODSs), yaitu substansi yang meyebabkan penipisan lapisan ozon merupakan zat yang sudah
lama dipakai dalam mesin pendingin. Namun, baru-baru ini telah diterbitkan regulasi
mengenai penggunaan zat-zat tersebut dalam mesin pendingin, sehingga mesin pendingin
berteknologi termoelektrik menjadi solusi cerdas dalam masalah ini. Dengan teknologi ini
dapat mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya seperti itu dan mungkin akan berjalan
lebih tenang (karena mereka tidak memerlukan bising Kompresor). (Tellurex, 2008)
Keunggulan dari teknologi termoelektrik pada mesin pendingin dari teknologi lainnya
adalah:
a) Pendingin Termoelektrik tidak memiliki bagian yang bergerak, dan karena itu
kebutuhan pemeliharaan tidak terlalu penting.
b) Pengujian

ketahanan

telah

menunjukkan

kemampuan

perangkat

untuk

thermoelektrik melebihi 100.000 jam operasi yang stabil di berbagai negara.


c) Temperatur kontrol dari masing-masing bagian dapat dijaga menggunakan perangkat
thermoelektrik dan dukungan yang sesuai dari circuit..
d) Fungsi dari Pendingin Termoelektrik dalam lingkungan yang terlalu parah, terlalu
sensitif, atau terlalu kecil untuk pendinginan konvensional.
e) Pendingin Termoelektrik tidak bergantung pada posisi.
f) Arah panas pemompaan dalam sistem thermoelectric sepenuhnya dapat dibatalkan.
dengan mengubah polaritas dari DC power supply menyebabkan panas yang akan
dipompa ke arah-yang dingin kemudian dapat menjadi panas

II.

Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan rangkaian termoelektrik ini
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat membuat rangkaian termoelektrik.
2. Mahasiswa dapat mengukur besar tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh
rangkaian termoelektrik.
III.

Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari membuat rangkaian termoelektrik ini adalah

sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari termoelektrik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung perubahan energi panas dan dingin
menjadi energi listrik
IV.

Alat dan Bahan


Adapun alat - alat yang digunakan dalam membuat rangkaian termoelektrik ini adalah

sebagai berikut:
1. Termoelektrik

Gambar 3 Termoelektrik
2. Motor/Dinamo

Gambar 4 Motor/Dinamo
3. Kabel
4. Gunting Pelat
5. Pelat

Gambar 5 Pelat
6. Bejana steel

Gambar 6 Bejana steel


7. Multitester

Gambar 7 Multitester
Kemudian bahan - bahan yang digunakan dalam membuat rangkaian termoelektrik ini
adalah sebagai berikut:

V.

1. Lilin
2. Air
3. Es Batu
Lahkah Kerja
Adapun lahkah kerja dalam pembuatan rangkaian termoelektrik adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pola untuk kedudukan bejana air, motor, alas, dan lilin digambar diatas pelat.
3. Pola yang sudah digambar dipotong menggunakan gunting pelat.

4.
5.
6.
7.
8.

Hasil potongan dilakukan penekukan untuk yang membutuhkan tekukan.


Kedudukan bejana air, motor, dan obor serta termoelektrik disusun diatas alas.
Kabel yang ada pada termoelektrik disambungkan ke motor.
Api pada lilin dinyalakan dan air serta es dimasukan ke bejana.
Ketika motor bergerak, arus dan tegangan listrik diukur dengan menggunakan
multitester.

Gambar 10 Hasil Rangkaian Termoelektrik

VI.

Hasil Percobaan
Pada saat rangkaian termoelektrik dicoba, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Waktu (t)
1
2
3
4
5

Tegangan (V)
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8

Kuat Arus (I)


13
12,8
12,4
12,1
12

T dingin (0C)
30
29
26
25
25

T panas (0C)
49
61
115
120
134

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa kuat arus yang dihasilkan tidak stabil.
Dikarenakan media panas dan dingin tidak konstan.
VII.

Kesimpulan dan Saran


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari membuat rangkaian termoelektrik ini

adalah sebagai berikut:


1. Energi panas dan dingin dapat dikonversikan menjadi energi listrik dengan
menggunakan alat termoelektrik.
2. Pada saat melakukan percobaan pada rangkaian termoelektrik, rangkaian tersebut
berhasil menghasilkan listrik dan memutar motor.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perbanyak literatur agar mempermudah saat membuat rangkaian termoelektrik.
2. Gunakan kreatifitas dalam membuat rangkaian termoelektrik, agar menghasilkan
rangkaian termoelektrik yang unik, keren, dan bagus.

You might also like