You are on page 1of 9

PEMERTAHANAN BAHASA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sosiolinguistik
yang dibina oleh Bapak Dr. Rizman Usman, M. Pd

oleh
Arya Pramuditta Wardhana
140212807715

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM STUDI KEGURUAN BAHASA
Oktober 2014
PEMERTAHANAN BAHASA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat dilahirkan ke dunia ini, manusia mulai belajar bahasa. Sedikit demi
sedikit, bahasa yang dipelajari olehnya sejak kecil semakin dikuasainya sehingga
jadilah bahasa yang ia pelajari sejak kecil itu sebagai bahasa pertamanya. Dengan
bahasa yang dikuasai olehnya itulah, ia berinteraksi dengan masyarakat di
sekitarnya.
Beranjak remaja, ia sudah menguasai lebih dua atau lebih bahasa. Semua
itu ia peroleh ketika berinteraksi dengan masyarakat atau ketika di bangku
sekolah. Hal ini menyebabkan ia menjadi dwibahasawan atau multibahasawan.
Ketika menjadi dwibahasawan atau multibahasawan,

ia dihadapkan pada

pertanyaan, yaitu manakah di antara bahasa yang ia kuasai merupakan bahasa


yang paling penting? Di saat-saat seperti inilah terjadinya proses pergeseran
bahasa, yaitu menempatkan sebuah bahasa menjadi lebih penting di antara bahasabahasa yang ia kuasai.
Pergeseran bahasa juga dapat terjadi karena masyarakat yang didatangi
jumlahnya sangat kecil dan terpecah-pecah. Dengan kata lain, pergeseran bahasa
bukan disebabkan oleh masyarakat yang menempati sebuah wilayah, melainkan
oleh pendatang yang mendatangi sebuah wilayah. Kasus seperti ini pernah terjadi
di beberapa wilayah kecil di Inggris ketika industri mereka berkembang. Beberapa
bahasa kecil yang merupakan bahasa penduduk setempat tergeser oleh bahasa
Inggris yang dibawa oleh para buruh industri ke tempat kecil itu. Akan tetapi,
terdapat pula masyarakat yang tetap mempertahankan bahasa pertamanya dalam
berinteraksi dengan sesama mereka meskipun mereka adalah masyarakat
minoritas.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana konsep pemertahanan bahasa?
b) Bagaimana contoh kasus pemertahaan bahasa?
c) Faktor apa saja yang mempengaruhi pemertahanan bahasa?
C. Tujuan
a) Menjelaskan tentang konsep pemertahanan bahasa.
b) Mengetahui contoh pemertahanan bahasa.
c) Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa.

PEMBAHASAN
Perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa masih berkaitan dengan
masalah kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat bilingual atau multilingual.
Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, di mana sesuai dengan
sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode lain,
bahasa itu bisa berubah. Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas

penutur , di mana sebagai akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu
dapat

menyebabkan

menggunakan

pergeseran

bahasa,

seperti

penutur

yang

tadinya

bahasa ibu kemudian menjadi tidak menggunakannya lagi.

Sedangkan pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian


terhadap suatu bahasa, untuk tetep menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah
bahasa-bahasa lainnya.
A. Konsep Pemertahanan Bahasa
Sebagai salah satu objek kajian sosiolinguistik, gejala pemertahanan
bahasa sangat menarik untuk dikaji. Konsep pemertahanan bahasa lebih berkaitan
dengan prestise suatu bahasa di mata masyarakat pendukungnya. Sebagaimana
dicontohkan oleh Danie (dalam Chaer 2010:146) bahwa menurunnya pemakaian
beberapa bahasa daerah di Minahasa Timur adalah karena pengaruh bahasa
Melayu Manado yang mempunyai prestise lebih tinggi dan penggunaan bahasa
Indonesia yang jangkauan pemakaiannya bersifat nasional. Namun ada kalanya
bahasa pertama (B1) yang jumlah penuturnya tidak banyak dapat bertahan
terhadap pengaruh penggunaan bahasa kedua (B2) yang lebih dominan. Salah satu
isu yang cukup menarik dalam kajian pergeseran dan pemertahanan bahasa adalah
ketidakberdayaan minoritas imigran mempertahankan bahasa asalnya dalam
persaingan dengan bahasa mayoritas yang lebih dominan. Ketidakberdayaan
sebuah bahasa minoritas untuk bertahan hidup itu mengikuti pola yang sama.
Awalnya adalah kontak guyup minoritas dengan bahasa kedua (B2), sehingga
mengenal dua bahasa dan menjadi dwibahasawan, kemudian terjadilah persaingan
dalam penggunaannya dan akhirnya bahasa asli (B1) bergeser atau punah.
B. Contoh Kasus Pemertahanan Bahasa
Contoh kasus pemertahanan bahasa terjadi pada masyarakat Loloan yang
berada di Bali. Kasus pemertahanan bahasa Melayu Loloan ini disampaikan oleh
Sumarsono. Menurut Sumarsono, penduduk desa Loloan yang berjumlah sekitar
tiga ribu orang itu tidak menggunakan bahasa Bali, tetapi menggunakan sejenis
bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu Loloan, sejak abad ke-18 yang lalu
ketika leluhur mereka yang berasal dari Bugis dan Pontianak tiba di tempat itu.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka tetap mempertahankan bahasa
Melayu Loloan:
3

1. Wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yang


secara geografis tidak terpisah dari wilayah pemukiman masyarakat
Bali.
2. Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali untuk menggunakan
bahasa Melayu Loloan dalam berinteraksi dengan golongan minoritas
Loloan meskipun dalam interaksi itu kadang-kadang digunakan juga
bahasa Bali.
3. Anggota masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yang tidak
akomodatif terhadap masyarakat, budaya, dan bahasa Bali. Pandangan
seperti ini dan ditambah dengan terkonsentrasinya masyarakat Loloan
ini menyebabkan minimnya interaksi fisik antara masyakat Loloan
yang minoritas dan masyarakat Bali yang mayoritas. Akibatnya pula
menjadi

tidak

digunakannya

bahasa

Bali

dalam

berinteraksi

intrakelompok dalam masyarakat Loloan.


4. Adanya loyalitas yang tinggi dari masyarakat Melayu Loloan sebagai
konsekuaensi kedudukan atau status bahasa ini yang menjadi lambang
identitas diri masyarakat Loloan yang beragama Islam, sedangkan
bahasa Bali dianggap sebagai lambang identitas masyarakat Bali yang
beragama Hindu. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Bali ditolak
untuk kegiatan-kegiatan intrakelompok terutama dalam ranah agama.
5. Adanya kesinambungan pengalian bahasa Melayu Loloan dari generasi
terdahulu ke genarasi berikutnya.
Masyarakat Melayu Loloan, selain menggunakan bahasa Melayu Loloan
dan bahasa Bali, juga menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
diperlakukan secara berbeda oleh mereka. Dalam anggapan mereka, bahasa
Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada bahasa Bali. Bahasa
Indonesia tidak dianggap memiliki konotasi keagamaan tertentu. Ia bahkan
dianggap sebagai milik sendiri dalam kedudukan mereka sebagai rakyat
Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak keberatan menggunakan bahasa
Indonesia dalam kegiatan keagamaan.
Selain contoh kasus pemertahanan di Indonesia, terdapat juga contoh
kasus pemertahanan bahasa Tiwa. Penelitian bahasa Tiwa dilakukan oleh Ralp
Fasold (dalam Sumarsono 2013: 257), di Taos, New Mexsiko melalui kuesioner.
Masyarakat Tiwa adalah kelompok penghuni perkampungan Indian, jumlahnya
4

sekitar 2000 orang, sebagian besar masih menempati rumah nenek moyang
mereka. Masyarakat Tiwa merupakan masyarakat dwibahasa, kemudian bahasa
Spanyol sebagai bahasa kedua dan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama. Selama
beberapa abad masyarakat Tiwa di bawah kekuasaan Mexsiko (yang mayoritas
berbahasa Spanyol) dan kemudian Amerika (yang berbahasa Inggris) dengan
jumlah yang sangat kecil. Hasil akhir dari penelitiannya ini adalah bahasa Tiwa
tetap bertahan di dalam komunitas masyarakat yang umumnya dwibahasa, bahasa
Tiwa sebagai B1 dan bahasa Inggris sebagai B2.
C. Faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa
Bertahan atau bergesernya sebuah bahasa, baik pada kelompok minoritas
maupun pada kelompok imigran transmigran dapat disebabkan oleh banyak
faktor. Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa faktor industrialisasi
dan urbanisasi/ transmigrasi merupakan faktor-faktor utama. Yang dimaksud
dengan faktor industrialisasi adalah faktor perubahan atau modernisasi jaman juga
akan mempengaruhi pemertahanan bahasa, dimana semakin maju jaman serta
tekhnologinya juga akan berpengaruh dengan pergeseran bahasa. Dengan
berpengaruhnya terhadap pergeseran bahasa, maka juga akan berpengaruh
terhadap pemertahanan suatu bahasa. Fishman (1972) menyebutkan bahwa salah
satu faktor penting pemertahanan sebuah bahasa adalah adanya loyalitas
masyarakat pendukungnya. Dengan loyalitas itu, pendukung suatu bahasa akan
tetap mewariskan bahasanya dari generasi ke generasi. Selain itu, faktor
konsentrasi wilayah permukiman oleh Sumarsono (1990:27) disebutkan pula
sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung kelestarian sebuah bahasa.
Konsentrasi wilayah permukiman merupakan faktor penting dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang besar. Kelompok yang kecil jumlahnya pun dapat lebih
kuat mempertahankan bahasanya, jika konsentrasi wilayah permukiman dapat
dipertahankan, sehingga terdapat keterpisahan secara fisik, ekonomi, dan sosial
budaya. Faktor-faktor lain yang dapat mendukung pemertahanan bahasa adalah
digunakannya bahasa itu sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, dalam
penerbitan buku-buku agama, dan dijadikannya sebagai bahasa pengantar dalam
upacara-upacara keagamaan.

KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan kehidupan sosial manusia maka bahasa juga
akan mengalami perkembangan. Mulai dari bagaimana bahasa itu dintegrasikan
atau dimasukkan ke dalam bahasa tertentu dari masyarakat tutur yang mengalami
kontak bahasa sampai pada bagaimana perkembangan bahasa. Dampak yang
dirasakan oleh bahasa yang menjadi objek atau sarana tutur masyarakat ini sangat
ditentukan oleh sikap masyarakat tutur itu sendiri. Bahasa yang tetap
dipergunakan dan dilestarikan oleh masyarakat tuturnya tentunya akan tetap

bertahan atau mengalami pemertahanan dan hal yang sebaliknya akan terjadi pada
bahasa yang tidak mendapatkan perhatian dan usaha pemertahanan dari
masyarakat tuturnya akan mengalami kepunahan.
Semua proses yang berakhir pada pemertahanan atau kepunahan tersebut
terjadi secara bertahap dan memakan waktu yang relatif lama. Terjadinya
fenomena-fenomena bahasa, seperti pidgin, kreol, dan diglosia merupakan
fenomena alami yang terjadi di dalam masyarakat sosial. Melalui pemahaman dan
pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa sosiolinguistik, baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri maka masyarakat Indonesia, khususnya kaum terpelajar
harus menjadi garda terdepan di dalam menjaga budaya (bahasa) bangsa sebagai
amanat sekaligus identitas bangsa yang membedakannya dari bangsa yang lain
sekaligus sebagai implikasi sosiolinguistik dalam pembelajaran dan pengajaran
bahasa.

DAFTAR PUSTAKA
Bramono,

Nurdin.

2012.

Pergeseran

dan

Pemertahann

Bahasa.

http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=116515&val=5319&title= diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

http://idaayuanggra.blogspot.com/2013/03/konsep-pemertahanan-bahasa.html
diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.
http://nahulinguistik.wordpress.com/2010/04/19/pergeseran-pemertahanan-dankepunahan-bahasa/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2014.
https://www.academia.edu/3449931/Makalah_Perubahan_Pergeseran_Perluasan_
Penyempitan_Pemertahanan_dalam_Bahasa_-_Sosiolinguistik diakses
pada tanggal 25 Oktober 2014.

You might also like