Professional Documents
Culture Documents
NAMA
NIM
DOSEN
: Dawam Suprayogi
: 14/372556/PBI/1271
: Prof. Dra. Sukarti Moeljopawiro, M.App.Sc., Ph.D
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
Pendahuluan
Selama tahun 1940-an diketahui bahwa pembentukan ATP adalah dari
penggabungan ADP dan fosfat anorganik pada sistem transport elektron yang terjadi di
mitokondria. Menyikapi hal tersebut, upaya untuk mengetahui mekanisme molekularnya
terus dilakukan secara intensif (Metzler, 2003). Pada proses pembentukan ATP terjadi proses
berupa rantai transpor elektron dan kemiosmosis. Kedua proses ini dikenal dengan
fosforilasi oksidatif (Reece et al., 2011).
Fosforilasi oksidatif adalah puncak dari proses metabolisme untuk menghasilkan
energi bagi organisme aerobik. Semua tahap-tahap enzimatik pada degradasi oksidatif
karbohidrat, lemak, dan asam amino di dalam sel aerobik menyatu menjadi tahap akhir
respirasi sel. Pada tahap ini terjadi pengaliran elektron dari senyawa organik menuju oksigen
sebagai reseptor elektron terakhir. Proses ini menghasilkan energi melalui pembentukan
ATP dari ADP dan fosfat anorganik (Nelason dan Cox, 2004).
Pada organisme eukariot, fosforilasi oksidatif berlangsung di mitokondria.
Pemahaman kita mengenai sintesis ATP dalam mitokondria didasarkan pada hipotesis yang
diperkenalkan oleh Peter Mitchell pada tahun 1961, bahwa perbedaan konsentrasi proton
transmembran merupakan sumber energi yang diekstraksi dari reaksi oksidasi biologis.
Teori kemiosmotik ini telah diterima sebagai salah satu prinsip besar di bidang biologi pada
abad kedua puluh. Teori ini memberikan gambaran bahwa proses fosforilasi oksidatif tidak
sama dengan proses transduksi energi pada transpor aktif antar membran (Nelason dan Cox,
2004).
Fosforilasi oksidatif melibatkan proses reduksi O 2 menjadi H 2 O dengan donor
elektron dari NADH dan FADH 2 . Proses ini dapat terjadi baik pada kondisi terang maupun
gelap (Nelason dan Cox, 2004). Produksi ATP terjadi ketika NADH dan FADH 2 yang
diproduksi pada siklus asam sitrat meneruskan elektron-elektron yang diekstraksi dari
makanan ke transpor elektron. Dalam proses tersebut, NADH dan FADH 2 menyuplai energi
yang dibutuhkan untuk fosforilasi ADP menjadi ATP (Reece et al., 2011). NADH dan
FADH 2 hasil dari siklus asam sitrat merupakan bahan bakar dalam proses fosforilasi
oksidatif yang bekerja di mitokondria. NADH dan FADH 2 akan melalui beberapa tahapan
kompleks dalam membran mitokondria (Nelason dan Cox, 2004).
B.
Transpor Elektron
Pembawa elektron pada rantai transpor elektron tersusun dalam kompleks
supramolekul yang tertanam dalam membran dan dapat dipisahkan secara fisik. Aktivitas
yang terjadi pada membran dalam mitokondria memungkinkan terbentuk empat kompleks
pembawa elektron yang unik, masing-masing mampu mengkatalisis transpor elektron
melalui bagian dari rantai (Tabel 1). Kompleks I dan II mengkatalisis transpor elektron ke
ubiquinone dari dua donor elektron yang berbeda: NADH (Kompleks I) dan suksinat
(Kompleks II). Kompleks III membawa elektron dari reduksi ubiquinone ke sitokrom C, dan
Kompleks IV melengkapi urutan dengan mentransfer elektron dari sitokrom C ke O 2
(Nelason dan Cox, 2004).
Tabel 1. Komponen protein penyusun rantai transpor elektron pada mitokondria
a.
Kompleks I
Kompleks I disebut juga NADH:
NADH
berikatan
dengan
mengubahnya
menjadi
bentuk
ditransfer melalui gugus besi-sulfur. Setidaknya terdapat enam gugus besi-sulfur [2Fe2S]
maupun [4Fe4S] (Nelason dan Cox, 2004).
Mikroskop elektron resolusi tinggi menunjukkan Kompleks I berbentuk L (Gambar
1), dengan satu lengan L tertanam dalam membran dan lengan yang lain mengarah ke dalam
matriks. Kompleks I mengkatalisis dua proses. Proses pertama yaitu transfer eksergonik ion
hidrogen ke ubiquinone dari NADH dan proton dari matriks, yang dinyatakan dengan
persamaan reaksi:
NADH + H+ + Q NAD+ + QH2
proses kedua transfer endergonik empat proton dari matriks ke ruang antarmembran.
Kompleks I adalah pompa proton yang digerakkan oleh energi dari transpor elektron, dan
reaksi yang dikatalis adalah: proton digerakkan dalam arah tertentu dari satu lokasi (matriks,
yang menjadi bermuatan negatif dengan keluarnya proton) ke lokasi yang lain (ruang
antarmembran, yang menjadi bermuatan positif). Untuk menunjukkan arah terjadinya
proses,secara keseluruhan reaksi sering ditulis dengan subskrip yang menunjukkan lokasi
proton: P untuk sisi positif dari membran dalam (ruang antarmembran), N untuk sisi negatif
(matriks):
NADH+ 5H+N +Q NAD+ +QH2 + 4H+P
Ubiquinol (QH 2 , bentuk tereduksi penuh) berdifusi pada membran dalam
mitokondria dari Kompleks I Kompleks III. Saat proses QH 2 teroksidasi menjadi Q terjadi
gerakan ion H+ ke ruang antar membran (Nelason dan Cox, 2004).
b.
Kompleks II
Suksinat
dehidrogenase
(Kompleks
II)
Kompleks II. Subunit A dan B melebar ke arah matriks, mengandung tiga pusat 2Fe-2S,
FAD (flavin adenina dinukleotida) terikat, dan tempat pengikatan substrat, suksinat. Jalur
transpor elektron dari sisi yang mengikat suksinat ke sisi FAD, kemudian melalui pusat FeS ke sisi yang mengikat ubiquinone. Karena reaksi ini melepaskan energi lebih sedikit
daripada oksidasi NADH, kompleks II tidak mentranspor proton melewati membran dan
tidak berkontribusi terhadap gradien proton. Kompleks II juga akan menghasilkan Ubiquinol
(QH 2 ) yang selanjutnya akan dioksidasi kembali pada Kompleks III (Nelason dan Cox,
2004).
c.
Kompleks III
Sitokrom C oksidoreduktase (Kompleks III) merupakan pasangan transpor elektron
dari ubiquinol (QH2) ke sitokrom c dengan transportasi vectorial proton dari matriks ke
ruang antarmembran. Berdasarkan struktur Kompleks III (Gambar 3) dan studi biokimia
tentang reaksi redoks, model yang umum telah diusulkan mengenai reaksi bagian elektron
dan proton yang melalui Kompleks III. Persamaan untuk reaksi redoks siklus Q ini adalah:
QH2 +2 cyt c1 (teroksidasi)+ 2H+N Q+2 cyt c1 (tereduksi)+ 4H+P
dengan
tiap
kompleks
subunit
dapat ditransfer dari donor QH 2 ke akseptor sitokrom c, mekanisme reaksi kompleks III
lebih rumit daripada kompleks lainnya, dan terjadi dalam dua langkah yang disebut siklus
Q. Pada langkah pertama, enzim mengikat tiga substrat, pertama, QH 2 yang akan dioksidasi
kemudian dengan satu elektron dipindahkan ke sitokrom c yang merupakan substrat kedua.
Dua proton yang dilepaskan dari QH 2 dilepaskan ke dalam ruang antarmembran. Substrat
4
ketiga adalah Q, yang menerima dua elektron dari QH 2 dan direduksi menjadi Q.-, yang
merupakan radikal bebas ubisemikuinon. Dua substrat pertama dilepaskan, namun zat antara
ubisemikuinon ini tetap terikat. Pada langkah kedua, molekul kedua QH 2 terikat dan
kemudian melepaskan satu elektronnya ke akspetor sitokrom C. Elektron kedua dilepaskan
ke ubisemikuinon yang terikat, mereduksinya menjadi QH 2 ketika ia menerima dua proton
dari matriks mitokondria. QH 2 ini kemudian dilepaskan dari enzim (Nelason dan Cox,
2004).
Karena koenzim Q direduksi menjadi ubikuinol pada sisi dalam membran dan
teroksidasi menjadi ubikuinon pada sisi luar, terjadi transfer proton di membran, yang
menambah gradien proton. Mekanisme dua langkah ini sangat penting karena ia
meningkatkan efisiensi transfer proton. Jika hanya satu molekul QH 2 yang digunakan untuk
secara langsung mereduksi dua molekul sitokrom C, efisiensinya akan menjadi setengah,
dengan hanya satu proton yang ditransfer per sitokrom C yang direduksi (Nelason dan Cox,
2004).
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks III adalah oksidasi satu molekul ubikuinol dan
reduksi dua molekul sitokrom C. Tidak seperti koenzim Q yang membawa dua elektron,
sitokrom C hanya membawa satu elektron (Nelason dan Cox, 2004).
d.
Kompleks IV
Pada tahap akhir dari rantai respirasi,
Empat elektron direduksi oleh O2 melibatkan pusat redoks yang hanya membawa
satu elektron pada satu waktu, dan harus terjadi tanpa menghasilkan produk sampingan
seperti hidrogen peroksida atau hidroksil yang sangat bersifar radikal bebas dan reaktif
sehingga dapat merusak komponen sel. Produk sampingan ini akan tetap terikat erat pada
Kompleks IV sampai benar-benar dikonversi menjadi air (Nelason dan Cox, 2004).
C.
Kemiosmosis
Rantai trasnspor elektron
penurunan
energi
D.
Kesimpulan
Pembentukan ATP melalui proses fosforilasi oksidatif dibagi menjadi dua bagian
yaitu rantai transpor elektron dan kemiosmosis. Rantai transpor elektron memastikan bahwa
elektron yang berasal dari bahan organik diterima oleh oksigen. Bahan baku dalam rantai
7
transpor elektron adalah NADH dan FADH 2 . Setelah melalui rantai transpor elektron, ion
H+ akan memasuki proses kemiosmosis yang melibatkan enzim ATP sintase. Proses ini
berfungsi untuk membentuk ATP dari ADP dan fosfat anorganik.
Daftar Rujukan
Metzler, D. E. 2003. Biochemistry: The Chemical Reactions of Living Cells, Second Edition.
Elsevier Academic Press.
Nelson, D. L., dan Cox, M. M. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry, Fourth Edition.
W. H. Freeman Publisher.
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson, R. B.,
2011. Campbell Biology Ninth Edition. San Francisco: Pearson Education, Inc.