You are on page 1of 29

BAHAN PELEDAK

Sejak awal perkembangan industri bahan peledak komersial sampai sekarang,


telah banyak penelitan yang dilakukan guna mendapatkan sistem yang paling efisien
untuk menggali bahan galian atau bahan mentah dari dalam bumi.
II.1 Sejarah Perkembangan Bahan Peledak
Sejarah perkembangan bahan peledak dimulai dari black powder sampai
dengan bahan peledak modern.
1. Black Powder
Abad 13

Abd. Allah (Arabian) pertama kali menyebut salpeter dalam


tulisannya, dan menamakan black powder sebagai chinese
snow.

1917

Perang

dunia

I,

pemakaian

black

powder

sebanyak

227.118.525lb
Banyak pabrik black powder ditutup karena kekurangan

1930.1940

pasaran.
Du Pont tidak memasarkan lagi black powder.

1973
2. Dynamites
1846

Ascanio Sobero, menemukan nitroglycerin

1936

Biazzi, mendemonstrasikan proses menerus untuk produksi


nitroglycerin di Eropa.

1950

Ammonium nitrate dicampur dengan bermacam-macam


bahan bakar mulai menggantikan sejumlah besar penggunaan
nitroglycerin dynamites. Water gel dikomersilkan.

II-1

Du Pont, lebih tertarik pada usaha water gel explosives, yang

1974

diberi nama dagang Tovex.


3. Ammonium Nitrate dan Water Gel Tovex
1659 J.R. Glauber, membuat dan menguraikan nitrate.
1970 Du Pont, mengembangkan program tovex berdiameter kecil.
1974 Du Pont, mengganti Du Pont dynamite dengan Tovex water
gels.
4. Initiating Devices
1745 Doctor Watson, meledakkan black powder memakai bunga api
listrik (electric spark), the royal society of England
1750

Ben Franklin, memperbaiki cara Watson dengan

memadatkan black powder dalam kotak.


1950 Dikembangkan delay connector untuk

sumbu

ledak yang

memberikan suatu delay yang relatif tepat dari sumbu ledak.


1960 Low energy detonating cord diperkenalkan, yang menyebabkan
perbaikan dari Non eletrical detonating system.
1976 Diperkenalkan non eletronical delay cap yang memberikan
perbaikan waktu dan pengurangan tingkat kegaduhan (noise evel).

II.2 Klasifikasi Dan Sifat-Sifat Bahan Peledak


1. Klasifikasi Bahan Peledak
Peledakan adalah metode pemberaian batuan dalam tambang dan proyek
konstruksi yang paling utama disamping cara-cara lain. Berdasarkan pada
perbedaan dalam bentuk energi yang dipergunakan untuk memberai batuan,
maka pemberaian batuan dapat dilaksanakan dengan berbagai metode (lihat
tabel 1).
II-2

TABEL 1
KLASIFIKASI METODE PEMECAHAN BATUAN
BERDASARKAN PADA ENERGI YANG DIPERGUNAKAN
Bentuk energi yang
dipergunakan

Metode
Peledakan

Kimia
Pneumatic
Ripping
Mekanis
Impact
Fluida
Listrik

Menyemprot tanah
(soil)
Menyembur batuan
Electric arc atau
lompatan listrik

Alat atau mesin yang


digunakan
High explosives,
blasting agent, liquid
oxygen (LOX),
black powder
Udara bertekanan
tinggi, silinder
carbondioxide
Ripper teeth, dozer
blade
Hydraulic impact
hammer, drop ball.
Hydraulicking
(monitor)
Hydraulic jet
Eletctrofac machines

Dari metode yang disebutkan di atas, hanya energi kimia atau metode
peledakan yang dipergunakan secara luas untuk pemberaian batuan yang kuat.
Kecuali bahan peledak kimia, masih ada jenis bahan peledak lain, yaitu bahan
peledak mekanis (mechanical explosive) dan nuklir (nuclear) seperti yang
tercantum dalam klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (lihat gambar
1).

II-3

NBSPKM er ia uo e i r kh nk k m u a ni
lPnmsa i irend b ei rl ie le sm e r d i a s ki b l
eLraK e u m a t a h
GAMBAR 2.1

KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK MENURUT J.J. MANON


Menurut klasifikasi J.J. Manon, permissible explosives digolongkan
dalam bahan peledak lemah, hal tersebut kurang tepat karena tidak semua
permissible explosives merupakan bahan peledak lemah, sehingga sebaiknya
dipakai klasifikasi bahan peledak yang lain (lihat gambar 2).

II-4

B B aB ahl Na hBa hs aon at ni h nP aP ge n el e l ed d a ak k K u a t


P P e Aer l mle Lge d ide as ynam ik abkt anKl eh g u Aa t s l i
GAMBAR 2.1
KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
2.

BAHAN PELEDAK KIMIA

II-5

Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa


kimia yang apabila dikenakan panas, gesekan atau kejutan (shock) secara
cepat

dengan

sendirinya

akan

bereaksi

dan

terurai

(exothermic

decomposition).
Penguraian ini menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya
berupa gas-gas bertekanan tinggi karena gas-gas tersebut mengembang pada
suhu tinggi akibat panas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis.
Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan peledak terutama
tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama peledakan.
Ada dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak
kimia, yaitu detonation dan deflageration. Detonation menunjukkan
reaksi kimia yang terjadi melalui bahan peledak dengan kecepatan yang lebih
cepat daripada kecepatan suara, sedangkan deflageration menunjukkan
reaksi kimia yang lebih lambat daripada kecepatan suara.
a. Bahan peledak lemah (low explosives)
Bahan peledak lemah adalah campuran dari potasium nitrat atau sodium
nitrat, sulphur, dan charcoal yang biasa disebut black powder.
b. Bahan peledak kuat (Hight explosives)
Berdasarkan fungsinya bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat
bahan peledak kuat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Bahan peledak dasar (explosives bases)
2) Bahan bakar (combustibles)
3) Pembawa oksigen (oxygen carries), antacids
4) Penyerap (absorbents)

II-6

TABEL 2
BAHAN-BAHAN YANG DIPAKAI DALAM CAMPURAN BAHAN PELEDAK

3. KOMPOSISI KIMIA BAHAN PELEDAK


Bahan peledak kuat yang diperdagangkan pada umumnya diharapkan
menghasilkan panas peledakan (heat of explosion) setinggi mungkin,
II-7

memberikan energi yang maksimum dan menghindari terbentuknya gas-gas


beracun (fumes). Bahan peledak komersial merupakan campuran bahan-bahan
sedemikian rupa sehingga dicapai keadaan oxygen balance) (sedapat mungkin
mendekati zero oxygen balance).
Umumnya produk yang dikehendaki dari suatu peledakan adalah uap
air (steam, H2O), carbon dioxide (CO2), gas nitrogen (free molecular nitrogen,
N2) dan oksida padat (solid oxides) semuanya adalah relatif lamban (inert) dan
tidak beracun.
Contoh:
3 NH4NO3 + CH2 --- 7 H2O + CO2 + 3 N2
2 AI + 6 NH4 NO3 + CH2 --- 13 H2O + CO2 + 6 N2 + AI2)3
a. Menentukan Neraca Oksigen (Oxygen Balance)
Apabila suatu bahan peledak hanya mengandung elemen-elemen
karbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen, hubungan yang dipakai untuk
menghitung neraca oksigen dapat dinyatakan sebagai berikut:

OB = O0 2 Co -

1
2

Ho .. .. .. .. (1)

Keterangan:
Oo, Co, Ho adalah menyatakan jumlah gram atom dari masing-masing
elemen dalam bahan peledak. Dari persamaan (1) dapat dilihat angka 2 dan
didapat masing-masing dari 2 atom oksigen yang dibutuhkan untuk
setiap atom karbon dan atom oksigen yang dibutuhkan untuk setiap atom
hidrogen.
Apabila bahan peledak mengandung elemen-elemen tambahan yang
mempunyai afinitas terhadap oksigen, maka Oo harus dikoreksi menjadi
sebagai berikut:
OB = Oo Nao Cao dan lain-lain) 2Co Ho .... (2)
II-8

Untuk memecahkan soal neraca oksigen perlu ditentukan harga-harga gram


atom setiap elemen per satuan berat.
Contoh:
NH4 NO3 dengan berat molekul 80, jumlah gram atom untuk masingmasing elemen per 100 gram senyawa adalah sebagai berikut:
N : 2 gram atom, per mole
2/80 x 100 = 2,50 gram atom per 100 gram
H : 4 gram atom per mole
4/80 x 100 = 5,00 gram atom per 100 gram
O : 3 gram atom per mole
3/80 x 100 = 3,75 gram atom per 100 gram
Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa, atau
prosentasi komposisi adalah sebagai berikut:
N : 2,50 x 14 = 35 gram (35% berat)
H : 5,00 x 1 = 5 gram (5 % berat)
O : 3,75 x 16 = 60 gram (60 % berat)
Contoh perhitungan neraca oksigen suatu campuran dengan komposisi
seperti di bawah ini adalah sebagai berikut:
Komposisi
Nitroglyserin (NG

18 %

Trinitrotoluence (TNT)

3%

Ammonium Nitrate (AN)

55 %

II-9

Sodium Nitrate (SN)

10 %

SG Pulp (SG)

12 %

Calcium carbonate (CC)


Jumlah

2%
100 %

Pertama adalah menentukan jumlah gram atom elemen semua bahan-bahan


yang terkandung dalam 100 gram campuran (bahan peledak). Dari tabel di
atas dinyatakan jumlah gram atom setiap elemen dapam setiap 100 gram
bahan (ingredient).
Dengan memakai tabel tersebut maka perhitungan akan lebih mudah,
sebagai contoh: 18 gram (atau persen) nitroglisering (NG) dalam 100 gram
campuran terdapat emenen hidrogen = 0,18 x 2,20 = 0,396 gram atom.
Dengan cara yang sama jumlah atom setiap elemen dalam setiap bahan
dihitung seperti di bawah ini:
Analisis gram atom per 100 gram campuran.
NG

%
18

H0
0.396

N0
0.238

O0
0.713

C0
0.238

Ca0
-

Na0
-

TNT

0.066

0.040

0.079

0.093

AN

55

2.748

1.374

2.061

SN

10

0.118

0.353

SG

12

0.756

0.257

0.500

CC
TOTAL

2
100

3.966

1.770

0.060
3.523

0.020
0.851

0.020
0.020

0.118

Dengan memakai persamaan (3-2) maka neraca oksigen dapat ditentukan;


OB = (Oo Nao Cao) 2 Co Ho
OB = (3,523 x 0,118 0,020) 2 x 0,851 x 3,966
II-10

OB = 3,44 3,685 = -02,41 gram atom per 100 gram campuran (negatif)
Karena kekurangan oksigen bahan peledak tersebut akan menghasilkan
sejumlah gas CO.
b. Komposisi Bahan Peledak
Membuat suatu bahan peledak dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan tertentu memerlukan pengertian tentang campuran bahanbahan dalam bahan peledak dan bagaimana kemungkinan reaksinya.
Sebagai prosedur dasar dapat dipakai prinsip neraca oksigen, dimana hasil
peledakan hanya membentuk CO2, H2O, N2 dan biasanya oksida padat.
Perbandingan bahan-bahan dalam campuran dapat ditentukan dengan
dua cara:
1) Bahan peledak mengandung AN, NG dan wood pulp (SG) yang perlu
dihitung berapa perbandingan setiap bahan dalam campuran. Apabila
permsamaan reaksinya diketahui maka dapat dihitung sebagai berikut:
a AN + b NG + c SG = d CO2 + H2O = f N2
atau
11 NH4NO3 + 2 C3H5 (NO3)3 + C6H10O5 = 12CO2 + 32H2O + 14 N2
substitusikan berat molekul untuk setiap senyawa.
11 (80) + 2 (227) + 1 (162) = 12 (44) + 32 (18) + 14 (28)
1496 gram = 1496 gram
Jadi prosentase masing-masing bahan (senyawa) adalah:
AN = 100 x (880/1496) = 58,8 %
NG = 100 x (454/1496) = 30,4 %
II-11

SG = 100 x (162/1496) = 10,8 %


2) Cara menghitung perbandingan bahan-bahan dalam bahan peledak
dimana persamaan reaksinya tidak diketahui. Bahan

peledak

ANFO

dengan campuran yang diharapkan memiliki neraca oksigen nol (zero


oxygen balance).
a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2

AN

%
X

Ho
5,00 X

No
2,50 X

Oo
3,75 X

Co
-

FO
Total

Y
1,00

14,80 Y
(5,00 X + 14,80) 2,50 X

3,75 X

7,10 Y
7,10 Y

Karena X + Y sama dengan 100 persen, maka X + Y = 1


OB = Oo 2 Co Ho
Substitusikan angka gram setiap elemen ke dalam persamaan
OB = 3,75 x 2(7,10 Y) (5,00 X + 14,8 Y) = 0
1,25 X = 21,60 Y
X = 17,3 Y
Apabila X + Y = 1, maka 17,3 Y + Y = 1
Y = 0,055 (5,5 % FO)
X = 0,945 (945 % AN
Contoh beberapa campuran ANFO dengan neraca oksigennya:
a. 94,5 % AN 5,5 FO (neraca oksigen no.1)
3 NH4NO3 + CH2 = 7 H2O + CO2 + 3 N2 + 930 Kcal/kg

II-12

b. 92,0 % AN 8,0 % FO (fuel axcess)


2 NH4NO3 + CH2 = 5 H2O + CO + 2N2 + 810 Kcal/kg
c. 96,6 % AN - 3,4 % FU (fuel shortage)
5 NH4NO3 + CH2 = 11 H2O + CO2 + 4 NO + 600 Kcal/kg
4. SIFAT-SIFAT BAHAN PELEDAK
Bahan peledak mempunyai bermacam-macam sifat. Untuk jenis bahan
peledak tertentu sifat-sifatnya bervariasi tergantung dari pabrik yang
membuatnya.
Sifat-sifat bahan peledak yang akan dibahas disini adalah sifat-sifat yang
berguna sebagai petunjuk umum memilih bahan peledak. Sifat-sifat tersebut
adalah ; strength, detonation velocity, density, detonation pressure, waterresistance, dan fumes class, sensitivity and sentiveness.
a. Kekuatan (Strength)
Strength adalah ukuran yang dipergunakan untuk mengukur energi
yang terkandung dalam bahan peledak dan kerja yang dapat dilakukan oleh
bahan peledak. Tes yang dipakai untuk mengukur adalah ballistic mortar
test.
Dua macam ukuran strength yang dipakai untuk menilai bahan
peledak komersial yaitu: weiht strength adalah membandingak kekuatan
bahan peledak dengan dasar berat yang sama dan cartridge atau bulk
strength membandingkan kekuatan bahan peledak dengan dasar volume
yang sama. Strength dinyatakan dalam persen dengan straight nitrilycerin
dynamite dipakai sebagai standar.
Kekuatan
II-13

1 pound

Extra dynamite 40 % weight strength

1 pound

Ammonia gelatin 40 % weight strength

1 pound

40 % straight dynamite

1,25 x 8 cartridge

Extra dynamite 30 % cartridge strength

1,25 x 8 cartridge

Semigelatin 30 % cartridge strength

sama

sama

1,25 x 8 cartridge 30 % straight dynamite


Weight strength dan cartridge strength dari suatu bahan peledak
adalah sama apabia specific gravity dari bahan peledak adalah 1,4. Istilah
strength pertama kali dipakai untuk dinamit dengan bahan-bahan aktif
(active ingredients) seperti sodium nitrate dan carbonaceous fuel yang akan
menambah energi dalam bahan peledak. Akibatnya 60% straight dynamite
yang mengandung 60 % nitrogiserin hanya kurang lebih 1 kali kekuatan
dari 20% stratight dynamite, karena energi yang diberikan oleh tambahan
sodium nitrate dan carbonaceous material dalam 20% stratight dynamite.
Hubungan antara weight strength dan cartridge strength dari suatu
bahan peledak tergantung pada densitynya. Apabila specific gravity adalah
1,4, cartridge count (jumlah cartridge 1 x 8 dalam kotak 50 pound)
kurang lebih 100, maka weight strength sama dengan cartridge strength.
Kalau spesific gravity kurang dari 1,4 (cartridge count lebih besar dari
100), maka cartridge strength kurang dari weight strength. Kebalikannya
akan terjadi apabila berat kedua ukuran strenth gravity) lebih besar dari 1,4.
Monogram dalam gambar 3 dapat dipergunakan untuk menghubungkan
kedua ukuran strength tersebut.
Beberapa bahan peledak kekuatannya dinyatakan dalam weight
strength dan sebagian lagi dinyatakan dalam cartridge strength. Oleh
karena itu penting bagi pemakai bahan peledak mengetahui strength yang
mana untuk menyatakan kekuatan bahan peledak yang akan dipakai.
II-14

Secara umum kekuatan dinamit dinyatakan dengan dasar weight


strength dan gelatin dinyatakan dengan dasar cartridge strength, walaupun
hal ini tidak selalu benar.
b. Kecepatan Detonasi (Detonation Velocity)
Sifat bahan peledak yang sangat penting adalah kecepatan detonasi
yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka terkurung (confined) atau
harga tidak terkurung dengan satuan feet per detik (fps).
Kecepatan detonasi terkurung (confined detonation velocity) adalah
ukuran dari kecepatan gelombang detonasi (detonation wave) yang
merambat melalui kolom bahan peledak di dalam lubang tembak atau
ruang terkurung lainnya.
Sedangkan

kecepatan

detonasi

tidak

terkurung

(unconfined

detonation velocity) menunjukkan kecepatan detonasi bahan peledak


apabila bahan peledak diledakkan dalam keadaan terbuka atau tidak
terkurung.

II-15

GAMBAR 2.3
MONOGRAM WEIGHT CARTRIDGE STRENGTH DAN CARTRIDGE
COUNT
Karena bahan peledak umumnya dipergunakan dalam keadaan
tingkat pengurungan tertentu, harga kecepatan detonasi dalam keadaan
terbuka atau tidak terkurung lebih berarti. Sebagian pabrik mengukur
kecepatan detonasi di dalam kolom bahan peledak berdiameter 1 yang
tidak terkurung, walaupun beberapa pengukuran dilakukan di dalam
pengurungan dengan pipa besi dengan diameter berbeda-beda.
Kecepatan detonasi dari suatu bahan peledak tergantung pada density,
bahan-bahan (ingredients) yang terdapat dalam bahan peledak, ukuran
II-16

partikel dari bahan-bahan, diameter muatan (charge) dan derajat


pengurangan. Pengurangan ukuran butir, penambahan diameter muatan dan
penambahan derajat pengurungan semuanya cenderung menambah
kecepatan detonasi. Memilih bahan peledak yang didasarkan atas
kecepatan detonasi perlu mengetahui apakah kecepatan tersebut terkurung
atau tidak terkurung.
Kecepatan detonasi tidak terkurung umumnya antara 70-80 %
kecepatan detonasi terkurung, sedangkan kecepatan detonasi bahan peledak
komersial bervariasi antara 5.000 25.000 fps. Untuk peledakan pada
batuan keras dipakai bahan peledak yang mempunyai kecepatan detonasi
tinggi (sifat shattering effect) dan peledakan pada batuan lemah dipakai
bahan peledak yang kecepatan detonasinya rendah (sifat heaving action).
Beberapa bahan peledak dan umumnya blasting agents sangat peka
terhadap perubahan diameter muatan. Apabila diameter dikurangi sampai
batas tertentu akan terjadi misfire, diameter ini disebut critical diameter
dimana perambatan tidak dapat berlangsung/ terhenti.
c. Kerapatan (density)
Kerapatan dari suatu bahan peledak dapat pula dinyatakan dalam
berat jenis (specific gravity) atau cartridge count. Berat jenis adalah nisbah
kerapatan bahan peledak terhadap kerapatan air pada kondisi baku
(standar). Sedangkan cartridge count atau stick count adalah sama dengan
140 dibagi berat jenis dari bahan peledak atau dinyatakan dalam jumlah
cartridge berukuran 1 x 8 di dalam kotak seberat 50 lb.
Berat jenis bahan peledak komersial adalah antara 0,6 1,7 atau
cartridge count antara 233 82. Bahan peledak berbentuk butiran (free
running explosives) kerapannya sering dinyatakan dalam jumlah pound
bahan peledak per foot panjang muatan dalam lubang tembak yang
II-17

ukurannya telah ditentukan. Biasanya bahan peledak yang mempunyai


kerapatan lebih besar akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan
yang tinggi. Untuk peledakan ditempat yang kondisinya sukar atau
peledakan yang diharapkan dapat menghasilkan fragmentasi berukuran
kecil diperlukan bahan peledak dengan kerapatan tinggi, sedangkan
sebaliknya diperlukan bahan peledak dengan kerapatan rendah.
Kerapatan suatu bahan peledak menjadi amat penting jika bekerja
ditempat yang kondisinya berair. Bahan peledak dengan berat jenis kurang
dari 1,0 atau cartridge count lebih besar dari 140 tidak akan tenggelam
dalam air.
Hubungan antara kerapatan atau berat jenis, cartridge count dan
loading density adalah sebagai berikut:
Berat jenis atau specific gravity (SG) tidak mempunyai satuan, sedangkan
kerapatan mempunyai satuan g/cc atau lb/cuft. Cartridge count atau stick
count (SC) adalah jumlah cartridge dengan ukuran 1 x 8 di dalam kotak
seberat 50 lb. Loading density (de) adalah jumlah berat bahan peledak per
foot dari panjang muatan dengan satuan lb/ft. Sedang diameter muatan
dinyatakan dalam inci.
de = 0,34 De2 (SG)
Bila : SG = 140/SC atau 141/SC
Maka : de = 48 De2/SC
d. Tekanan detonasi (detonation Pressure)
Tekanan detonasi adalah fungsi dari kecepatan detonasi dan density
suatu bahan peledak merupakan ukuran tekanan di dalam gelombang
detonasi (detonation wafe). Walaupun hubungan kecepatan detonasi dan
II-18

kerapatan dengan tekanan detonasi adalah kompleks dan tergantung pada


bahan-bahan yang terkandung dalam suatu bahan peledak, namun dapat
dibuat pendekatan sebagai berikut:
4.18 x10 7 D C2
P
(1 0.80 D)
dimana:
P = tekanan detonasi, kbr (1 kbr = 14.504 pasi)
D = specific gravity
C = kecepatan detonasi, fps
Monogram

dalam

gambar

dapat

dipergunakan

untuk

memperkirakan tekanan detonasi suatu bahan peledak apabila kecepatan


detonasi dan berat jenisnya diketahui.

GAMBAR 2.4
MONOGRAM HUBUNGAN KECEPATAN TEKANAN
DETONASI DAN BERAT JENIS BAHAN PELEDAK
e.

Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance)

II-19

Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran dari


kemampuan suatu bahan peledak berada dalam air dengan tidak merusak
atau merubah/mengurangi kepekaannya (sensitivity).
Apabila terdapat air dalam lubang tembak dan waktu antara memuat
dan meledakkan agak singkat, bahan peledak dengan nilai water resistance
baik sudah memenuhi. Jika waktu vahan peledak berada dalam lubang
tembak agak lama perlu dipakai bahan peledak dengan nilai water
resistance yang sangat baik atau sempurna (excellent).
Umumnya gelatin mempunyai water resistance paling baik, higher
density dinamites mempunyai water resistance sedang sampai baik, dan
low density dynamites mempunyai water resistance rendah sampai nol
f.

Kelas gas-gas Beracun (Fumes Class)


Diharapkan

dari

detonasi

suatu

bahan

peledak

komersial

menghasilkan uap air (H2O), karbondioksida (CO2) dan nitrogen (N2),


walaupun kadang-kadang terdapat juga hasil tambahan yang tidak
diharapkan yaitu gas-gas beracun seperti karbon monoksida (CO) dan
nitrogen oksida (NO2). Gas-gas beracun ini terbentuk karena hasil suatu
proses peledakan yang tidak zero oxygen balance.
Gas-gas beracun ini disebut fumes dan fumes class dari suatu bahan
peledak menyatakan sifat dan jumlah dari gas-gas beracun yang terbentuk
di dalam proses peledakan. Untuk kegiatan peledakan di tambang terbuka
faktor fumes tidak merupakan suatu persoalan. Di dalam pekerjaan
tambang bawah tanah atau pekerjaan dalam ruang tertutup atau terkurung,
nilai fumes dari suatu bahan peledak yang dipakai merupakan faktor
penting yang harus dipertimbangkan.

II-20

Nilai fumes dari suatu bahan peledak didasarkan pada anggapan


bahwa bahan peledak diledakkan dalam bentuk cartridge. Pengupasan
pembungkus cartridge suatu bahan peledak akan mengganggu neraca
oksigen dan akan berpengaruh kurang baik terhadap gas-gas beracun yang
dihasilkan dan efisiensi peledakan. Air dalam lubang tembak dapat juga
mempunyai pengaruh yang merugikan pada gas-gas beracun yang
dihasilkan dalam proses peledakan, disebabkan oleh kerusakan bahan
peledak atau penyerapan panas dari proses peledakan. Tabel 3.
menunjukkan klasifikasi dari fumes.
Setiap pekerjaan peledakan yang telah ditentukan selalu ada bahan
peledak atau blasting agents yang cocok dan akan memberikan hasil yang
terbaik. Untuk memilih bahan peledak yang sesuai, juru tembak harus
mengetahui kondisi fisik batuan (kekerasan, density, struktur geologi, dan
sebagainya) dan kondisi tempat kerja (keadaan air, ventilasi yang tersedia)
dan tujuan dari pekerjaan peledakan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
agar dapat dipilih bahan peledak yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai.
TABEL 3
KLASIFIKASI FUMES DARI BAHAN PELEDAK
Bureau of mines for permisibles
Class A-0 to 53 liters (0 to 1.87 cuft) toxious gases/1 lb, explosives
Class B-53 to 106 liters (1.87 to 3.74 cuft) toxious gases/1 lb, explosives
Institute of makers of explosives for nonpermissible
Class 1
0.00 to 0.16
cuft toxious gas/ctg

5.

Class 2

0.16 to 0.33

cuft toxious gas/ctg

Class 3

0.33 to 0.67

cuft toxious gas/ctg

DYNAMITES
II-21

a. Straight Nitroglycerin Dynamite


Semula dinamit adalah campuran dari nitrogliserin dan kieselguhr
(diatomaeceous earth). Kemudian kieselguhr diganti dengan bahan aktif
(active ingredients), yang menghasilkan bahan peledak yang lebih kuat.
Straight nitroglycerin dynamite terdiri dari nitrogliserin, sodium
nitrat, antacid, bahan bakar (carbonaceous fuel) dan sulfur.
Bahan peledak ini diproduksi dengan weight strength dari 20-60%,
angka ini menyatakan kira-kira jumlah prosentase dari nitrogliserin. Karena
nitrogliserin mempunyai kecendrungan membeku pada suhu rendah maka
sebagian atau seluruh nitrogliserin di dalam straight dynamite disubstitusi
dengan explosive oil.
Karakteristik straight dynamite adalah sebagai berikut:
Kecepatan detonasi tinggi akan menyebabkan aksi pemberaian yang cepat;
ketahanan terhadap air baik pada higher grade dan jelek pada lower grade,
kualitas fumes umumnya jelek.
Penggunaan straight dynamites sekarang berkurang karena mahal,
peka terhadap kejutan, gesekan dan mudah terbakar.
b. Hight Density Ammonia Dynamite
Ammonia dynamite biasanya dikenal sebagai extra dynamite. Extra
dynamite adalah bahan peledak berbentuk cartridge (dodol) yang paling
banyak dipergunakan di lapangan.
Ammonia dynamite sama komposisinya dengan straight dynamite
kecuali 20-60% weight strenght. Dibandingkan dengan straight dynamite
umumnya karakteristik hight density ammonia dynamite adalah: kecepatan
detonasi lebih rendah, kurang padat, kualitas fumes lebih baik, kurang peka
terhadap kejutan dan gesekan.

II-22

c.

Low-Density Ammonia Dynamite


Low density ammonia dynamite adalah bahan peledak dengan weight
strength kira-kira 65 % dan cartridge strength 20-50%. Seperti high density
ammonia dynamite maka Low density ammonia dynamite di dalamnya
juga mengandung sebagian kecil nitroglyserin dan sebagian besar lainnya
ammonium nitrat. Variasi dalam density memberikan cartridge strength
yang berbeda-beda pada weight strength yang sama. Hal tersebut dapat
diperoleh dengan cara mengubah density dan ukuran butir dari bahanbahan yang dipergunakan.
6. GELATINS

a. Blasting Gelatin
Blasting gelatin mempunyai tekstur karet, komposisinya adalah
nitroglyserin ditambah nitrocellulose yang dikenal sebagai guncotton.
Antacid ditambahkan untuk stabilitas penggudangan atau penyimpanan.
Wood meal biasanya ditambahkan untuk memperbaiki kepekaan.
Sifat blasting gelatin adalah kecepatan detonasi yang tinggi dan
mempunyai ketahanan terhadap air yang sempurna, tetapi menghasilkan
fumes dalam volume yang besar. Blasting gelatin sangat cocok untuk
peledakan di bawah air atau dipergunakan di dalam sumur dalam dengan
tekanan air yang tinggi, namun jarang dipakai karena mahal. Blasting
gelatin juga dikenal dengan nama oil well explosive.
B b. Straight Gelatin
Straight gelatin adalah padat, mempunyai tekstur plastis, dari
nitriglyserin, nitrocellulose, antacid,sodium nitrat, carbonaceous fuel dan
kadang-kadang sulfur. Karena gelatin cenderung melapisi bahan-bahan
II-23

lainnya maka straigh gelatin merupakan bahan peledak yang ketahanannya


terhadap air sangat baik.
Straight gelatin diproduksi dalam weight strength 20-90 % dengan
cartridge strength 30-80 %. Dahulu straight gelatin dipergunakan untuk
peledakan dalam batuan keras ataupun muatan dasar (bottom charge)
dalam kolom bahan peledak karena harganya mahal dalam kebanyakan
penggunaan diganti dengan bahan peledak yang lebih murah seperti
ammonia gelatin.
Staright gelatin yang kadarnya tinggi masih sering dijumpai
dipergunakan dalam peledakan di bawah air dan di dalam sumur dalam.
Straight gelatin mempunyai dua karakteristik kecepatan detonasi,
yaitu: kecepatan detonasi terkurung (confined detonation velocity)
ditentukan oleh pabrik dan ecepatan lain yang lebih rendah sebagai hasil
dari pengurungan yang kurang memadai, penyalaan yang kurang sempurna
atau tekanan hidrostatis yang tinggi. Tekanan air yang sangat tinggi dapat
menyebabkan misfire.
Untuk menghindari kelemahan di atas maka diproduksi seri high
velocity gelatin. High velocity gelatin sama dengan straight gelatin kecuali
kurang padat, lebih peka terhadap detonasi dan selalu meledak mendekati
kecepatan yang telah ditentukan tanpa mengindahkan tekanan air atau
tingkat pengurungan.
C c. Ammonia Gelatin
Ammonium gelatin juga dikenal sebagai special gelatin atau extra
gelatin. Suatu straight gelatin dimana sebagian dari nitroglycerin dan
sodium nitrat diganti dengan ammonium nitrat sehingga ammonium gelatin
lebih murah daripada straight gelatin.
II-24

Kekuatan dariammonium gelatin dinyatakan dalam weight strength


ataupun cartridge strength, tergantung dari pabriknya.
Ammonia gelatin diproduksi dalam weight strength 30-80 % sesuai
dengan cartridge strength 35-72 %. Dibandingkan straight galetin,
ammonia gelatin mempunyai kecepatan detonasi lebih rendah, kualitas
fumes lebih baik dan ketahanan terhadap air lebih kecil, walaupun dapat
ditembakkan secara efisien sekalipun telah berada di dalam air selama
beberapa hari.
Ammonium gelatin telah menggantikan straight gelatin dalam hampr
semua pemakaian kecuali pekerjaan di bawah air dan pekerjaan di sumur
dalam. Karena ammonia gelatin mempunyai nilai fumes yang baik kecuali
90% grade maka sesuai untuk pekerjaan di bawah tanah. Kekuatan yang
lebih tinggi (70% ke atas) efisien dipakai sebagai primer untuk blasting
agents.
D 7. SEMI GELATIN
Semi gelatin dibandingkan dengan ammonia gelatin pada dasarnya sama
dengan low density ammonia dynamite dibandingkan dengan high density
ammonia dynamite.
Semi gelatin series mempunyai weight strength yang seragam (60-65%)
dengan cartridge strength bervariasi tergantung pada density dan ukuran butir
dari bahan-bahan dalam bahan peledak tersebut. Karena sifat-sifatnya adalah
kompromi antara sifat-sifat high-density ammonia dynamite dan ammonia
gelatin, maka semi gelatin mempunyai bermacam-macam kegunaan (serba
guna). Dapat dipergunakan untuk mengganti ammonia dynamite apabila
diperlukan ketahanan terhadap air yang lebih besar dan lebih murah untuk
dipergunakan ditempat basah daripada ammonia gelatin. Semi gelatin
II-25

mempunyai detonation velocity terkurung 10.000-12.000 fps. Pengurungan


yang kurang sempurna tidak mempengaruhi kecepatannya. Kualitas fumes
baik sekali, sehingga memungkinkan dipakai dalam pekerjaan bawah tanah,
karena plastis sangat cocok untuk memuat (loading) ke dalam lubang tembak
ke arah atas.

8. BLASTING AGENTS
Blasting agent adalah suatu campuran yang terdiri dari bahan bakar dan
oxidizer dimaksudkan untuk peledakan dan bahan-bahan campuran tersebut
tidak ada yang dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak. Produk akhir
sebagai campuran dan dibungkus untuk dipakai atau dikapalkan tidak dapat
diledakkan memakai blasting cap no. 8.
Blasting agent disebut juga dengan nama nitrocarbonitrate. Blasting
agent dapat mengandung bahan tambahan bukan bahan peledak seperti TNT
merubah klasifikasi campuran dari formula Sluries dan blasting agent
menjadi high explosive.
a. Dry Blasting Agent

Dry Blasting agent adalah campuran butiran (granular atau prilled)


ammonium nitrate dan bahan bakar berupa fuel oil atau carbonaceous
material lainnya dalam beberapa campuran ditambahkan bahan-bahan
seperti aluminium dan ferrosilicon untuk menambah density.
Dry blasting agent tidak peka terhadap detonator (cap) dan harus
diledakkan oleh high-explosive primer. Untuk menjamin efisiensi
peledakan dari blasting agent diperlukan primer seperti 75 % ammonia
gelatin, composition B, atau pentolite. Priming yang tidak sempurna dan
dalam keadaan tertentu malahan akan terjadi misfire.
II-26

Kecepatan detonasi pada muatan berdiameter 6 inci atau lebih adalah


lebih dari 12.000 fps, tetapi kecepatan pada muatan berdiameter 1 inci
berkurang menjadi setengah harga tersebut di atas. Tabel XIX
menggambarkan hubungan antara kecepatan detonasi dan muatan bahan
peledak dari bermacam-macam diameter lubang tembak.
Keuntungan-keuntungan

blasting

agent

adalah

aman

dalam

pengangkutan, penyimpanan, dan penangannya murah. Blasting agent


mempunyai ketahanan terhadap air yang jelek.
Sangat sukar untuk menyatakan sifat dari blasting agent secara tepat
karena sifat tersebut akan berubah tergantung dari ukuran butir bahan,
density pengurungan, diameter muatan, kondisi air, coupling ratio, jumlah
primer.
Energi ANFO teoritis dapat dotimal pada zero oxygen balance (94,5
% AN dan 5,5 % FO) dimana kecepatan detonasi adalah 14.000 fps.
b. Slurries (water gels)
Istilah sturries dan water gel adalah sama artinya. Beberapa pakar
memakai istilah slurries sedang yang lain memakai istilah water gel.
Slurries adalah campuran oksidator seperti sodium nitrat dan ammonium
nitrat, fuel sensitivezer baik berupa bahan peledak atau bukan bahan
peledak, dan air (biasanya 15%), campuran ini dikentalkan memakai gaur
gum menyebabkan slurries mempunyai ketahanan terhadap air yang
sempurna.
Slurry blasting agent yang mengandung sentivizer bukan bahan
peledak seperti bahan bakar, sulfur atau aluminium tidak peka terhadap
detonatr (non-cap sensitive). Sedangkan slury yang mengandung
sensitivizer bahan peledak seperti TNT adalah peka terhadap detonator (cap
II-27

sensitive). Jadi kurang benar apabila dimasukkan dalam kelompok blasting


agent. Oleh karena itu slurry yang mengandung bahan yang dapat
diklasifikasikan sebagai bahan peledak disebut slury explosive dan peka
terhadap detonator. Seperti blasting agent lainnya slurry blasting agent
memerlukan priming yang cukup supaya dapat dicapai kecepatan detonasi
yang telah ditentukan, primer yang dipakai adalah bahan peledak kuat atau
booster.
Slurry explossive mungkin memerlukan atau tidak memerlukan suatu
primer. Kecepatan detonasi slurry adalah antara 11.000-18.000 fps
tergantung pada sensitivizer, bahan-bahan yang digunakan, diameter
muatan, derajat pengurungan dan density. Spesific gravity slurry antara
1.05 1.60.
Slurry pada umumnya dikenal karena fuel sentivizernya seperti
aluminized slurry, TNT slurry atau smokeless powder slurry.

BAB III
KESIMPULAN

III.1.

Kesimpulan

II-28

1. Bahan peledak dimulai dari Black Podwer, Dynamite, ANFO, bahkan sampai
ke Initiating device yang dikendalikan oleh alat.
2. Menurut J.J. Manon bahan peledak dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
Bahan peledak Mekanis, Bahan Peledak Kimia, dan bahan peledak Nuklir.
Bahan peledak Kimia dibedakan menjadi dua yaitu Bahan Peledak Kuat dan
Bahan Peledak lemah.
3. Bahan Peledak memiliki beberapa sifat yaitu Kekuatan ( Strength ),
Kecepatan Detonasi ( Detonation Velocity ), Kerapatan ( Density ), Tekanan
Detonasi ( Detonation Pressure ), Ketahanan Terhadap air ( Water
Resistence ), Kelas Gas-gas Beracun ( Fumes Class),
4. Blasting agent adalah suatu campuran yang terdiri dari bahan bakar dan
oxidizer dimaksudkan untuk peledakan dan bahan-bahan campuran tersebut
tidak ada yang dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak

II-29

You might also like