Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama
: Ny. RH
Umur
: 29 tahun
Alamat
: Tompaso baru
Status
: Menikah
Agama
: Katolik
Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Nama suami
: Tn. OT
Umur suami
: 29 tahun
Pendidikan suami
: SMA
Pekerjaan suami
: Petani
MRS
: 12 Februari 2014
Anamnesis Utama
Keluhan utama
Anamnesis
BAB/BAK biasa.
Kehamilan: G2P1A0.
P1: pada tahun 2006, bayi perempuan, BBL : 3200gr, di RS. Cantia Tompaso Baru.
B. Riwayat Haid.
Menarche pada umur 16 tahun, siklus teratur, lamanya 3 hari.
Sakit waktu haid hingga tidak dapat bekerja: tidak.
HPHT: 15 Oktober 2013.
C. Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan Dahulu
Keputihan: tidak ada.
Penyakit kelamin: tidak ada.
Pemeriksaan PA dahulu: tidak pernah.
D. Riwayat penggunaan KB : Pernah menggunakan KB Suntik 3 bulan
Pemeriksaan Fisik
Status Praesens:
Keadaan umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg.
Nadi
: 68 x/menit.
Respirasi
: 24 x/menit.
Suhu badan
: 36,5 oC.
Warna Kulit
: Sawo matang.
Edema
: (-)
Kepala
Lidah
: beslag (-).
Gigi
: caries (-)
Kerongkongan
Leher
Dada
Jantung
Paru-paru
Hati
: tak teraba
Limpa
: tak teraba
Kelamin
: normal
Ekstremitas
Neurologis
Status Lokalis
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-).
Auskultasi
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi
Inspekulo
: fluksus (-), fluor (-), vagina t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE
tertutup.
Pemeriksaan dalam:
Fluksus (-)
Portio kenyal, lunak, OUE tertutup.
CU setinggi umur kehamilan
A/P bilateral lemas, massa (-), Nyeri tekan (-).
CD tidak menonjol.
Pemeriksaan lain:
USG (12-02-2014): VU: terisi kurang. Uterus tampak gambaran vesikuler melapisi
seluruh cavum uteri, FF(-), kedua adneksa baik. Kesan: molahidatidosa.
Hb: 8 gr/dl, Leukosit: 12.100/mm3, Trombosit: 233.000/mm3.
RESUME MASUK
G2P1A0, 29 tahun, MRS tanggal 12 Februari 2014, dikirim dari RS. Cantia Tompaso Baru
dengan diagnosa P1A0, 29 tahun, dengan suspek mioma uteri. Perdarahan (+) 3 minggu
SMRS sedikit-sedikit, pembesaran perut (+) 2 minggu SMRS, nyeri (+) seperti diiris-iris
yang hilang timbul, riwayat terlambat haid (+), mual dan muntah (+). HPHT 15-10-2013.
Hasil USG tanggal 12-02-2014 kesan: mola hidatidosa.
Status praesens: T: 110/70 mmHg, nadi: 68 x/menit, respirasi: 24 x/menit, suhu: 36,5 0C.
Status Obstetrik: TFU 2 jari bawah pusat, ballotement (-).
Status Ginekologi:
Inspeksi
Inspekulo
: fluksus (-), v/v t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE tertutup.
PD
kehamilan, A/P bilateral lemas, nyeri tekan (-), massa (-), CD tidak
menonjol.
Diagnosis Sementara : G2P1A0, 29 tahun, dengan mola hidatidosa.
Sikap:
Evakuasi jaringan dengan kuret suction
Konseling
Lab, USG, cross match, FT3, FT4, TSHS, EKG, -HCG kuantitatif
Foto Thorax
Hasil Laboratorium
Hb
: 8,0 gr/dl
Leukosit
: 12.100/mm3
Trombosit : 233.000/mm3
TSHs
FT4
: 3,92ng/dL
FT3
: 8,32pg/ml
: 0,008IU/mL
OBSERVASI
13 Februari 2014
Keluhan
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
14 Februari 2014
Keluhan
: Mual (+)
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
Perbaiki KU
/ Tranfusi PRC
Konsul interna
Antasida 3x1 cth
Ondansentron tab
15 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Status Lokalis
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
Perbaiki KU
PTU 3x100g
Propanolol 3x10g
Cek laboratorium
Ondansentron tab
Hasil Laboratorium
Hb
: 9,2 gr/dl
: 9.800/mm3
Leukosit
Trombosit : 193.000/mm3
Ureum
Kreatinin
SGOT
: 49 U/L
SGPT
: 86 U/L
: 23 mg/dl
: 0,4 mg/dl
16 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
Perbaiki KU
PTU 3x100g
Propanolol 3x10g
17 Februari 2014
Keluhan
: (-)
:
: Cembung
10
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
Perbaiki KU
PTU 3x100g
Propanolol 3x10g
Lapor konsulen (dr.M.R, SpOG-K)
Advis : R/ Evakuasi jaringan, konseling, periksa PA
18 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
19 Februari 2014
Keluhan
: (-)
11
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
PTU 3x100g
Propanolol 3x10g
20 Februari 2014
Keluhan
: perdarahan (+)
Inspeksi
: Cembung
Palpasi
Perkusi
: WD (-)
Auskultasi
: BU (+)
Diagnosa
Sikap
IVFD
Bed rest
21 Februari 2014
09.00
12
09.30
Diagnosa
Sikap
IVFD RL
Tranfusi PRC
Methergin
Oksitosin
Ceftriaxone 3x1gr
Hasil Laboratorium
Hb
: 9,5 gr/dl
Leukosit
: 38.100/mm3
Trombosit : 197.000/mm3
22 Februari 2014
Keluhan
: Demam
Abdomen
Diagnosa
Sikap
IVFD RL
Ceftriaxone 3x1gr i.v
Metronidazole drips 2x0,5g
Tranfusi PRC setelah demam
Observasi
23 Februari 2014
Keluhan
: (-)
13
Abdomen
Diagnosa
Sikap
IVFD
Ceftriaxone 3x1gr i.v
Metronidazole drips 2x0,5g
Tranfusi PRC
PTU 3x1
Propanolol 3x1
Observasi
24 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Abdomen
Diagnosa
Sikap
IVFD
Ceftriaxone 3x1gr i.v
Metronidazole drips 2x0,5g
Tranfusi PRC
PTU 3x1
Propanolol 3x1
SF 2x1
Methergin 2x1 i.v
Observasi
14
25 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Abdomen
Diagnosa
Sikap
IVFD
Ceftriaxone 3x1gr i.v
Metronidazole drips 2x0,5g
Tranfusi PRC
PTU 3x1
Propanolol 3x1
SF 2x1
Methergin 2x1 i.v
Cek lab
Hasil Laboratorium
Hb
: 10,1 gr/dl
Leukosit
: 18.500/mm3
Trombosit : 352.000/mm3
Ureum
Kreatinin
SGOT
: 24 U/L
SGPT
: 26 U/L
: 10 mg/dl
: 0,4 mg/dl
26 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Abdomen
Diagnosa
Sikap
IVFD
Ceftriaxone 3x1gr i.v
Metronidazole drips 2x0,5g
PTU 3x1
Propanolol 3x1
SF 2x1
Cek lab
Konfirmasi konsulen (dr.B.J.Laihad,SpOG-K), Advis : USG Fetomaternal
27 Februari 2014
Keluhan
: (-)
Abdomen
Diagnosa
Sikap
IVFD
Ceftriaxone 3x1gr i.v
Metronidazole drips 2x0,5g
PTU 3x1
Propanolol 3x1
SF 2x1
Cek lab
USG Fetomaternal
16
9 Maret 2005.
Keluhan
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 130/80 mmHg, N: 88x/mnt, R: 24x/mnt, Sb:
36,8 0C.
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
Status praesens : KU: cukup, Kes: CM, T: 90/60 mmHg, N: 120x/mnt, R: 32x/mnt, Sb:
36,8 0C.
Kepala
: konjungtiva anemis /
17
Toraks
Abdomen
Ekstremitas
: akral dingin
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi
: fluksus (+), vulva t.a.k. Tampak keluar gelembung mola campur darah
500 cc.
Inspekulo : fluksus (+), v/v t.a.k, portio licin, erosi (-), livide (+), OUE terbuka,
tampak gelembung mola dan jaringan keluar dari OUE.
Diagnosa
Sikap
: - IVFD 2 jalur
- sedia donor, informed consent.
- konsul penyakit dalam.
- kuretase hisap
- lapor konsulen setuju kuretase hisap.
Jam 10.15
Kuretase hisap dimulai:
Ringtang dilepas.
Kontrol perdarahan.
Spekulum dilepas.
Status lokalis
Status ginekologis : PD: portio lunak, CU sebesar umur kehamilan 8-10 mgg.
A/P kanan/kiri: massa (-), Nyeri tekan (-).
Diagnosa
Sikap
: - antibiotika
- metilergometil 3 x 1 tab
- transfusi
- cek Hb
- advis konsulen (dr. ML, SpOG): pasang kateter.
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- IVFD
- transfusi
- balance cairan
- lapor konsulen (dr. ML, SpOG-K)
advis: pasang ulang kateter, konsul interna, lasix 1 ampul.
: tidak ada
19
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- IVFD
- transfusi
- cek Hb
- balance cairan (tampung urin 24 jam)
- konsul interna.
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- IVFD
Hb sahli: 9 gr/dl.
14 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
20
- cek hasil PA
Jam 14.35 hasil meeting: kuret II dan rencana MTX.
15 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - cefadroxil 3 x 500 mg
- SF 2 x 1 tab
- advis konsulen (dr. ML,SpOG-K)
periksa -HCG urin kualitatif sebelum kuret II & -HCG
kuantitatif setelah kuret II.
- rencana kuret tajam (kuret II) tgl 17 Maret 2005.
- roboransia.
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- rencana kuret II besok (17 Maret 2005)
Hasil PA (Kuret I): villi khorialis dengan degenerasi hidropik dan sel-sel trofoblast, tampak
juga bagian perdarahan. Kesan: mola hidatidosa.
17 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
21
Status lokalis
Diagnosa
Sikap
: - rencana kuret II
- roboransia
- uterotonika
Jam 11.45.
Dilakukan kuretase II (kuretase tajam).
Penderita dibaringkan terlentang dalam posisi litotomi di atas meja ginekologi.
Antisepsis vulva dan sekitarnya.
Pasang spekulum cocor bebek.
Portio dan sekitarnya dilakukan antisepsis dengan kasa betadin.
Dilakukan anestesi paraservikal blok di arah jam 4 dan jam 8.
Portio dijepit dengan tenakulum di arah jam 11.
Dilakukan sondase, uterus antefleksi, ukuran 6 cm.
Dilakukan kuretase tajam sesuai arah jarum jam sampai yakin bersih. Kontrol
perdarahan (-).
Diberikan injeksi methergin IM 1 ampul.
Tenakulum dilepas, kontrol perdarahan ulang (-).
Portio dibersihkan dengan kasa betadine.
Spekulum dilepas.
Kuretase selesai.
Perdarahan : 100 cc
Jaringan
: 20 cc diperiksa PA.
N: 84 x/mnt
R: 20 x/mnt.
18 maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
22
- antibiotika
- uterotonika
- rencana periksa -HCG kuantitatif (tgl 21 Maret 2005).
19 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- uterotonika
- rencana kemoterapi profilaksis dengan MTX.
20 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa, post kuret ke-2 hari III
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- uterotonika
- rencana kemoterapi dengan MTX.
- Laboratorium lengkap dan -HCG besok.
21 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
23
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- rencana kemoterapi dengan MTX.
- Laboratorium lengkap dan -HCG.
Laboratorium:
Hb
: 10,6 gr/dl
Leukosit : 8.100/mm3
Trombosit: 357.000/mm3
Ureum
SGOT
: 9 U/L
SGPT
: 12 U/L.
: 18 mg/dl
: tidak ada
Diagnosa
Sikap
: - roboransia
- antibiotika
- rencana kemoterapi dengan MTX.
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa (post kuret ke-2 hari VIII)
Sikap
: - roboransia
- kemoterapi profilaksis dengan MTX obat sudah ada.
24
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa (post kuret ke-2 hari VIII)
Sikap
: - roboransia
Jam 20.00 (28 Maret 2005) Lapor konsulen (dr. ML, SpOG-K)
Advis: - pulang.
- kontrol tiap 2 minggu.
29 Maret 2005.
Keluhan
: tidak ada
Diagnosa
: P1A1, 26 tahun, dengan mola hidatidosa (post kuret ke-2 hari VIII)
Sikap
: - R/ pulang.
25
DISKUSI
Permasalahan yang akan didiskusikan pada kasus ini adalah:
1. diagnosis
2. penanganan
3. komplikasi
4. prognosis
Diagnosis
Secara ringkas gambaran diagnostik yang berhubungan dengan mola hidatidosa adalah
sebagai berikut:
Perdarahan pervaginam sedikit-sedikit yang ireguler, dapat juga profus yang
dimulai setelah kehamilan 2 bulan.
Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
26
kehamilan
muda
yang
berlebihan
seperti
hiperemesis,
27
Pemeriksaan hCG urin kualitatif dengan hasil yang negatif sangat tidak sesuai
dengan hasil USG yang berupa kehamilan tidak baik, sehingga untuk mengkonfirmasi hal
tersebut maka dilakukan pemeriksaan hCG darah secara kuantitatif (titrasi hCG) dan hasil
yang didapat adalah kadar -hCG yang sangat tinggi jauh dari normal yaitu 569.041
mIU/ml. Pada kehamilan yang normal kadar -hCG biasanya kurang dari 100.000 mIU/ml,
dan kadar
yang lebih dari 100.000 mIU/ml dapat dicurigai sebagai suatu mola
hidatidosa.4,5 Karena tingginya kadar dari -hCG pada penderita ini sehingga mulai tanggal
8 Maret 2005 dirawat sebagai mola hidatidosa dan direncanakan untuk dilakukan evakuasi
mola hidatidosa dengan kuretase hisap.
Diagnosa mola hidatidosa pada penderita ini belum dapat ditegakkan sejak awal
karena pada awalnya tidak ditemukan gejala maupun tanda yang dapat menunjang
diagnosa mola hidatidosa. Gejala yang ada pada penderita ini hanya berupa perdarahan
dari jalan lahir yang sedikit-sedikit yang bisa juga ditemukan pada kelainan ginekologi lain
seperti pada mioma uteri. Gejala lain yaitu gejala kehamilan muda yang berlebih yang
merupakan gejala dari mola hidatidosa seperti hiperemesis, hipertiroidisme, dan
preeklamsi juga tidak menonjol. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembesaran uterus tetapi
bila dilihat dari keterlambatan haid (riwayat amenore), pembesaran uterusnya sesuai
dengan umur kehamilan. Pada mola hidatidosa salah satu tanda klasiknya adalah
pembesaran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan. Namun tidak semua penderita
mola hidatidosa dapat menunjukkan pembesaran uterus yang lebih besar dari usia
kehamilan. Berdasarkan penelitian hanya kira-kira 50% dari penderita mola hidatidosa
yang menunjukkan pembesaran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan. 5 Bahkan ada
juga penderita mola hidatidosa dengan besar uterus lebih kecil dari usia kehamilan yang
bisa ditemukan pada jenis dying mole.2 Selain itu, dengan pemeriksaan hCG urin kualitatif
di poliklinik ginekologi hasilnya negatif.
Diagnosa mola hidatidosa baru dapat ditegakkan dengan pasti bila kita melihat
lahirnya gelembung mola. Tetapi bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar
biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung mola umumnya disertai
perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun. 2 Pada penderita ini
gelembung mola baru terlihat setelah diagnosa mola hidatidosa ditegakkan dari
pemeriksaan -hCG.
Untuk membantu dalam mendiagnosa mola hidatidosa, salah satu pemeriksaan
yang dianggap memiliki ketepatan dan sensitifitas yang tinggi yaitu dengan USG. Dari
28
USG suatu mola hidatidosa dapat terlihat berupa gambaran khas yaitu menyerupai badai
salju (snow flake pattern) atau gambaran sarang tawon (honey comb appereance) dan
terlihat gambaran seperti rangkaian buah anggur (grape de raisins) bila gelembung mola
mempunyai diameter yang lebih besar.6,10,11 Namun USG pada penderita ini tidak
menunjukkan gambaran khas tersebut, yang terlihat hanya berupa kantung kehamilan
(gestational sack) tanpa ada gambaran janin sehingga didiagnosa sebagai suatu kehamilan
tidak baik. Tidak ditemukannya gambaran khas dari mola hidatidosa dengan USG pada
penderita ini kemungkinan disebabkan oleh mola yang tidak terlalu besar sehingga tidak
terlihat dengan jelas. Berdasarkan kepustakaan pada kehamilan trimester I gambaran mola
hidatidosa tidak spesifik, sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik
atau mioma uteri. Gambaran spesifik biasanya terlihat pada trimester II.2
Dengan demikian diagnosa mola hidatidosa pada penderita ini sebelum evakuasi
mola hanya ditegakkan melalui pemeriksaan kadar -hCG darah yang tinggi (569.041
mIU/ml). Diagnosa yang pasti pada pasien ini baru dapat ditegakkan setelah terlihat
gelembung mola yang keluar, yang dipertegas dengan pemeriksaan PA terhadap jaringan
yang dievakuasi dengan kuretase hisap.
Penanganan
1. Perbaiki keadaan umum
Dengan ditegakkannya diagnosa mola hidatidosa pada penderita ini maka
dilakukan penanganan yang sesuai untuk mola hidatidosa. Pada penderita ini dilakukan
perbaikan keadaan umum terlebih dahulu yaitu dengan pemberian cairan IVFD dan
roboransia. Selain itu disiapkan juga donor darah untuk mengantisipasi perdarahan yang
banyak saat evakuasi mola. Disamping perbaikan keadaan umum, pada pasien ini juga
dilakukan pemeriksaan lain sebagai persiapan yaitu EKG, X-foto toraks dan laboratorium
lengkap.
2. Evakuasi
Tahap berikutnya adalah evakuasi jaringan mola. Pada pasien ini evakuasi pertama
dengan kuretase hisap (vakum kuretase). Kuretase hisap merupakan pilihan saat ini untuk
evakuasi mola karena memiliki beberapa keunggulan yaitu tindakan yang lebih cepat,
29
perdarahan kurang, tidak memerlukan pembukaan serviks yang terlalu besar dan tidak
memerlukan pembiusan.2,10
Sebelum dilakukan kuretase hisap, pasien sempat mengalami perdarahan
pervaginam yang banyak sehingga pada hari itu juga langsung diambil tindakan kuretase.
Setelah kuretase dilakukan perbaikan keadaan umum dengan pemberian transfusi. Untuk
mencegah infeksi maka diberikan antibiotika dan selain itu juga diberikan uterotonika
(metilergometil) untuk memperkuat kontraksi uterus sehingga dapat mencegah perdarahan
setelah evakuasi mola. Setelah kuretase yang pertama, jaringan diperiksa PA dan hasilnya
adalah mola hidatidosa. Setelah kuret yang pertama, satu minggu kemudian dilakukan
kuret kedua berupa kuret tajam untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan hasilnya
dikirim lagi untuk pemeriksaan PA. Hasil pemeriksaan PA untuk jaringan hasil kuret kedua
yaitu sel-sel desidua dan jaringan nekrotik, tanda-tanda keganasan tidak ada.
Pada penderita ini setelah evakuasi mola, dilakukan pemeriksaan -hCG ulang dan
hasilnya kadar -hCG menurun menjadi 14.961 mIU/ml. Hal ini memberikan prognosa
yang baik karena terjadi penurunan kadar hCG dan diharapkan penurunannya terjadi terus
sampai normal.
3. Terapi profilaksis.
Penanganan tahap berikutnya yaitu pemberian terapi profilaksis dengan sitostatika.
Pada penderita ini sempat direncanakan tetapi karena ada perbedaan pendapat sehingga
sampai penderita pulang terapi ini belum diberikan. Terapi profilaksis biasanya diberikan
apabila pengamatan lanjutan sukar dilakukan dan pada kasus mola dengan resiko tinggi
akan terjadi keganasan, misalnya umur tua (> 35 tahun), paritas yang tinggi atau kasus
mola dengan hasil histopatologi yang mencurigakan.2 Untuk pasien ini pengamatan lanjut
tidak sulit untuk dilakukan dan tidak termasuk pada mereka yang beresiko tinggi. Tujuan
profilaksis dengan sitostatika adalah untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan
terjadinya koriokarsinoma. Ada beberapa ahli yang kurang sependapat dengan terapi
profilaksis dengan alasan bahwa kasus mola hidatidosa yang menjadi ganas tidak banyak
dan sitostatika adalah obat yang berbahaya.2,10
Terapi profilaksis yang kedua yang dapat dilakukan pada penderita pasca mola
hidatidosa adalah dengan histerektomi totalis. Indikasi tindakan ini adalah bila usia
penderita > 35 tahun dan jumlah anak cukup.14 Pada kasus ini terapi ini belum dianjurkan
karena umur penderita yang masih muda (26 tahun) dan belum memiliki anak.
4. Pengawasan lanjut
30
Saat pulang penderita disarankan untuk melakukan kontrol setiap 2 minggu dengan
tujuan untuk pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya keganasan. Lama pengawasan
ini dianjurkan berkisar satu sampai dua tahun. Selama pengawasan, secara berkala
dilakukan pemeriksaan ginekologi, kadar hCG dan radiologi. Selama pengawasan
penderita juga dianjurkan untuk jangan dulu hamil dengan menggunakan alat kontrasepsi
seperti kondom, diafragma atau pil KB agar tidak mengacaukan pemeriksaan selama
periode pengawasan.2,3 Jadwal pengawasan yang dianjurkan sesuai protap di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado yaitu 3 bulan I dua minggu
sekali, 3 bulan II 1 bulan sekali dan 6 bulan terakhir 2 bulan sekali.14 Pengawasan diakhiri
bila selama satu tahun setelah keluar dari perawatan kadar hCG pasien dalam batas normal,
atau bila telah hamil lagi.14
Komplikasi
Pada penderita mola hidatidosa kadang terjadi komplikasi-komplikasi yang dapat
membahayakan, seperti perdarahan hebat sampai syok, infeksi sekunder, perforasi karena
keganasan dan karena tindakan serta menjadi ganas pada kira-kira 18-20% kasus.3 Pada
kasus ini selama perawatan dan setelah evakuasi mola juga pada pemeriksaan PA tidak
ditemukan komplikasi yang membahayakan.
Prognosa
Prognosa pada penderita ini saat pulang adalah dubia ad bonam karena tidak
terdapat komplikasi yang membahayakan. Namun prognosa dapat saja berubah bila suatu
saat timbul keganasan yaitu koriokarsinoma. Prognosa yang baik tergantung pada
diagnosis yang cepat dan terapi yang tepat. Kematian pada kasus mola hidatidosa biasanya
disebabkan oleh adanya perdarahan yang banyak, infeksi, eklampsi, payah jantung dan
tirotoksikosis.1,2 Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3
tahun pasca mola, tetapi paling banyak dalam 6 bulan pertama. Kejadian mola berulang
agak jarang. Martaadisoebrata, di RS Hasan Sadikin bandung hanya menemukan 4 dari
323 kasus atau 1,23%. Ada yang mengatakan bahwa mola berulang mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menjadi koriokarsinoma. 2 Untuk menentukan kapan kembalinya fungsi
reproduksi agak sukar karena umumnya mereka diharuskan untuk memakai kontrasepsi.
Namun pada umumnya kemampuan reproduksi pasca mola tidak banyak berbeda dari
kehamilan lainnya dan anak-anak yang dilahirkan setelah mola hidatidosa ternyata
umumnya normal.2
31
32
2. Diagnosa mola hidatidosa yang cepat serta penanganan yang tepat akan dapat
membantu mencegah terjadinya komplikasi yang membahayakan sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas dari mola hidatidosa.
3.
4. Pada pasien ini tidak terjadi komplikasi yang membahayakan dan dari hasil PA
tidak menunjukkan tanda-tanda keganasan.
Saran
Pemeriksaan terhadap pasien dengan mola hidatidosa harus dilakukan dengan teliti
dan terpadu sehingga diagnosa dapat ditegakkan lebih awal dan tidak terjadi
kesalahan dalam mendiagnosa. Bila mungkin dapat dilakukan pemeriksaan USG
lebih dari satu kali untuk memastikan diagnosa mola hidatidosa dan pengukuran
kadar -hCG bila memungkinkan dapat dilakukan lebih awal.
Dianjurkan pada penderita untuk tetap melakukan kontrol sampai selama 1 atau 2
tahun untuk menghindari kemungkinan keganasan dan seharusnya jangan dulu
hamil selama dalam masa pengawasan.
33