Professional Documents
Culture Documents
QUALITY OF LIFE
KELOMPOK 18
Ketua : Febriana (0810165)
Sekretaris : Isept S
(0810133)
Anggota : Meta
(0810023)
Olivia
(0810199)
Helena
(0810051)
L. Arif
(0810053)
Vandalita (0810096)
Bonggas (0810192)
Mutia Ulfa (0810207)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
ISTILAH
QUALITY OF LIFE
1.
Quality of life
a. Definisi
Quality of life merupakan suatu mutu kehidupan dalam berbagai aspek. Menurut
Albert R. Jonsen, Mark Siegler, William J. Winslide. ETHICS Quality of life merupakan
sekumpulan aspek multi dimensional yang meliputi penampilan dan kemampuan
menjalani peran sosial seorang kesehatan fisik, mental, intelektual, keseimbangan
emosional, dan kepuasan hidup.
Menurut WHOQQL Group The Development Of The WHO Quality Of
Life
Quality of life merupakan persepsi individual terhadap posisi seseorang dalam kehidupan
dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana seseorang tinggal dan hubungannya
dengan tujuan, harapan, dan standar hidup.
b. Faktor Pendukung Quality of Life
Produktifitas yang tinggi(bekerja yang efektif)
Keteladanan tokoh masyarakat dan tokoh agama
Pengaruh keluarga dan lingkungan masyarakat
Mini Mental State Examination adalah tes yang paling sering digunakan untuk
mengetahui masalah ingatan seseorang atau saat seseorang telah didiagnosis penyakit
dementia.
MMSE adalah sebuah tes dari beberapa daftar pertanyaan secara singkat dan dengan
point tertinggi adalah 30 yang bertujuan untuk menilai kesadaran seseorang .
Test ini dikenalkan oleh Founstein tahun 1975. test ini biasa digunakan dalam dunia
kedokteran untuk mengetahui apakah seseorg terkena dementia.
Test ini diberikan dalam jangka waktu sekitar 10 menit . Tesnya berupa berbagai macam
fungsi seperti arimatika, ingatan , dan perkenalan .
akibat adanya gangguan pada sinap (sambungan antara jaringan jaringan saraf) di otak terutama
daerah Hipokampus dan korteks.
Gangguan sinap ini disebabkan adanya kerusakan atau kematian sel-sel otak (neuron)
yang menyebabkan penurunan neutrotrasmitter (suatu zat yang dibuat oleh neuron untuk
mengirimkan pesan ke neuron lainnya) yaitu asetilkolin, serotonin dan norepinerfin. Padahal,
keseimbangan neutrotransmitter tersebut sangat penting untuk otak. Kerusakan secara kimiawi
dan struktural pada otak menjadi terganggu dan timbullah gejala-gejala penyakit tertentu.
Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa perubahan struktural dan metabolisme otak
dapat mendorong terjadinya demensia atau penurunan daya ingat pada orang dewasa yang
normal.Selain itu, kondisi tersebut juga dapat membantu untuk patologis penyakit Demensia .
Untuk menentukan apakah kemampuan imajinasi otak dapat memprediksi terjadinya
demensia pada orang dengan fungsi mental yang normal, para peneliti mengikutsertakan 60
sukarelawan (orang Latin) yang berusia 60-100 tahun, selama empat tahun penelitian. Para
sukarelawan tersebut dilatih dengan menggunakan dua macam teknik imajinasi, yaitu imajinasi
Positron Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa enam orang sukarelawan tersebut memiliki kemampuan daya
ingat yang lebih baik.
Menurut para peneliti dari University of California, ada hubungan yang positif antara
penurunan fungsi daya ingat yang lebih cepat dengan metabolisme glukosa yang lebih rendah di
area otak. Pola metabolisme glukosa dan juga bagian otak yang memprediksi terjadinya
Demensia merupakan cara mendeteksi terjadinya gejala penyakit Demensia.
Selain akibat menurunnya fungsi otak kanan seiring bertambahnya usia, daya ingat dan
intelegensia juga bisa menurun karena berbagai penyakit. Di antaranya penyakit Demensia,
gangguan pembuluh darah otak, cidera kepala, infeksi otak yang biasanya disebabkan oleh
penyakit sifilis, AIDS, tumor otak, gangguan hormon gondok, stroke, gangguan nutrisi, dan
Parkinson. Sel otak mengalami atrofi (mengisut atau layu), selain kehilangan serabut saraf otak,
pendarahan otak dan munculnya bercak penuaan.
Dementia
1. Definisi
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian,
dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat
racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.Tetapi demensia biasanya
timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan
(terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini
tidak mempengaruhi fungsi.
Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin
parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia
bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.
2. Insidensi
Kemungkinan dari penyakit dementia ini sangat kuat untuk menyerang orang orang dengan
persentase umur yaitu 1% berumur 60-65 tahun, 6% berumur 70-75 tahun, dan 45% berumur 95
tahun.
Insidensi demensia meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah usia 65th, prevalensi
demensia meningkat menjadi 2x lipat setiap bertambah 5th. Secara keseluruhan prevalensi demensia
pada populasi berusia lebih dari 60 th adalah 5,6%.
Proporsi perempuan yang terkena alzheimer lebih besar (2/3 dari keseluruhan) disebabkan
karena wanita memiliki harapan hidup yang lebih tinggi.
3. EtioLogi
Penyebab penyakit demensia diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya
ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi beberapa kelainan gen tersebut.
Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul
secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak
yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal
dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di
otak.
Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
Penyebab lain dari demensia adalah:
- Gangguan imunitas
- Penyakit Parkinson
- anoksia
- Defisiensi vitamin
- Hidrosefalus bertekanan normal
Terjadi jika cairan yang secara normal mengelilingi otak dan melindunginya dari cedera, gagal
diserap sebagaimana mestinya.Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa, dimana
tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia air kemih dan
kelainan berjalan.
Orang yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami
demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga menderita
hidrosefalus.
Usia
lanjut
yang
menderita
depresi
juga
mengalami
pseudodemensia.
Mereka jarang makan dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan
pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.
4. Faktor Risiko
Faktor-faktor resiko telah diteliti oleh beberapa ilmuwan dalam 4 tahun terakhir ini. Mereka
membagi faktor-faktor resiko itu dalam 4 kategori :
1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan
( Asia, Africo-American ), jenis kelamin ( pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.
etnis
2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret, penyakit jantung,
diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa terapi penggantian estrogen, dan
gambaran EKG yang abnomal.
3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada hemostatis,
konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik, paparan zat yang
berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida, herbisida, plastik), sosial ekonomi.
4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah volume kehilangan
jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark2.
Beberapa peneliti lain membagi faktor-faktor resiko yang ditemukan dalam pembagian sebagai
berikut :
1. Faktor resiko demensia vaskuler
2. Faktor resiko non-reversibel
3. Faktor resiko reversibel
Peningkatan umur
Geografik
Stroke yang terdahulu ( terutama jika luas, multipel, atau pada lokasi yang vulnerabel)
Hipertensi
Fibrilasi atrium
Diabetes melitus
Hiperlipidemia
Hiperglikemia
Merokok
5. Gejala-gejala
Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain :
a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari informasi yang baru atau merecall informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Gangguan berbahasa (aphasia) sulit menyebut nama orang, nama benda.
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik meskipun fungsi organ motorik
masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan
abstrak (gangguan fungsi eksekutif).
6. Diagnosis
Diagnosis dementia perlu ditegakkan sedini mungkin dan di bedakan berdasarkan etiologi, usia
onset, gambaran klinis dan gangguan neropsikologis. Dementia di tandai dengan adanya gangguan
kognisi, fungsional, dan perilaku, sehingga menimbulkan gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian,
sosial. Pada pemeriksaan fisik diperlukan wawancara meliputi onset dan perjalanan penyakit, usia,
onset, riwayat medis umum, dan neurologis, perubahan neurobeheviour, riwayat psikiatri, riwayat
keluarga, dan riwayat yang berhubungan dengan etiologi misalnya infeksi, gangguan nutrisi,
intoksikasi, dan penggunaan obat. Beberapa tipe dementia antara lain dementia Alzheimer, dementia
vaskular, demensia akibat infeksi (HIV). Dementia akibat penyakit Parkinson, dementia akibat
penyakit Huntington, dementia akibat penyakit Pick, dementia akibat penyakit Creutzfeld jacob,
dementia akibat penyakit umum yang berat, dan dementia akibat intoksikasi. Dementia Alzheimer
merupakan dementia yang mempunyai frekuensi tertinggi, meliputi 50-55% dari seluruh dementia,
tetapi beberapa laporan penelitian di Asia, diantaranya Singapura, Jepang, dan India menunjukkan
frekuensi dementia vaskuler lebih tinggi dari dementia alzheimer
Pedoman diagnostik untuk demensia :
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya piker yang sampai mengganggu kegiatan
harian seseorang (personal activities of daily living) seperti : mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
Gejala
dan
disabilitas
sudah
nyata
untuk
paling
sedikit
6
bulan.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penanganan pada dementia adalah agar penderita dapat mengoptimalkan
kemampuan yang masih ada dan memperbaiki kualitas hidupnya. Pada dementia
penanganannaya terdiri dari dua bagian yaitu :1
1.
Non farmakologis :
Senam otak (Brain gym), dengan menyilang garis tengah tubuh dan gerakan anggota
tubuh alternatif.
Jaga kesehatan tubuh dengan makanan sehat, hindari merokok dan alkohol serta
berolahraga secara teratur sesuai kemampuan.
Panti Jompo
Orang-orang tua yang dititipkan ke panti jompo di Indonesia tidaklah sebanyak di
negara-negara lain, seperti America, jepang,dll. Hampir kebanyakan orang-orang tua di
Indonesia tinggal dan diurus oleh anak-anaknya, Jarang sekali yang tinggal di panti
jompo, karena agama-agama dan tradisi di Indonesia mengajarkan untuk mengurus
orang tua disaat mereka tua, selain itu pun perasaan orang-orang di Indonesia umumnya
tidak tega mengirim mereka ke panti. Tetapi, sekarang ini mulai banyak orang tua yang
dititipkan ke panti jompo, anak-anak mereka pasti memiliki alasan mengapa mereka
melakukan hal tersebut, berikut akan di bahas.
Pandangan umum
Bertambahnya penghuni panti jompo merupakan salah konsekuensi logis dari
peningkatan jumlah lansia disana sekarang ini. Yang membuat anak-anak menitipkan
orangtuanya dipanti jompo:
kesibukan anak-anak mereka bisa jadi merupakan salah satu alasan yang telah memaksa
mereka untuk tinggal di panti-panti jompo. (Walaupun anak-anak mereka mungkin tidak
menginginkan orang tua mereka untuk di tempatkan di panti.)
Rumah yang luasnya sempit, sehingga hanya cukup untuk 1 keluarga saja.
Menurut pandangan umum, menitipkan orang tua di panti jompo terdapat segi positif dan
segi negatifnya, baik dari sisi anak maupun sisi orang tua.
Segi positif
Dari orang tua:
Selalu ada yang menjaga jikalau terjadi sesuatu (serangan jantung kambuh,
terjatuh, stroke,dll).
Tidak tinggal sendiri di rumah.
Lansia tidak perlu memikirkan apa-apa lagi, seperti biaya hidup,dll.
Memiliki banyak teman.
Adanya pemeriksaan kesehatan
Kegiatan-kegiatan (senam, ibadah, berkebun, menjahit, dll ).
Dari anak:
o Tidak repot
o Dalam keluarga tidak merasa terganggu oleh kehadiran sang mertua.
Segi negatif :
Dari orang tua:
Di Indonesia, fasilitas panti jompo belum seperti di luar negri, cara pembinaan yang
kurang menarik, sehingga para lansia di Indonesia yang dititipkan di panti jompo merasa:
o Bosan (kegiatan yang diadakan sedikit, sehingga pilihannya pun sedikit).
o Merasa di terlantarkan.
o Sedih, ingin pulang.
Dari anak:
Selain itu menitipkan orangtua di panti jompo akan menimbulkan persoalan budaya yang
rumit, seperti dianggap menelantarkan, melupakan, tidak membalas kasih sayang,
durhaka, dll.
2.
Farmakologis
DAFTAR PUSTAKA
http://forum.detik.com/showthread.php?t=21406
http5un5hine.wordpress.com20080212another-panti-jompo
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080106100511AApAfXs
http://www.indoforum.org/showthread.php?p=537403
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=1767
http://catatanisenk.multiply.com/journal/item/60/Menanti_Senja_di_Panti_Jompo
http://www.geocities.com/Athens/Olympus/2532/tahukah.htm
http://imamaffandi.wordpress.com/2008/02/07/kecemasan-dalam-menghadapi-kematianpada-lansia-yang-menderita-penyakit-kronis/
http://c3i.sabda.org/usia_senja_siapa_takut
http://stitidharma.org/main/modules.php?
name=QA&op=viewqa&id_cat=3&min=207&show=3&categories=Umat+Bertanya
www.eMedicine.com/Delirium, Dementia, and Amnesia Article by Paul S Gerstein, MD.
Last update : 23 January 2007
http://www.emedicine.com/med/topic3150.htm
http://www.emedicine.com/emerg/topic345.htm
Ropper, Allan H. 2005. Principles of Neurology. New York. Mc Graw Hill
Sampson, E. L., Warren, J. D., Rossor, M. N. 2004. Young Onset dementia. Postgraduate
Medical Journal 80, 125-139
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=449&Itemid=2
www.nice.org.uk/guidance