You are on page 1of 14

Tutorial V

QUALITY OF LIFE
KELOMPOK 18
Ketua : Febriana (0810165)
Sekretaris : Isept S

(0810133)

Anggota : Meta

(0810023)

Olivia

(0810199)

Helena

(0810051)

L. Arif

(0810053)

Vandalita (0810096)
Bonggas (0810192)
Mutia Ulfa (0810207)

Tutor : dr. Sylvia Soeng

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG

ISTILAH

Observasi: penelitian / pengamatan , pandangan, pengawasan.


Anamnesis : Rekoleksi, sejarah kasus pasien medis / psikiatris , terutama dengan
mempergunakan ingatan pasien .
Disoerientasi waktu : Ketidaksadaran akan keadaan lingkungan dengan referensi terhadap
waktu. Atau pengenalan yang waktu yang salah.
Paranoid : Kecurigaan yang berlebihan sehingga yang berlebihan sehingga menimbulkan
ketakutan.
Check up : Pemeriksaan yang rutin dilakukan baik orang yang sakit maupun yang normal
untuk mengetahui keadaan umum orang tersebut.
Dementia :
1.Gangguan Kognitif
2.Gangguan tadi harus melibatkan berbagai aspek fungsi kognitif dan bukan sekedar
penjelasan defisit neuropsikologik
3.Penderita tidak terdapat gangguan kesadaran, demikian pula delirium, yang merupakan
gambaran yang menonjol
MMSE : ringksan dari 30 point questioner tes yang digunakan untuk menilai kognisi.
Prognosis : perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit ;
prospek yang berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit sebagaimana diperkiraan oleh
sifat dan gejala khusus.
Terapi Farmakologis : terapi yang mempergunakan obat-obatan.
Progesivitas : Berjalan terus ; berubah dari jelek menjadi lebih buruk atau parah ;
peningkatan lingkup dan keparahan penyakit.

QUALITY OF LIFE

1.

Quality of life
a. Definisi
Quality of life merupakan suatu mutu kehidupan dalam berbagai aspek. Menurut
Albert R. Jonsen, Mark Siegler, William J. Winslide. ETHICS Quality of life merupakan
sekumpulan aspek multi dimensional yang meliputi penampilan dan kemampuan
menjalani peran sosial seorang kesehatan fisik, mental, intelektual, keseimbangan
emosional, dan kepuasan hidup.
Menurut WHOQQL Group The Development Of The WHO Quality Of
Life
Quality of life merupakan persepsi individual terhadap posisi seseorang dalam kehidupan
dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana seseorang tinggal dan hubungannya
dengan tujuan, harapan, dan standar hidup.
b. Faktor Pendukung Quality of Life
Produktifitas yang tinggi(bekerja yang efektif)
Keteladanan tokoh masyarakat dan tokoh agama
Pengaruh keluarga dan lingkungan masyarakat

Tempat tinggal yang mendukung (sarana dan prasarana)


Karakter individu yang baik
Ajaran masing-masing agama yang mempengaruhi seseorang
Tingkat pendidikan seseorang

c. Faktor penghambat Quality of life


Pola hidup yang salah
Banyaknya pengangguran
Lingkungan pergaulan yang tidak baik
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang
Karakter individu yang buruk

d. Tujuan dari Quality Of life yang baik


Mencapai nilai-nilai kehidupan yang lebih baik dan bermakna
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Dalam bidang kesehatan: memberikan pengertian dan kesadaran terhadap pasien tentang dampak
penyakit yang dideritanya terhadap kehidupan sehari-harinya
Hasil akhir yang ingin dicapai yaitu kemandirian dan perbaikan mental

e. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam meningkatkan kualitas kehidupan


semakin meningkatkan aspek-aspek di bawah ini:
Kesehatan : angka harapan hidup
Ekonomi : kesejahteraan material
Pendidikan
Budaya
Kestabilan politik dan keamanan : perlindungan terhadap tenaga kerja
Kesejahteraan keluarga
Kehidupan masyarakat: memiliki pekerjaan tetap
Iklim dan geografi
Persamaan gender
Sosial: pilihan dan keputusan seseorang terhadap suatu hal akan mempengaruhi
kualitas hidupnya (Stephen Covey)
Mental : seseorang pada dasarnya tidak mampu menahan atau menghadapi suatu
kelemahan yang ada pada pribadi itu sendiri (Emile Durkheim)
f. Cara mengatasi kualitas kehidupan yang menurun
Memotifasi diri sendiri untuk memperbaiki kualitas hidupnya
Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar bsangat dibutuhkan
Melakukan konseling pada pakar-pakar

g. Peran dokter dalam meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan masyarakat


Bersikap netral
Memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
Memberikan dukungan dan semangat pasien
Memberi contoh perilaku yang baik tentang pola hidup yang sehat
Memberikan pelayanan maksimal

h. Untuk mencapai kualitas hidup yang baik, kita dapat :


Berpikir dengan tenang
Sehat
Tidak terburu-buru
Menikmati kerja, hidup, bersosialisasi dengan baik
Dapat beribadah dengan tenang
Dapat mendidik anak dengan cara yang baik dan tepat
Dapat beristirahat dengan tenang
2. Kualitas Hidup Penderita Demensia
Kualitas hidup seseorang yang normal ( tanpa penyakit ) tentu berbeda dengan yang
mengalami suatu gangguan kesehatan. Seseorang yang kesehatannya terganggu pasti
memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Sama halnya demga seseorang yang menderita
demensia. Walaupun secara fisik tidak terganggu tetapi kegiatan sehari-harinya akan
terhambat karena gangguan psikologisnya. Demensia adalah berkurangnya kemampuan
mengingat dan berpikir yang cukup kuat sehingga mengakibatkan tersendatnya aktifitas
kehidupan sehari-hari. Salah-satu penyebab yang saat ini dikenal adalah karena matinya sel
otak. Penyakit ini memang tidak dapat disembuhkan atau bahkan banyak orang yang
berpendapat bahwa orang tidak bisa berbuat apapun. Kualitas hidup mereka sudah sangat
rendah dari segi kesehatan. Pendapat ini keliru, penanganan kedokteran setidaknya bisa
memperlambat proses berkurangnya daya ingat dan berpikir, serta dapat meningkatkan
kulaitas hidup dari penderita.
Hampir 25% dari penderita demensia ini disebabkan karena gangguan peredaran
darah. Termasuk di dalamnya terutama proses kerusakan berpikir karena stroke dan
pengapuran. Kemungkinan penanganan yang baik dan menolong tetap ada, walaupun
penyembuhan hampir tampak tidak memungkinkan saat ini. Untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dapat dilakukan:
a. Perawatan dengan pengobatan
b. Terapi psikologis dan penyesuaian lingkungan hidup para penderita

MINI MENTAL STATE EXAMINATITON

Mini Mental State Examination adalah tes yang paling sering digunakan untuk
mengetahui masalah ingatan seseorang atau saat seseorang telah didiagnosis penyakit
dementia.
MMSE adalah sebuah tes dari beberapa daftar pertanyaan secara singkat dan dengan
point tertinggi adalah 30 yang bertujuan untuk menilai kesadaran seseorang .
Test ini dikenalkan oleh Founstein tahun 1975. test ini biasa digunakan dalam dunia
kedokteran untuk mengetahui apakah seseorg terkena dementia.
Test ini diberikan dalam jangka waktu sekitar 10 menit . Tesnya berupa berbagai macam
fungsi seperti arimatika, ingatan , dan perkenalan .

Dibawah ini ada 4 contoh tes MMSE :


1 Orientation to time
kapan tanggal hari ini ?
2 Registration
Dengarkan hati-hati.Aku akan mengatakan 3 kata .Kamu mengatakan setelah saya
mengatakannya. Siap ? Ini dia APPLE(berhenti), PENNY (berhenti),
TABLE(berhenti).Sekarang ulangi kembali!
( Ulangi sampai 5 kali , tetapi pemberian nilai hanya pada uji pertama)
3 Naming
Apa nama ini ( ini pensil atau pena )
4 Reading
Silahkan baca ini dan lakukan apa yang ditulis
Demensia dalam Hal Patologis
Demensia dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya stroke. Sekitar 10 persen orang
berusia lebih dari 70 tahun mengalami gangguan daya ingat dan 50 persen di antaranya adalah
penderita Demensia, yaitu Onset Dini dan Onset Lambat. Pada tipe Onset Dini, gejala akan
muncul sebelum berusia 60 tahun, dan seringkali dikaitkan dengan faktor keturunan. Sampai saat
ini 3 gen yang berhubungan dengan Demensia Onset Dini sudah berhasil diidentifikasikan. Tipe
ini hanya didapat pad 5-10 persen kasus Demensia. Sedangkan tipe Onset Lambat terjadi pada
usia lebih dari 60 tahun dan merupakan bentuk umum dari penyakit ini.
Meskipun terjadi pada usia lanjut, penyakit Demensia bukanlah suatu proses yang normal
pada penuaan. Penurunan fungsi kognitif, terutama fungsi daya ingat berkembang secara lambat

akibat adanya gangguan pada sinap (sambungan antara jaringan jaringan saraf) di otak terutama
daerah Hipokampus dan korteks.
Gangguan sinap ini disebabkan adanya kerusakan atau kematian sel-sel otak (neuron)
yang menyebabkan penurunan neutrotrasmitter (suatu zat yang dibuat oleh neuron untuk
mengirimkan pesan ke neuron lainnya) yaitu asetilkolin, serotonin dan norepinerfin. Padahal,
keseimbangan neutrotransmitter tersebut sangat penting untuk otak. Kerusakan secara kimiawi
dan struktural pada otak menjadi terganggu dan timbullah gejala-gejala penyakit tertentu.
Penelitian terbaru menyimpulkan bahwa perubahan struktural dan metabolisme otak
dapat mendorong terjadinya demensia atau penurunan daya ingat pada orang dewasa yang
normal.Selain itu, kondisi tersebut juga dapat membantu untuk patologis penyakit Demensia .
Untuk menentukan apakah kemampuan imajinasi otak dapat memprediksi terjadinya
demensia pada orang dengan fungsi mental yang normal, para peneliti mengikutsertakan 60
sukarelawan (orang Latin) yang berusia 60-100 tahun, selama empat tahun penelitian. Para
sukarelawan tersebut dilatih dengan menggunakan dua macam teknik imajinasi, yaitu imajinasi
Positron Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa enam orang sukarelawan tersebut memiliki kemampuan daya
ingat yang lebih baik.
Menurut para peneliti dari University of California, ada hubungan yang positif antara
penurunan fungsi daya ingat yang lebih cepat dengan metabolisme glukosa yang lebih rendah di
area otak. Pola metabolisme glukosa dan juga bagian otak yang memprediksi terjadinya
Demensia merupakan cara mendeteksi terjadinya gejala penyakit Demensia.
Selain akibat menurunnya fungsi otak kanan seiring bertambahnya usia, daya ingat dan
intelegensia juga bisa menurun karena berbagai penyakit. Di antaranya penyakit Demensia,
gangguan pembuluh darah otak, cidera kepala, infeksi otak yang biasanya disebabkan oleh
penyakit sifilis, AIDS, tumor otak, gangguan hormon gondok, stroke, gangguan nutrisi, dan
Parkinson. Sel otak mengalami atrofi (mengisut atau layu), selain kehilangan serabut saraf otak,
pendarahan otak dan munculnya bercak penuaan.

Gejala gejala dini yang secara umum timbul adalah:


1. Kehilangan daya ingat/memori; penurunan memori terutama memori jangka pendek adalah
gejala paling umum. Orang yang "lupa" secara umum suatu saat tidak ingat nama tetangganya,
tetapi dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penyakit Demensia, dia bukan saja lupa nama
tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.
2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa
Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan suatu aktivitas rutin yang biasanya tidak
memerlukan pemikiran bagaimana cara melakukannya, misalnya tidak tahu bagaimana cara
membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.
3. Kesulitan berbahasa
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi penderita
Demensia lupa akan kata kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang
tidak biasa.

4. Disorientasi waktu dan tempat


Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Demensia
dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini tau bagaimana
cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau
sebaliknya.
6. Salah menempatkan barang
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Demensia
dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
7. Perubahan tingkah laku
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Demensia dapat
berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.
8. Perubahan perilaku
Penderita Demensia akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah
tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk terutama saat problem memori menyebabkan
dia kesulitan melakukan sesuatu.
9. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat
pada hobi yang selama ini ditekuninya.
Pada tahap lanjut penderita Demensia tidak dapat melakukan sesuatu tanpa dibantu, umumnya
pada kondisi ini mereka tidak mengerti lagi bahasa, tidak ingat anggota keluarga, tidak dapat
melakukan aktivitas dasar sehari-hari (makan, memakai baju atau mandi), dia tidak dapat lagi
membedakan mana yang pantas dan tidak pantas seperti membuang air kecil atau air besar di
sembarang tempat.

Dementia
1. Definisi
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian,
dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat
racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.Tetapi demensia biasanya
timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan
(terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini
tidak mempengaruhi fungsi.
Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin
parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia
bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Insidensi
Kemungkinan dari penyakit dementia ini sangat kuat untuk menyerang orang orang dengan
persentase umur yaitu 1% berumur 60-65 tahun, 6% berumur 70-75 tahun, dan 45% berumur 95
tahun.
Insidensi demensia meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah usia 65th, prevalensi
demensia meningkat menjadi 2x lipat setiap bertambah 5th. Secara keseluruhan prevalensi demensia
pada populasi berusia lebih dari 60 th adalah 5,6%.
Proporsi perempuan yang terkena alzheimer lebih besar (2/3 dari keseluruhan) disebabkan
karena wanita memiliki harapan hidup yang lebih tinggi.

3. EtioLogi
Penyebab penyakit demensia diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini tampaknya
ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi beberapa kelainan gen tersebut.
Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul
secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak
yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal
dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di
otak.
Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
Penyebab lain dari demensia adalah:
- Gangguan imunitas
- Penyakit Parkinson
- anoksia
- Defisiensi vitamin
- Hidrosefalus bertekanan normal
Terjadi jika cairan yang secara normal mengelilingi otak dan melindunginya dari cedera, gagal
diserap sebagaimana mestinya.Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa, dimana
tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia air kemih dan
kelainan berjalan.
Orang yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami
demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga menderita
hidrosefalus.
Usia
lanjut
yang
menderita
depresi
juga
mengalami
pseudodemensia.
Mereka jarang makan dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan
pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.

4. Faktor Risiko
Faktor-faktor resiko telah diteliti oleh beberapa ilmuwan dalam 4 tahun terakhir ini. Mereka
membagi faktor-faktor resiko itu dalam 4 kategori :
1. Faktor demografi, termasuk diantaranya adalah usia lanjut, ras dan
( Asia, Africo-American ), jenis kelamin ( pria), pendidikan yang rendah, daerah rural.

etnis

2. Faktor aterogenik, termasuk diantaranya adalah hipertensi, merokok cigaret, penyakit jantung,
diabetes, hiperlipidemia, bising karotis, menopause tanpa terapi penggantian estrogen, dan
gambaran EKG yang abnomal.
3. Faktor non-aterogenik, termasuk diantaranya adalah genetik, perubahan pada hemostatis,
konsumsi alkohol yang tinggi, penggunaan aspirin, stres psikologik, paparan zat yang
berhubungan dengan pekerjaan ( pestisida, herbisida, plastik), sosial ekonomi.
4. Faktor yang berhubungan dengan stroke yang termasuk diantaranya adalah volume kehilangan
jaringan otak, serta jumlah dan lokasi infark2.
Beberapa peneliti lain membagi faktor-faktor resiko yang ditemukan dalam pembagian sebagai
berikut :
1. Faktor resiko demensia vaskuler
2. Faktor resiko non-reversibel
3. Faktor resiko reversibel

Peningkatan umur

Predisposisi genetik ( misalnya CADASIL )

Geografik

Stroke yang terdahulu ( terutama jika luas, multipel, atau pada lokasi yang vulnerabel)

Tingkat pendidikan yang rendah

Hipertensi

Penyakit arteri koronaria

Fibrilasi atrium

Diabetes melitus

Hiperlipidemia

Hiperglikemia

Merokok

5. Gejala-gejala
Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain :
a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari informasi yang baru atau merecall informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Gangguan berbahasa (aphasia) sulit menyebut nama orang, nama benda.
c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik meskipun fungsi organ motorik
masih utuh (apraxia).
d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik masih utuh. (agnosia).
e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan
abstrak (gangguan fungsi eksekutif).

6. Diagnosis
Diagnosis dementia perlu ditegakkan sedini mungkin dan di bedakan berdasarkan etiologi, usia
onset, gambaran klinis dan gangguan neropsikologis. Dementia di tandai dengan adanya gangguan
kognisi, fungsional, dan perilaku, sehingga menimbulkan gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian,
sosial. Pada pemeriksaan fisik diperlukan wawancara meliputi onset dan perjalanan penyakit, usia,
onset, riwayat medis umum, dan neurologis, perubahan neurobeheviour, riwayat psikiatri, riwayat
keluarga, dan riwayat yang berhubungan dengan etiologi misalnya infeksi, gangguan nutrisi,
intoksikasi, dan penggunaan obat. Beberapa tipe dementia antara lain dementia Alzheimer, dementia
vaskular, demensia akibat infeksi (HIV). Dementia akibat penyakit Parkinson, dementia akibat
penyakit Huntington, dementia akibat penyakit Pick, dementia akibat penyakit Creutzfeld jacob,
dementia akibat penyakit umum yang berat, dan dementia akibat intoksikasi. Dementia Alzheimer
merupakan dementia yang mempunyai frekuensi tertinggi, meliputi 50-55% dari seluruh dementia,
tetapi beberapa laporan penelitian di Asia, diantaranya Singapura, Jepang, dan India menunjukkan
frekuensi dementia vaskuler lebih tinggi dari dementia alzheimer
Pedoman diagnostik untuk demensia :
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya piker yang sampai mengganggu kegiatan
harian seseorang (personal activities of daily living) seperti : mandi, berpakaian, makan,
kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
Gejala
dan
disabilitas
sudah
nyata
untuk
paling
sedikit
6
bulan.

PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penanganan pada dementia adalah agar penderita dapat mengoptimalkan
kemampuan yang masih ada dan memperbaiki kualitas hidupnya. Pada dementia
penanganannaya terdiri dari dua bagian yaitu :1
1.

Non farmakologis :

Berbagai cara konseling, terapi suportif/psikoterapi, terapi kognitif, aktivitas hidup


sehari-hari dan sosialisasi. Berbagai konsep seperti Komunikasi, Imajinasi, Sosialisasi,
Spiritual, Musik, dan kesenian lain, Emosi

Senam otak (Brain gym), dengan menyilang garis tengah tubuh dan gerakan anggota
tubuh alternatif.

Latihan neurobik (Neurobic exercise), progaram neurobik berbeda dengan mengisi


teka-teki silang, puzzles atau latihan memori yang bersifat rutin. Program neurobik
melatih otak dengan sesuatu yang tidak rutin dengan menggunakan panca indera dan
emosinya.

Jaga kesehatan tubuh dengan makanan sehat, hindari merokok dan alkohol serta
berolahraga secara teratur sesuai kemampuan.
Panti Jompo
Orang-orang tua yang dititipkan ke panti jompo di Indonesia tidaklah sebanyak di
negara-negara lain, seperti America, jepang,dll. Hampir kebanyakan orang-orang tua di
Indonesia tinggal dan diurus oleh anak-anaknya, Jarang sekali yang tinggal di panti
jompo, karena agama-agama dan tradisi di Indonesia mengajarkan untuk mengurus
orang tua disaat mereka tua, selain itu pun perasaan orang-orang di Indonesia umumnya
tidak tega mengirim mereka ke panti. Tetapi, sekarang ini mulai banyak orang tua yang
dititipkan ke panti jompo, anak-anak mereka pasti memiliki alasan mengapa mereka
melakukan hal tersebut, berikut akan di bahas.

Pandangan umum
Bertambahnya penghuni panti jompo merupakan salah konsekuensi logis dari
peningkatan jumlah lansia disana sekarang ini. Yang membuat anak-anak menitipkan
orangtuanya dipanti jompo:
kesibukan anak-anak mereka bisa jadi merupakan salah satu alasan yang telah memaksa
mereka untuk tinggal di panti-panti jompo. (Walaupun anak-anak mereka mungkin tidak
menginginkan orang tua mereka untuk di tempatkan di panti.)
Rumah yang luasnya sempit, sehingga hanya cukup untuk 1 keluarga saja.
Menurut pandangan umum, menitipkan orang tua di panti jompo terdapat segi positif dan
segi negatifnya, baik dari sisi anak maupun sisi orang tua.
Segi positif
Dari orang tua:
Selalu ada yang menjaga jikalau terjadi sesuatu (serangan jantung kambuh,
terjatuh, stroke,dll).
Tidak tinggal sendiri di rumah.
Lansia tidak perlu memikirkan apa-apa lagi, seperti biaya hidup,dll.
Memiliki banyak teman.
Adanya pemeriksaan kesehatan
Kegiatan-kegiatan (senam, ibadah, berkebun, menjahit, dll ).
Dari anak:

o Tidak repot
o Dalam keluarga tidak merasa terganggu oleh kehadiran sang mertua.

Segi negatif :
Dari orang tua:
Di Indonesia, fasilitas panti jompo belum seperti di luar negri, cara pembinaan yang
kurang menarik, sehingga para lansia di Indonesia yang dititipkan di panti jompo merasa:
o Bosan (kegiatan yang diadakan sedikit, sehingga pilihannya pun sedikit).
o Merasa di terlantarkan.
o Sedih, ingin pulang.
Dari anak:
Selain itu menitipkan orangtua di panti jompo akan menimbulkan persoalan budaya yang
rumit, seperti dianggap menelantarkan, melupakan, tidak membalas kasih sayang,
durhaka, dll.
2.

Farmakologis

Berbagi obat yang dapat digunakan adalah :


Terapi simtomatik
1

Nootropik: pirasetam, dikatakan akan memperbaiki neurotransmisi dan metabolisme


neuron juga memperbiki perfusi serebri dengan menormalkan eritrosit dan
hiperagregabilitas.

Cognitive enhancers: alfa tokoferol, gingko biloba, nicergoline, ergot alkaloid.


Diberikan pada lansia dengan keluhan gangguan kognitif.
3. Cholinesterase inhibitor: Rivastigmine, Donepezil HCL. Menghambat penghancuran
asetilcolin. Diindikasikan untuk dementia ringan dan sedang. Untuk mencegah
penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki
memori danapraksia selama pemberian berlangsung. Beberapa peneliti
menatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan memperburuk
penampilan intelektual pada orang normal dan penderita alzheimer.
4. Modulator reseptor glutamat: cycloaerine, ampakine, milacemide.
5. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer didapatkan
penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate
(75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada

nukleus basalis. Pemberian thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari


selama 3 bulan peroral, menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi
kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama.
6. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan
kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin (catapres) yang
merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis dengan dosis maksimal 1,2
mg peroral selama 4 minggu, didapatkan hasil yang kurang memuaskan
untuk memperbaiki fungsi kognitif
7. Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis (delusi,
halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5 mg/hari selama 4
minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila penderita alzheimer
menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic anti depresant (amitryptiline
25.100 /hari)
8. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam miktokomdria
dengan bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini menunjukkan bahwa
ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
Pada pemberian dosis 1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan,
disimpulkan bahwa dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas
kerusakan fungsi kognitif.
Terapi fisiopatologik
1. Antioksidan: Kerusakan oksidatif oleh karena radikal bebas mempunyai peranan penting
pada proses penuaan dan penyakit neurodegeneratif. Vitamin E dosis tinggi sampai 2000
IU/hari mempunyai pengaruh memperlambat progresifitas penyakit.
2. Hormonal:
-Neuropeptida
-Esterogen
-Asam folat
-Vasopresin
-ACTH
3. Asam folat
*alzheimer : penyakit degeneratif pada otak yang progresif dengan etiologi tidak diketahui. Wanita lbh
sering terkena pnykit ini (2x drpd pria). Awal disebut presenile dementia (dbwh umur 65th)..dan
berlawanan dgn senile dementia (disebabkan proses penuaan)..
*anoksia : kehabisan oksigen
*parkinsom : ekspresi wajah seperti topeng tanpa perasaan, jarang berkedip.

DAFTAR PUSTAKA

http://forum.detik.com/showthread.php?t=21406
http5un5hine.wordpress.com20080212another-panti-jompo
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080106100511AApAfXs
http://www.indoforum.org/showthread.php?p=537403
http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=1767
http://catatanisenk.multiply.com/journal/item/60/Menanti_Senja_di_Panti_Jompo
http://www.geocities.com/Athens/Olympus/2532/tahukah.htm
http://imamaffandi.wordpress.com/2008/02/07/kecemasan-dalam-menghadapi-kematianpada-lansia-yang-menderita-penyakit-kronis/
http://c3i.sabda.org/usia_senja_siapa_takut
http://stitidharma.org/main/modules.php?
name=QA&op=viewqa&id_cat=3&min=207&show=3&categories=Umat+Bertanya
www.eMedicine.com/Delirium, Dementia, and Amnesia Article by Paul S Gerstein, MD.
Last update : 23 January 2007
http://www.emedicine.com/med/topic3150.htm
http://www.emedicine.com/emerg/topic345.htm
Ropper, Allan H. 2005. Principles of Neurology. New York. Mc Graw Hill
Sampson, E. L., Warren, J. D., Rossor, M. N. 2004. Young Onset dementia. Postgraduate
Medical Journal 80, 125-139
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=449&Itemid=2
www.nice.org.uk/guidance

You might also like