You are on page 1of 11

DEWAN PIMPINAN DAERAH

PENEGAK HAM + DEMOKRASI +


LINGKUNGAN HIDUP
NON GOVERNMENT ORGANISATION
UPHOLD THE HUMANRIGHT DEMOCRATION AND
ENVIRONMENT

BADAN HUKUM :
01.12.01.09=05/II/REG.BH.LBG/2009/PN.MKT
Kantor : Jl. Raya Maron No 144 Ds Maron RT 01 RW 09 Kec.
No. Surat
: 98/23/SKL/12/2014
Perihal
: Somasi
Sifat
: Dinas
Lampiran
: 4 Lembar
Kepada
Yth. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Di Jakarta
Menindak lanjuti banyaknya temuan di lapangan dan juga pengaduan-pengaduan dari
masyarakat yang sudah merasa resah dan jengah dengan maraknya pungutan liar di
sekolah-sekolah, maka kami berusaha memberikan uraian tentang Dana BOS dan
Pungutan Liar dilihat dari perspektif hukum.
Dalam suatu UU, PP, Keputusan, Surat Edaran dst pasti ada celah berupa aturan yang
disembunyikan ataupun diselewengkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan
keuntungan. Berikut adalah kenyataan di lapangan hasil dari temuan data dan
pengaduan masyarakat yang telah kami terima.
Modus Operandi dari Oknum Kepala Sekolah untuk memperlancar aksi Pungli / Korupsi
sbb :
1. Menyembunyikan Dasar Hukum Dana BOS kepada Komite Sekolah dan
Wali Murid
Pihak Komite Sekolah tidak diberitahu tentang Peraturan Dana BOS (terkesan
Komite Sekolah dibodohi) atau memberitahu Komite Sekolah tetapi membuat
keputusan yang merugikan Wali Murid. Sehingga patut di duga bersekongkol
memeras Wali Murid dengan cara menarik Pungli.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No 246/PMK07/2012, Dana BOS untuk
SD/SDLB/MI sebesar Rp. 580.000,- sedangkan SMP/SMPT/MTs Rp. 710.000,- .
Berdasarkan Petunjuk Teknis BOS SMA yang dikeluarkan Kemendikbud melalui
Direktorat Pembinaan SMA, menyatakan bahwa Dana BOS SMA/SMK/MA Rp.
1.000.000,-. Untuk tahun 2015 Dana BOS akan naik dengan dasar dikeluarkannya
Perpres No 162 Th 2015 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2015, untuk
SD/SDLB/MI naik menjadi Rp. 800.000,- dan untuk SMP/SMPT/MTs naik menjadi Rp.
1.000.000,Sedangkan SMA/SMK/MA naik menjadi Rp. 1.500.000,- sesuai dengan RAPBN 2015
dan pernyataan Wamendikbud Bidang Pendidikan, Musliar Kasim, dikutip dari
Jawapos.com 18-08-2014.
Dana
BOS
di
atas
berlaku
untuk
1
(satu)
siswa/tahun/negeri/swasta/kaya/miskin/pandai/bodoh
semua
siswa
berhak
mendapatkan Dana BOS. Dana BSM (Bantuan Siswa Miskin) diberikan kepada
siswa mulai dari tingkat dasar hingga PT (sesuai Juklak BSM APBN 2014) dengan
besaran sebagai berikut:
BSM SD & MI sebesar Rp. 450.000,- per tahun
BSM SMP & MTs sebesar Rp. 750.000,- per tahun
BSM SMA, SMK & MA sebesar Rp. 1.000.000,- per tahun, dan
BSM Perguruan Tinggi sebesar Rp. 2.000.000,- per tahun
Sesuai aturan Penggunaan Anggaran, Dana BOS, BSM, dan Bantuan Sosial lainnya
harus dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah dan Wali Murid dengan
melaporkan kepada Wali Murid dan memasang Laporan Keuangan di Papan
Pengumuman Sekolah setiap bulan, tetapi hal ini tidak pernah dilakukan oleh
hampir semua sekolah.
Maka patut diduga bahwa dana-dana tersebut
diselewengkan oleh Oknum Kepala Sekolah dalam penggunaannya.
Berikut ini beberapa temuan kasus di lapangan :

Terungkap dari pengakuan nara sumber kami (Kepala Sekolah dari salah satu
Yayasan SMA) bahwa telah terjadi Pungli Dana BOS yang dilakukan oleh
Oknum Diknas Tingkat Kab/Kota Se-Jawa Timur sebesar 35% dari total
penerimaan Dana BOS di satu sekolah. Pernyataan dari Oknum Diknas
Propinsi Jatim : Saya tidak minta, tetapi kalau di kasih saya terima. Dari
pernyataan di atas patut diduga bahwa Oknum Diknas Propinsi memberi
peluang
korupsi
dan
Oknum
Diknas
Kab/Kota
sebagai
Eksekutor/Pelaksananya.

Terungkap dari kesaksian nara sumber kami (Pegawai Tata Usaha di salah
satu SMP Negeri) bahwa setiap kali ada pemeriksaan keuangan terkait
penggunaan anggaran Dana BOS dari Pengawas, Pegawai TU diperintah oleh
Oknum Kasek untuk menyiapkan beberapa amplop beserta isinya untuk
diberikan kepada Oknum Pengawas tersebut. Dari kejadian tersebut patut
diduga telah terjadi korupsi dan kolusi.
Terungkap dari kesaksian nara sumber kami (Pegawai Tata Usaha Honorer di
salah satu SD Negeri), bahwa pembuatan laporan keuangan hampir
semuanya direkayasa, banyak pembelian barang dan biaya-biaya komponen
lainnya tetapi bukti fisik/kegiatannya hampir tidak pernah ada. Sampaisampai Pegawai TU bingung Laporan Keuangan harus di isi dengan biaya
atau kegiatan apa. Akhirnya Pegawai TU diperintahkan oleh Oknum Kasek
tersebut meminta stempel ke toko-toko dengan nota/bon fiktif. Bahkan yang
lebih ekstrim lagi Oknum Kasek menggandakan stempel-stempel toko
tersebut, sehingga patut diduga telah terjadi Pelaporan Keuangan Fiktif.

2. Mengaburkan Status Sekolah (SBI, RSBI, Kelas Unggulan, Kelas


Akselerasi, dll).
Sejak di keluarkannya PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Nomor 5/PUU-X/2012
yang menyatakan: Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk menghapus
Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang berbunyi : Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional.
Karena keberadaan sekolah yang berstatus tidak jelas tersebut, tidak sejalan
dengan amanat UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 28I ayat (2),
Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu;
Pasal 31 ayat (1),
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;
Pasal 31 ayat (2),
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya;
Dipertegas lagi dengan UU NOMOR 20 TAHUN 2003, TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL
Pasal 34 Ayat 2
Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
Dari uraian di atas dan kenyataan di lapangan dengan masih banyaknya Sekolah
yang membuka kelas khusus tersebut, maka patut diduga Oknum Kasek
melancarkan aksi Punglinya dengan cara tersebut.
3. Menyembunyikan Informasi Wajib Belajar 9 Tahun yang Bebas Pungutan
dan Mengaburkan Arti Kata Sumbangan Menjadi Suatu Keharusan
Untuk Membayar.
Di dalam Juklak penggunaan Dana BOS disebutkan bahwa sekolah harus
memasang spanduk bebas pungutan di pagar sekolah setiap Tahun

Ajaran/Penerimaan Siwa Baru. Hal ini dimaksudkan agar para Wali Murid tidak
ketakutan masalah biaya dalam menyekolahkan anaknya. Pada prakteknya sangat
jarang ditemui Sekolah Negeri yang memasang spanduk tersebut.
Di dalam PERMENDIKBUD No 76 Th 2012, BAB II,TENTANG IMPLEMENTASI BOS,
POIN A, SEKOLAH PENERIMA BOS Pasal 7 berbunyi, Sekolah dapat menerima
sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali siswa yang mampu untuk
memenuhi kekurangan biaya yang diperlukan oleh sekolah. Sumbangan dapat
berupa uang dan/atau barang/jasa yang bersifat sukarela, tidak memaksa,
tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah maupun jangka waktu
pemberiannya;
Kalimat yang dipertebal itulah yang dikaburkan dan
disembunyikan oleh Oknum Kasek.
Kepala Sekolah tidak berhak memegang keuangan Dana BOS tetapi hanya
mengelolanya saja. Sedangkan penggunaannya untuk memenuhi 13 Komponen
Kebutuhan Sekolah. Jadi semua biaya operasioal sekolah sudah tercukupi bahkan
berlebih. Patut diduga para Oknum Kepala Sekolah menyelewengkan penggunaan
Dana BOS, terbukti masih banyaknya Pungli di sekolah-sekolah.

SOMASI
1. Sudah semestinya Kemendikbud mengeluarkan Peraturan yang tegas untuk
menghapus sekolah berstatus SBI, RSBI, Kelas Unggulan, Kelas Akselerasi, dll
sebagai tameng Oknum Kasek melancarkan aksi punglinya. Apalagi sudah
ditetapkan bahwa tahun depan 2015 Program Wajib Belajar adalah 12 Tahun
yaitu mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/SMK/MA.
2. Komite Sekolah ternyata tidak mewakili aspirasi Wali Murid dan hanya menjadi
kepanjangan tangan Oknum Kepala Sekolah, kami mohon kepada Mendikbud RI
untuk membubarkannya saja. Karena Lembaga Komite Sekolah tsb satusatunya senjata ampuh bagi Oknum Kepala Sekolah melancarkan aksinya
berupa Pungli kepada Wali Murid.
3. Meminta kepada pihak BPK untuk segera turun ke Kota dan Kabupaten Kediri
terkait banyaknya kasus di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, diantaranya
pembiaran bertahun-tahun Kasus Pungli di sekolah-sekolah sampai saat ini,
Bantuan Buku Gratis Kurikulum 2013 dan Bantuan Seragam Gratis (melalui
APBD) yang tidak transparan di dalam pelaksanaannya.
4. Pihak BPK seharusnya memilih orang-orang yang mempunyai kapasitas dalam
menjalankan fungsi pengawasan ke bawah dan memberikan sangsi yang tegas
di setiap pelanggaran yang dilakukan oleh Oknum Diknas Propinsi, Oknum
Diknas Kota/Kab dan Oknum Kepala Sekolah.
5. Seharusnya pihak Diknas Kab/Kota menolak apabila Oknum Diknas Propinsi
meminta pungli Dana BOS, begitu juga Diknas Kab/Kota jangan menggunakan
kesempatan untuk memungut Dana BOS dari Pihak Sekolah. Kalau antara yang
mengawasi dan yang di awasi sudah tidak jelas tugasnya, maka kita tinggal
menunggu saja kehancuran bangsa ini akan berlangsung.
6. Selain Narkoba dan Terorisme, Korupsi adalah Extra Ordinary Crime (Kejahatan
Yang Sangat Luar Biasa), selain merugikan keuangan negara ternyata juga lebih
jahat daripada mencopet, mencuri, merampok, bahkan membunuh, karena
kejahatan korupsi bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, merusak dan merampas hak-hak orang lain, menghancurkan dan
membinasakan masa depan anak cucu. Maka kami minta pihak Kejaksaan dan
Kepolisian untuk segera memeriksa Diknas Propinsi Jatim dan Diknas Kota/Kab
Kediri secepat mungkin.
7. Kepada Para Aparat Penegak Hukum dalam hal ini Kepolisian dan Kejaksaan,
Ormas, OKP, LSM yang peduli dengan nasib dunia pendidikan haruslah saling
bekerja sama, jangan saling memanfaatkan satu sama lain. Kita satukan tekad

untuk mengungkap kasus-kasus di atas. Ingat siapa yang menabur angin akan
menuai badai.
Demikian surat somasi ini, atas perhatiannya kami menyampaikan terima kasih.
Kediri, 27 Desember 2014
Ketua DPD NGO-HDL Kab. Kediri

(AGUS SULISTYANA)
Tembusan :
1. Dewan Pimpinan NGO HDL Pusat
2. Dewan Pimpinan NGO HDL Propinsi Jawa Timur

3. Presiden Republik Indonesia


4. Komisi Pemberantasan Korupsi
5. Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia
6. Badan Pengawas Keuangan Propinsi Jawa Timur
7. Kepala Kepolisian Republik Indonesia
8. Komisi Ombudsman Nasional
9. Satuan Tugas Khusus Anti Korupsi Kejaksaan Agung Republik Indonesia
10.Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
11.Kantor Kementerian Sosial Republik Indonesia
12.Kantor Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
13.Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
14.Kantor Kementerian Keuangan Republik Indonesia
15.Indonesian Corruption Watch
16.Kapolda Jatim
17.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur
18.Kejaksaan Tinggi Propinsi Jawa Timur
19.Kejaksaan Negeri Kabupaten Kediri
20.Kejaksaan Negeri Kota Kediri
21.Kapolres Kota Kediri
22.Kapolres Kediri
23.Komandan Kodim Kediri
24.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kediri
25.DPRD Kota Kediri
26.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kediri
27.DPRD Kabupaten Kediri
28.Walikota Kota Kediri
29.Bupati Kabupaten Kediri
30.Kapolsek Se-Kota dan Se-Kabupaten Kediri
31.Danramil Se-Kota dan Se-Kabupaten Kediri
32.Camat Se-Kota dan Se-Kabupaten Kediri
33.Lurah dan Kepala Desa Se-Kota/Kabupaten Kediri
34.Kepala Sekolah SD/MI/SMP/MTs/SMA/SMK/MA Negeri/Swasta Se-Kota/Kab. Kediri
35.Arsip

Lampiran 1
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NO. 76 TAHUN 2012
PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
TENTANG IMPLEMENTASI BOS
A. Sekolah Penerima BOS
1. Semua Sekolah SD/MI/SDLB Negeri dan SMP/MTs/SMPLB/SMPT Negeri

serta SMA/MA/SMK Negeri wajib menerima dana BOS;


2. Semua sekolah swasta yang telah memiliki izin operasi wajib menerima dana

BOS. Sekolah swasta yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua
siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa
miskin di sekolah tersebut;
3. Semua

Sekolah
SD/SDLB Negeri
dan SMP/SMPLB/SMPT
Negeri
(SMA/MA/SMK Negeri, karena sudah dimulai Program Wajib Belajar 12
tahun) dilarang melakukan pungutan kepada orang tua/wali siswa;

4. Untuk SD/SDLB Swasta dan SMP/SMPLB/SMPT Swasta, yang mendapatkan bantuan

pemerintah dan/atau pemerintah daerah pada tahun ajaran berjalan, dapat


memungut biaya pendidikan yang digunakanhanya untuk memenuhi kekurangan
biaya investasi dan biaya operasi;
5. Semua sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah

ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk memasang


spanduk di pagar sekolah di setiap tahun ajaran / pendaftaran siswa baru (khusus
sekolah negeri) dengan bunyi : MENERIMA PENDAFTARAN SISWA BARU,
SEKOLAH INI DIBIAYAI DANA BOS, TIDAK DIPUNGUT BIAYA ALIAS GRATIS;
6. Sekolah Negeri kategori RSBI dan SBI diperbolehkan memungut dana dari orang

tua siswa yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya investasi dan biaya
operasi yang diperoleh dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
persetujuan pemerintah daerah sesuai kewenangannya dan Komite Sekolah; Pasal
ini dihapus setelah dikeluarkannya putusan MK Nomor 5/PUU-X/2012
yang isi putusannya membubarkan Sekolah SBI, RSBI, Kelas Unggulan,
Kelas Akselerasi, dll;
7. Sekolah dapat menerima sumbangan dari masyarakat dan orang tua/wali siswa

yang mampu untuk memenuhi kekurangan biaya yang diperlukan oleh sekolah.
Sumbangan dapat berupa uang dan/atau barang/jasa yang bersifat
sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak ditentukan jumlah
maupun jangka waktu pemberiannya;
8. Pemda (termasuk jajaranya, Muspika dan Muspida) harus ikut mengendalikan

dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh sekolah dan sumbangan yang
diterima dari masyarakat/orang tua/wali siswa tersebut mengikuti prinsip nirlaba
dan dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas; Catatan : Sesuai
dengan bunyi UU
RI NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI; Pasal 8 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang
selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau
membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh
orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
Dalam
bahasa sederhana dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang
mengetahui akan adanya dugaan tindak pidana korupsi tetapi
membiarkannya, itu sama saja dengan berbuat korupsi!

9. Menteri dan Kepala Daerah dapat membatalkan pungutan yang dilakukan oleh

sekolah apabila sekolah melanggar peraturan perundang-undangan dan dinilai


meresahkan masyarakat.

Lampiran 2
DAFTAR PANJANG OKNUM PEJABAT DIKNAS YANG TERJERAT KASUS KORUPSI
DANA PENDIDIKAN :
Ponorogo, www.suarakumandang.com, Setelah empat kali dipriksa Kejaksaan Negeri
Ponorogo, Jawa Timur, Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Supeno akhirnya ditetapkan
menjadi tersangka dan langsung ditahan di rumah tahanan kelas 2B Ponorogo. Senin,
(08/12/2014).
PURBALINGGA, www.tempo.com, Kejaksaan Negeri Purbalingga menetapkan empat
tersangka dalam kasus dugaan pungli Dana Alokasi Khusus (DAK). Empat tersangka ini
diantaranya IS (Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga), SHL (Kepala UPT Dindik Kecamatan
Purbalingga), MR (Kepala UPT Dindik Kecamatan Bukateja) dan SPT ( Kepala UPT Dindik
Kecamatan Bobotsari).
NTT, news.detik.com, "Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut maka ditetapkan 2
tersangka terkait apa yang disebut dengan dana pendidikan luar sekolah. DPLS ini
merupakan dana dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT 2007 yang diambil dari
dana APBN," kata juru bicara KPK Johan Budi di kantornya, Jl HR Rasuna Said, Jakarta
Selatan, Senin (17/11/2014).
Kaltim, Bontang, beritaborneo.co.id, Mantan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Bontang
Ahmad Mardjuki dijebloskan ke sel Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIA Sempaja, Samarinda,
kemarin (10/6). Pria yang saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Wali Kota Bidang
Kemasyarakatan dan SDM itu, diduga terlibat dalam dugaan korupsi alat peraga SMK 3
yang merugikan negara sekitar Rp 1.489.166.355. Kerugian itu berdasarkan
penghitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melalui surat
bernomor: SR-186/PW17/5/2014.
Semarang, Antara Jateng - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah
menjadikan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara M
sebagai tersangka dugaan korupsi pungutan dana rehabilitasi gedung sekolah pada 2012.

DAFTAR PANJANG OKNUM KEPALA SEKOLAH YANG TERJERAT KASUS KORUPSI


DANA BOS :
TEMPO.CO, Cirebon - Mantan Kepala Sekolah Dasar Kejaksan Kota Cirebon, YH, ditetapkan
sebagai tersangka korupsi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). "Untuk sementara,
dana BOS yang diduga dikorupsi Rp 200 juta. Ada kemungkinan bisa bertambah," kata
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Cirebon Kota Ajun Komisaris Polisi
Hidayatullah, Rabu, 12 November 2014.
METROJAMBI.COM , JAMBI, Senin, 11 Pebruari 2013 Penyidik Tindak Pidana Khusus
(Pidsus) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bangko akhirnya menetapkan dua orang sebagai
tersangka dalam kasus dugaan korupsi Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di
Sekolah Dasar (SD) 115 Kabupaten Merangin. Dua orang tersangka yang ditetapkan
tersebut adalah Yulsepsi, Kepala Sekolah Dasar (SD) 115, dan Yulina, yang saat itu
merupakan bendahara dana BOS SD 115.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TULANGBAWANG, Dec 10, 2014, - Diduga sunat dana bantuan
operasional sekolah (BOS) senilai Rp 64 juta, AM mantan kepala sekolah SDN 01 Ringin
Sari Kabupaten Tulangbawang ditetapkan sebagai tersangka oleh Unit Tindak Pidana
Korupsi Polres setempat.
Tondano, KLABATNEWSOK.COM, Dec 10, 2014 - Kepala Sekolah SMPN 1 Sonder
ditetapkan sebagai tersangka korupsi Dana Bantuan Operasional Sekolah dan Dana Block
Grand oleh Kejaksaan Negeri Tondano.
Sindo TV, Tolitoli, Sulawesi Tengah, Kamis, 02 Oktober 2014, Kejaksaan Negeri Tolitoli,
Sulawesi Tengah, menahan dua tersangka korupsi dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) tahun 2012. Mereka adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tolitoli, Abdul
Muluk dan Manajer Dana BOS Dinas Pendidikan Tolitoli, Ridwan Husain.

Koran SINDO , Jum'at, 12 Desember 2014, CIREBON - Polres Cirebon Kota akhirnya
menahan Kepala SD Muhammdiyah 3 Kota Cirebon, Yudi Hudoyono, 46, atas dugaan
korupsi biaya operasional sekolah (BOS) senilai Rp472 juta.

Lampiran 3

Penggunaan Dana BOS 2015


1.

Pengembangan Perpustakaan
Wajib membeli buku pelajaran kurikulum 2013 (SD kelas 1, 2, 3, dan 6, SMP kelas
9) bagi peserta didik dan guru.
Membeli kekurangan buku teks pelajaran kurikulum 2013 atau mengganti buku
yang rusak di kelas lainnya.
Membeli buku teks pelajaran kurikulum 2013 untuk peserta didik sebagai
cadangan yang disimpan di perpustakaan sebanyak 5% dari jumlah peserta didik.
Langganan publikasi berkala
Akses informasi online
Pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan
Peningkatan kompetensi tenaga pustakawan
Pengembangan database perpustakaan
Pemeliharaan perabot perpustakaan
Pemeliharaan dan pembelian AC perpustakaan
2. Penerimaan Siswa Baru
Administrasi pendaftaran
Penggandaan formulir Dapodik
Administrasi pendaftaran
Pendaftaran ulang
Biaya pemasukan, validasi, pemutakhiran data dan pengiriman data pokok
pendidikan
Pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan
Penyusunan RKS/RKAS
Dan kegiatan lain yang terkait
3. Pembelajaran dan Ekstra Kurikuler
PAKEM (SD) dan Pembelajaran Kontekstual (SMP)
Pengembangan pendidikan karakter
Pembelajaran remedial dan pengayaan
Pemantapan persiapan ujian
Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka dan palang merah remaja,
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Pendidikan Lingkungan Hidup
Pembiayaan lomba-lomba yang belum dibiayai
4. Ulangan dan Ujian
Ulangan harian,
Ulangan tengah semester,
Ulangan akhir semester/Ulangan Kenaikan Kelas
Ujian sekolah
Bahan habis pakai
ATK, bahan praktikum, buku induk, buku inventaris
Minuman/makanan ringan keseharian di sekolah
Pengadaan suku cadang alat kantor
Alat-alat kebersihan sekolah
6. Langganan Daya dan Jasa
Listrik, air, telepon, dan internet (fixed/mobile modem) baik berlangganan maupun
prabayar
Pembiayaan penggunaan internet termasuk untuk pemasangan baru
Membeli genset atau jenis lainnya yang lebih cocok di daerah tertentu
7. Perawatan Sekolah/Rehab Ringan dan Sanitasi
Pengecatan, perbaikan bagian bangunan yang rusak
Perbaikan mebeler
Perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan WC) dan saluran air hujan
8. Honor Bulanan Guru dan Tenaga Kependidikan
Untuk sekolah negeri maksimal 15% dari dana BOS total, dimana pengangkatan atas
persetujuan
Disdik Kab/Kota dengan pertimbangan prinsip pemerataan distribusi.
Guru honorer (hanya untuk memenuhi SPM)
Pegawai administrasi (termasuk administrasi BOS)
Pegawai perpustakaan
Penjaga Sekolah
Satpam

Pegawai kebersihan

Lampiran 4
9.

Pengembangan Profesi Guru


KKG/MGMP dan KKKS/MKKS
Menghadiri seminar yang terkait langsung dengan peningkatan mutu pendidik dan
ditugaskan oleh sekolah
10. Membantu Siswa Miskin yang Belum Menerima Bantuan Program Lain Spt
KIP (Kartu Indonesia Pintar)
Membantu biaya/alat transportasi (sepeda, perahu) yg merupakan inventaris
sekolah.
Membeli seragam, sepatu dan alat tulis.
11. Pembiayaan Pengelolaan Dana BOS
Alat tulis kantor
Penggandaan, surat-menyurat, insentif bendahara dalam rangka penyusunan
laporan Dana BOS
Biaya transportasi mengambil Dana BOS di bank/pos
12. Pembelian dan Perawatan Perangkat Komputer
Desktop/workstation maks 4 (SD) dan 7 (SMP)
Printer atau printer plus scanner maks 1 unit
Laptop maks 1 unit seharga maks Rp 6 juta
Proyektor maks 2 unit seharga maks Rp 5 juta/unit
13. Biaya Lainnya (apabila seluruh komponen di atas sudah terpenuhi
pembiayaannya)
Peralatan pendidikan yang mendukung kurikulum 2013
Mesin ketik
Peralatan UKS
Pembelian meja dan kursi peserta didik jika meja dan kursi yang ada sudah rusak
berat
Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Dana BOS
1. Prioritas utama adalah kegiatan operasional sekolah;
2. Bagi sekolah yang telah menerima DAK, tidak boleh menggunakan Dana BOS untuk
hal yang sama;
3. Transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar kewajiban jam mengajar
harus mengikuti
standar Pemerintah Daerah;
4. Bunga Bank/Jasa Giro dana BOS di rekening sekolah menjadi milik sekolah (Surat
Edaran Ditjen
Perbendaharaan Nomor: S-5965/PB/2010 tanggal 10 Agustus 2010).
Larangan Penggunaan Dana BOS
1. Disimpan dengan maksud dibungakan;
2. Dipinjamkan kepada pihak lain;
3. Membeli software pelaporan keuangan Dana BOS
4. Membiayai kegiatan yang bukan prioritas sekolah dan berbiaya besar, misalnya studi
banding, tur studi;
5. Membayar iuran kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD
Kec/Kab/Kota/Provinsi/Pusat/pihak lain,
kecuali untuk membayar keikutsertaan peserta didik/guru;
6. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru;
7. Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/peserta didik yang bukan inventaris
sekolah,
kecuali bagi peserta didik miskin;
8. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat;
9. Membangun gedung/ruangan baru;
10. Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) dan bahan/alat yang tidak mendukung proses
pembelajaran;
11. Menanamkan saham;
12. Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana lain secara penuh/wajar;
13. Membiayai kegiatan penunjang yang tidak terkait operasi sekolah, misalnya iuran
perayaan hari
besar nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan;
14. Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/pendampingan
terkait program

BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar SKPD


Pendidikan Provinsi/Kab/Kota
dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

You might also like