Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang
dalam pembelajarannya sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum
maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan ilmu kimia dibangun
dengan metode ilmiah. Melalui tahapan metode ilmiah, maka diperoleh produkproduk ilmiah ilmu kimia, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dan teori.
Dengan demikian ilmu kimia mencakup pengertian kimia sebagai produk dan
kimia sebagai proses.
Konsekuensi dari kedua cakupan di atas, maka dalam mempelajari ilmu
kimia seharusnya siswa tidak hanya disuguhi dengan produk-produk ilmiah
tersebut, tetapi harus diarahkan untuk melakukan proses penemuan produk ilmiah
sehingga mereka memiliki keterampilan dan sikap seperti yang dimiliki oleh para
ilmuwan ketika menemukan / mengembangkan produk ilmiah tersebut.
Oleh karena itu proses pembelajaran ilmu kimia harus diusahakan mengarah kepada kegiatan yang mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, baik secara
fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran
yang sesuai, yaitu pendekatan keterampilan proses (Conny Semiawan, dkk, 1986 :
16). Pendekatan ini menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.
Metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan
proses. Bagi siswa SMA diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana
penggunaan alat dan bahan kimia yang tepat, juga membantu pemahaman siswa
terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi siswa yang
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka melalui praktikum mereka
dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.
Namun demikian tidak semua SMA memiliki laboratorium yang memadai,
sehingga tidak semua konsep yang diajarkan diikuti praktikum di laboratorium.
Salah satu materi pokok kimia yang ada di kelas XI pada Kurikulum Kimia 2004
adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai
melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa. Untuk melaksanakan praktikum yang berkaitan dengan materi pokok ini
diperlukan seperangkat alat dan bahan untuk titrasi. Salah satu bahan yang
diperlukan adalah indikator asam-basa yang digunakan untuk menentukan titik
akhir titrasi (titik ekivalensi), yaitu penunjuk bahwa antara asam dan basa tersebut
sudah ekivalen jumlahnya. Indikator yang digunakan untuk keperluan titrasi ini
biasanya memiliki harga kisaran pH yang disebut dengan trayek pH.
Salah satu indikator yang biasa digunakan dalam titrasi asam kuat oleh
basa kuat atau titrasi yang mempunyai titik ekivalen pada pH lebih dari 7 adalah
fenolptalin (pp) yang memiliki trayek pH antara 8,0 9,6. Namun jika sekolah
tidak memiliki indikator pp tidak berarti praktikum titrasi asam-basa tidak dapat
dilaksanakan, karena sebenarnya kita dapat membuat indikator sendiri dengan
bahan dasar yang dapat diperoleh di sekitar kita. Indikator yang demikian disebut
indikator alami.
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya
kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu ungu, daun rhoeo discolor, bunga bougenvil, daun bayam merah, kayu secang, dan kunyit. Sebenarnya hampir semua
tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator tetapi kadang-kadang
perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena indikator alami daun kubis ungu
ungu memiliki warna spesifik dalam suasana asam maupun basa, maka tentunya
dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Pada
penelitian ini akan dilihat ketepatan dan kecermatan berbagai indikator alami,
yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang sebagai indikator
dalam menentukan kadar asam cuka dengan pembanding indikator pp. Bila
ternyata semua indikator alami tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan yang
2.
Asam cuka yang digunakan untuk uji coba ketepatan dan kecermatan
sudah ditentukan kadarnya secara tepat, yaitu 5% v/v.
3.
4.
Baik tidaknya indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi asam-basa
ditentukan dengan cara menentukan kecermatan dan ketepatan hasil pengukuran. Indikator pembanding yang digunakan adalah pp.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
Adakah perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asambasa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp ?
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. tepat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam
cuka.
2. cermat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam
cuka.
3. ada tidaknya perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asambasa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru-guru kimia SMA
dalam memperkenalkan indikator alami dan manfaatnya dalam pelaksanaan
praktikum, khususnya pada materi titrasi asam-basa. Selain itu, diharapkan guru
mampu mencari dan mengembangkan sendiri jenis-jenis bahan alami yang
terdapat di sekitarnya sehingga mudah diperoleh untuk dapat digunakan sebagai
indikator alami.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. TITRASI ASAM-BASA
Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan (misal larutan A)
berdasarkan reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya
(misal larutan B). Untuk mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat
bereaksi dengan larutan A (disebut titik ekivalen), maka digunakan indikator
tertentu yang dapat menandai titik akhir titrasinya. Salah satunya indikator pp,
yang ketika digunakan dapat menandai titik ekivalen ketika larutan berubah warna
menjadi pink atau sebaliknya. Dengan titrasi dapat ditentukan konsentrasi dalam
larutan analit yang dicari.
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif
volumetrik berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut
dibedakan pada larutan standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentuan
konsentrasi / kadar suatu larutan basa dengan larutan standar yang digunakan
asam, sebaliknya alkalimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu
larutan asam dengan larutan standar yang digunakan basa.
Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH 3COONa
yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis.
Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis sebagai
berikut :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq)
Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal
dalam larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat
(asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk
elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih
banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan basa bebasnya (NaOH)
5
Nama Indikator
Metil ungu (mu)
Metil kuning (mk)
Metil jingga (mj)
Metil merah (mm)
Brom timol biru
Timol biru
Phenolptialin (pp)
Alizarin kuning G
Interval pH
02
1,0 2,3
2,9 4,0
4,2 6,3
6,0 7,6
8,0 9,6
8,3 - 10
10,1 12,0
Perubahan Warna
Kuning ungu
Merah kuning
Merah kuning
Merah kuning
Kuning biru
Kuning biru
Tidak berwarna dadu
Kuning - merah
ptialin (pp) adalah suatu asam lemah yang dalam bentuk molekul tidak berwarna
dan dalam bentuk terion berwarna merah. Dalam air pp bereaksi sebagai berikut :
Hind (aq)
Ind- (aq)
H2O (l)
tidak berwarna
H3O+ (aq)
merah
bergeser ke kiri dan warna akan memudar (menjadi tidak berwarna). Sebaliknya
pada penambahan basa, reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna akan
makin merah.
Kekuatan asam atau basa dinyatakan dengan derajat keasaman,
dilambangkan dengan pH. Asam yang makin kuat memiliki pH yang makin kecil,
sedangkan basa yang makin kuat memiliki pH yang makin besar. Untuk mengukur
besarnya pH suatu larutan secara tepat dipakai alat pH meter, tetapi bila
pengukuran pH
indikator universal, atau kertas pH. Peralatan pengukur pH ini bekerja pada
rentangan antara 1 14. Larutan netral memiliki pH 7, sedangkan larutan asam
memiliki pH < 7 dan basa memiliki pH >7.
Berbagai macam indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa,
atau garam. Berikut ini satu-persatu akan diuraikan macam-macam indikator
dengan berbagai kekhasannya.
1. Kertas Lakmus
Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru. Kertas lakmus biru
biasanya digunakan untuk menunjukkan asam, yaitu jika dicelupkan dalam larutan
dan ternyata berubah menjadi warna merah, berarti larutan tersebut bersifat asam.
Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan warna
kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas
lakmus merah atau biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua
kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral.
Bila di sekolah tidak memiliki dua-duanya, maka salah satu yang dimiliki
sudah cukup digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan.
Dengan kertas lakmus merah saja, kita dapat mengetahui larutan yang bersifat
7
asam, yaitu bila warna tidak berubah, basa bila berubah menjadi biru. Namun
untuk larutan yang bersifat netral agak sulit untuk menyimpulkannya, karena
dengan kertas lakmus merah warnanya akan tetap, padahal untuk larutan asam
juga demikian. Untuk mengetahui sifat netral diperlukan dua kertas lakmus
(merah dan biru), dimana dengan keduanya larutan netral tidak dapat mengubah
warnanya, artinya merah tetap merah dan biru tetap biru.
Gambar 2. Beberapa macam larutan indikator asam basa dengan warnawarnanya pada derajat keasaman 1 sampai 11
3. Indikator Universal
Indikator ini dapat berupa kertas, tetapi ada juga yang berupa larutan, yang
dapat menunjukkan harga jangkauan pH suatu larutan yang lebar. Jika kertas
indikator ini dicelupkan ke dalam larutan akan memberikan warna tertentu yang
kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tertera dalam wadahnya
untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh indikator alami yang dapat diperoleh
dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1. Daun Kubis Ungu (Brassica oleracea L.)
Daun kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi
masyarakat kita. Namun daun kubis ungu merupakan jenis yang tidak banyak
dikonsumsi, selain jenisnya yang langka juga tidak semua orang menyukainya
karena rasanya sedikit berbeda dengan daun kubis biasa yang berwarna putih
kehijauan.
Daun kubis ungu bila dilarutkan dalam air panas akan mengeluarkan zat
kimia yang berwarna biru atau biru keunguan bila terlalu pekat. Zat kimia inilah
yang bila bercampur dengan asam akan berubah warna menjadi merah dan bila
bercampur dengan basa berubah menjadi hijau. Oleh karena ada perbedaan warna
dalam suasana asam dan basa, maka daun kubis ungu dapat digunakan sebagai
indikator alami.
untuk diikuti dengan kegiatan praktikum agar selain memahami konsep tersebut
secara teoretis juga memahaminya secara empiris. Dengan praktikum diharapkan
siswa dapat memahami ilmu kimia secara lebih mendalam dan lebih lama melekat
dalam pikirannya.
Selama ini praktikum kimia yang dilakukan di SMA tidak menyertai
seluruh konsep kimia yang diajarkan di kelas. Hal ini karena keterbatasan alat dan
bahan kimia yang dimiliki oleh setiap SMA, sehingga yang dipraktikkan hanya
mengikuti apa saja bahan dan alat yang tersedia. Padahal setiap konsep kimia
SMA sebenarnya dapat diikuti dengan suatu mata praktikum yang sesuai.
Salah satu materi pokok (konsep) kimia di SMA menurut Kurikulum
Kimia 2004 adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa. Untuk melaksanakan praktikum titrasi asam-basa diperlukan suatu
indikator sebagai penentu titik akhir titrasi. Pada umumnya indikator yang digunakan adalah indikator pp, tetapi seringkali ketiadaan indikator pp, praktikum titrasi
asam-basa ini akhirnya tidak dilakukan.
Berdasarkan hal itulah, maka perlu dicari indikator asam-basa lain yang
sekiranya dapat diperoleh atau dibuat dengan mudah, baik oleh guru maupun
siswa itu sendiri. Indikator yang dimaksud adalah indikator alami, yaitu indikator
yang dibuat dari bahan tanaman yang biasanya berasal dari tanaman yang
berwarna. Untuk keperluan titrasi asam-basa, diperlukan indikator alami yang
memiliki perubahan warna yang tajam ketika berada dalam suasana asam ke basa
atau sebaliknya. Beberapa diantara indikator alami adalah daun kubis ungu, daun
rhoeo discolor, dan kayu secang yang memiliki warna spesifik pada suasana asam
dan basa, sehingga diharapkan mampu menentukan titik akhir titrasi.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi untuk menentukan
kadar asam cuka yang telah diketahui kadarnya dengan pembanding indikator pp.
Bila penelitian ini berhasil menunjukkan ketepatan dan kecermatan ketiga
indikator alami tersebut, maka dapat digunakan sebagai alternatif pelaksanaan
praktikum titrasi asam-basa di SMA.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain tiga sampel
dan dua variabel, yaitu jenis indikator alami yang digunakan sebagai penentu titik
akhir titrasi (terdiri dari tiga sub-variabel) dan kadar asam cuka. Sebagai variabel
kontrol adalah indikator pp.
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah variabel bebas berupa jenis
indikator yang digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi (terdiri dari tiga subvariabel), variabel terikat berupa kadar asam cuka hasil titrasi, dan variabel
kontrol berupa indikator pp. Adapun definisi operasional variabel-variabel
tersebut adalah :
1.
Indikator daun kubis ungu yaitu indikator alami yang dibuat dari daun
kubis ungu dimana dalam suasana asam berwarna merah dan dalam suasana
basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan
pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna
hijau.
2.
indikator daun rhoeo discolor yaitu indikator alami yang dibuat dari daun
rhoeo discolor dimana dalam suasana asam berwarna merah muda (pink) dan
dalam suasana basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam
cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna hijau.
3.
Indikator kayu secang yaitu indikator alami yang dibuat dari kayu secang
dimana dalam suasana asam berwarna kuning dan dalam suasana basa
berwarna merah, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter
NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah.
4.
13
sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir
titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah muda.
5.
Kadar asam cuka adalah banyaknya volum asam cuka yang ekivalen
dengan volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi yang
masing-masing menggunakan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor,
kayu secang, dan indikator pp, yang dinyatakan dalam % v/v, yaitu banyaknya
volum asam cuka dalam 100 ml larutan.
f. Kayu secang
g. Indikator pp
h. Alkohol 70%
i. Akuades
g. Labu ukur
b. Pipet volum
h. Timbangan analitik
c. Buret
i. Gelas arloji
j. Kuvet
e. Pipet tetes
f. Tabung reaksi
14
E. PROSEDUR PENELITIAN
1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan Standar Primer Asam
Oksalat (H2C2O4)
a. Menimbang 1,26 gram H2C2O4. 2H2O, melarutkan dalam 10 ml akuades.
Kemudian memasukkan dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan
akuades dengan pipet tetes sampai tanda batas.
b. Menimbang 2,1 gram NaOH, melarutkannya dalam akuades, memasukkan
ke dalam labu ukur 500 mL dan mengencerkannya dengan akuades sampai
tanda batas.
c. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan
1 tetes indikator pp lalu titrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M hingga
warna pink hilang.
d. Melakukan prosedur 1.c sebanyak 5 kali dan mencatat volum asam oksalat
yang diperlukan untuk mengubah warna pink menjadi tidak berwarna.
2. Pembuatan Larutan Asam Asetat 5% (0,87427 M)
Mengambil 5 mL asam asetat pekat ( 1,05 kg/L, kadar 100% atau 17,4854 M)
dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda batas.
3. Pembuatan Indikator Daun Kubis Ungu (Janice van Cleave, 1991 : 192).
a. Mengisi botol gelas bertutup dengan 10 gram daun kubis ungu yang sudah
dipotong kecil-kecil.
b. Memanaskan akuades hingga mendidih, lalu mengangkat dan menuang 100
mL akuades panas ke dalam botol gelas yang berisi potongan-potongan
daun kubis ungu tadi.
c. Menutup botol gelas & membiarkan sampai dingin (mencapai suhu kamar).
d. Menyaring dengan kertas saring ke wadah bertutup lainnya. Indikator kubis
ungu siap digunakan.
e. Menguji warna indikator daun kubis ungu tersebut dengan cara meneteskan
pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.
15
16
Indikator
pp
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
1,70
Indikator
Kayu Secang
1,60
1,60
1,60
1,60
1,60
1,60
1,60
1,60
1,60
1,60
Rata-rata
1,70
1,65
1,70
1,60
Rerata volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi,
baik yang menggunakan indikator pp maupun ketiga indikator alami tersebut
digunakan untuk menghitung kadar asam cuka.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Perhitungan Kadar Asam Cuka
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu
melihat ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami sebagai penentu titik
akhir titrasi (titik ekivalensi) dengan membandingkan kadar asam cuka yang
ditentukan dengan indikator pp. Untuk keperluan analisis ini, maka mula-mula
dihitung kadar asam cuka dalam g/100 ml untuk tiap sampel dengan rumus :
% v/v
1
100
25
x
x
x M NaOH x a
1000
Vs
5
Keterangan :
Vs = volum asam cuka yang diambil dari sampel
a
( x x)
N 1
Keterangan :
18
( n
1) s12 ( n2 1) s 22
(n1 n 2 2)
( x1 x 2 )
s 1 / n1 1 / n2
Bila harga t-hitung lebih kecil daripada nilai t-tabel, berarti tidak ada perbedaan
pengukuran dengan kedua metode. Hal ini berarti metode analitik yang baru dapat
19
digunakan, karena mampu memberikan hasil yang sama dengan metode baku
yang menjadi acuan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Setelah ketiga jenis indikator alami selesai dibuat, yaitu indikator daun
kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang, maka dilakukan uji warna
dengan cara meneteskan ketiga jenis indikator pada larutan buffer universal yang
telah dibuat sebelumnya dalam berbagai pH. Adapun pH larutan buffer yang
digunakan untuk uji warna ini berturut-turut sebesar 2,2; 3,2; 4,0; 5,0; 6,0; 6,4;
7,0; 7,8; 9,0; 10,2; dan 12,4. Hasil ujicoba warna ketiga indikator alami tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
2,2
3,4
4,0
5,0
6,0
6,4 7,0
7,8
9,0 10,2
12,4
Indikator
2,2
3,4
4,0
5,0
6,0
6,4
7,0
7,8
9,0
10,2 12,4
20
2,2
3,4
4,0
5,0
6,0
7,0
7,8
9,0 10,2
12,4
Indikator
Pada indikator daun kubis ungu, dalam suasana asam berwarna pink, semakin
mendekati netral warna pink berubah menjadi biru, dan dalam suasana basa
berwarna hijau. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan titran NaOH
ditandai dengan terbentuknya warna biru muda.
Pada indikator daun rhoeo discolor, dalam suasana asam berwarna pink, semakin
mendekati netral warna pink berubah menjadi hijau, dan dalam suasana basa
berwarna hijau kekuningan. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan
titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna hijau.
21
Pada indikator kayu secang, dalam suasana asam berwarna kuning, semakin
mendekati netral warna kuning berubah menjadi kuning orange, dan dalam
suasana basa mengarah ke warna merah. Dengan demikian titik akhir titrasi asam
cuka dengan titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna kuning orange.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan warna pada berbagai pH
tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 2.
Setelah diketahui warna ketiga indikator alami pada titik akhir titrasi,
maka selanjutnya dilakukan titrasi terhadap asam cuka (asam asetat) dengan
pentitran NaOH. Setiap indikator alami digunakan untuk titrasi sebanyak 10 kali
dan sebagai kontrol dilakukan titrasi dengan inidikator pp. Adapun rerata volum
NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi 5 mL asam cuka (asam asetat) sbb :
Tabel 4. Rerata Volum NaOH dalam Titrasi dengan Berbagai Indikator
Indikator
VNaOH
Rerata
pp
1,70
Daun Kubis
Ungu
1,65
Daun Rhoeo
Discolor
1,70
Kayu
Secang
1,60
B. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan,
kecermatan, dan dapat tidaknya ketiga indikator alami dalam penentuan kadar
asam cuka dengan indikator pp sebagai kontrol. Berdasarkan tujuan tersebut,
maka setelah diketahui rerata volum NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi
asam cuka dengan volum yang sudah tertentu, selanjutnya dilakukan perhitungan
kadar asam cuka yang dinyatakan dalam % v/v, dan hasilnya sebagai berikut :
Tabel 5. Kadar Asam Cuka Berdasarkan Titrasi dengan Berbagai Indikator
Indikator
pp
22
0,034971M
23
indikator kubis ungu. Adapun hasil pengukuran galat mutlak dan relatif ketiga
indikator alami dan indikator pp sebagai kontrol adalah :
Tabel ... Hasil Perhitungan Galat Mutlak dan Galat Relatif
Indikator
pp
Daun Kubis Ungu
Daun Rhoeo discolor
Kayu Secang
Rata-rata
VNaOH (mL)
1,70
1,65
1,70
1,60
VNaOH teoritis
(mL)
1,806343
1,806343
1,806343
1,806343
Galat
Mutlak
0,106343
0,156343
0,106343
0,206343
Galat
Relatif (%)
5.887199
8.655222
5.887199
11.42325
Oleh karena harga simpangan baku dari dari ketiga indikator alami dan
juga indikator pp sebagai kontrol sama dengan o (nol), maka untuk perhitungan
uji beda tidak dapat dilakukan. Hal ini berarti data hasil pengukuran tidak
bervariasi, sehingga dengan melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
pengukuran dengan ketiga indikator alami tidak berbeda secara signifikans dengan
hasil pengukuran menggunakan indikator pp.
Berdasarkan penentuan kecermatan, ketepatan, dan tidak adanya beda
antara hasil pengukuran dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor,
dan kayu secang dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan indikator
pp menunjukkan bahwa ketiga indikator alami tersebut dapat digunakan sebagai
pengganti indikator pp, khususnya pada penentuan kadar asam cuka secara titrasi
asam-basa.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi guruguru kimia SMA khususnya, dan guru-guru kimia pada berbagai tingkat
pendidikan tentang dapatnya indikator alami digunakan sebagai pengganti indikator pp, bukan hanya sekedar penentu sifat asam, basa, dan netral suatu larutan,
tetapi lebih dari itu dapat digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi. Selain itu,
hasil penelitian ini juga dapat membuka wawasan guru-guru kimia tentang
pemanfaatan berbagai bahan alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber belajar. Dengan kata lain, sumber belajar kimia tidak selalu harus yang
ada di laboratorium, di kelas, tetapi dapat diambil dari alam sekitar.
Hasil penelitian ini sangat memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam
hal penentuan senyawa apa yang sebenarnya terkandung dalam ketiga indikator
24
alami tersebut, sehingga ia dapat memberikan warna yang berbeda dalam suasana
asam, basa, dan netral.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator
alami, masing-masing indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu
secang :
1. tepat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.
2. cermat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.
3. tidak ada perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa
yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.
B. SARAN
Melihat ketepatan, kecermatan, dan tidak adanya perbedaan kadar asam
cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa yang menggunakan ketiga
indikator alami dengan indikator pp, maka disarankan bagi guru-guru kimia yang
sarana laboratoriumnya tidak lengkap, khususnya ketersediaan indikator tidak
mampu terpenuhi untuk mencoba menggunakan indikator alami sebagai penggantinya. Selain itu diharapkan guru-guru kimia SMA (khususnya) muncul kreativitasnya dengan mencoba berbagai tanaman di sekitar yang paling mudah
dijumpai yang mungkin dapat digunakan sebagai indikator alami dengan melakukan ujicoba ketepatan dan kecermatannya terlebih dahulu seperti langkah-langkah
yang dilakukan dalam penelitian ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
Conny Semiawan, dkk. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : Gramedia.
Day, Underwood. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia
H. M. Hembing Wijayakusuma, dkk. (1993). Tanaman Berkhasiat Obat Di
Indonesia. Jakarta : Pustaka Kartini.
J. Bassett. (1978). Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great
Britain : Longman Group.
Janice van Cleave. (1991). Gembira Bermain dengan Ilmu Kimia. Jakarta :
Temprint.
Miller, JC & Miller, JN.(1991). Statistika untuk Kimia Analitik. Bandung : ITB
Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A. (1998). Contemporary Chemical
Analysis. USA : Prentice-Hall Inc.
26
27
Lampiran 1.
PERHITUNGAN MOLARITAS ASAM OKSALAT DAN NAOH
Massa molekul relatif asam oksalat (Mr H2C2O4)
= 126 g/mol
= 1,26 g
Volum larutan
= 100 mL = 0,1 L
= 0,1 M
Berdasarkan hasil titrasi diperoleh rerata volum H2C2O4 sebesar 2,42 mL. berarti 5
mL NaOH setara dengan 2,42 mL H2C2O4 0,1 M atau 0,242 mmol
H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq)
sehingga menurut persamaan reaksi di atas, 0,242 mmol H2C2O4 bereaksi dengan
0,484 mmol NaOH. Jadi, MNaOH sebesar 0,484 mmol / 5 mL = 0,0968 M atau
dibulatkan menjadi 0,1 M.
28
Lampiran 2.
PERUBAHAN WARNA KETIGA INDIKATOR ALAMI
PADA BERBAGAI pH
Indikator Daun Kubis Ungu
pH
2,2
3,4
4,0
5,0
6,0
Warna
pink tua
pink
pink
pink muda
pink bening
pH
6,4
7,0
7,8
9,0
10,2
12,4
Warna
pink kebiruan
biru ungu
biru ungu
biru
biru
biru kehijauan
Warna
pink
pink
pink
pink bening
pink sangat bening
pH
6,4
7,0
7,8
9,0
10,2
12,4
Warna
pink kehijauan
hijau muda
hijau muda
hijau muda
hijau kekuningan
hijau kekuningan
Warna
kuning bening
kuning bening
kuning tua
kuning tua
kuning tua
pH
7,0
7,8
9,0
10,2
12,4
29
Warna
kuning orange
orange kemerahan
merah muda
merah
merah
Lampiran 3.
PERHITUNGAN VOLUM NAOH SECARA TEORETIS
30
Lampiran 4.
PERHITUNGAN GALAT MUTLAK DAN GALAT RELATIF
Indikator
pp
Daun Kubis Ungu
Daun Rhoeo discolor
Kayu Secang
Rata-rata
VNaOH (mL)
1,70
1,65
1,70
1,60
VNaOH teoritis
(mL)
1,806343
1,806343
1,806343
1,806343
31