Professional Documents
Culture Documents
Menurut Budi (2012), kadar air alang-alang sebesar 93,76 %. Perbedaan kadar
air ini dikarenakan lokasi tumbuh dan keadaan lingkungan. Kadar air tumbuhan lebih
tinggi di tempat basah atau lembab dibandingkan di tempat kering.
Kadar selulosa dari alang-alang yang digunakan sebagai bahan baku dalam
penelitian ini memiliki kadar selulosa yang hampir sama dengan kadar selulosa dari
alang-alang yang didapat dari hasil penelitian Wibisiono (2011) yang mendapatkan
kadar selulosa sebesar 44,28 %.
4.2 Pengaruh Waktu Pemasakan terhadap Yield Asam Oksalat yang Dihasilkan
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yield asam oksalat
seiring semakin lama waktu pemasakan dan akhirnya menurun pada waktu pemasakan
70 menit. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pemasakan mempengaruhi yield asam
oksalat yang dihasilkan. Semakin lama waktu pemasakan akan memperbesar
kesempatan zat-zat pereaksi bersentuhan yang dapat meningkatkan yield asam oksalat.
Tetapi waktu reaksi yang cukup lama akan menyebabkan reaksi lanjut terhadap asam
oksalat, sehingga hasil yang diinginkan semakin berkurang (Narimo, 2009).
Yield
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
Waktu (Menit)
Gambar 4.2 Pengaruh Waktu Pemasakan terhadap Yield Asam Oksalat pada
Konsentrasi NaOH 3,5 N
Dapat dilihat pada Gambar 4.3 bahwa didapatkan hasil yang memiliki kesamaan
dengan konsentrasi larutan pemasak NaOH 3,5 N pada konsentrasi NaOH 4 N dan 4,5
N. Bahwa terjadi peningkatan yield asam oksalat seiring semakin lama waktu
pemasakan dan akhirnya menurun pada waktu pemasakan 70 menit.
Yield
Konsentrasi 4 N
40
45
50
Konsentrasi 4,5 N
55
60
65
70
75
80
85
90
Waktu (Menit)
Gambar 4.3 Pengaruh Waktu Pemasakan terhadap Yield Asam Oksalat pada
Konsentrasi NaOH 4 N dan 4,5 N
Pada Gambar 4.2 dan 4.3 dapat dilihat bahwa waktu pemasakan optimum dalam
pembuatan asam oksalat pada konsentrasi NaOH 3,5 N; 4 N dan 4,5 N dengan
menggunakan metode peleburan alkali berada pada waktu 60 menit.
4.3 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Yield Asam Oksalat yang Dihasilkan
Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan yield asam oksalat yang
dihasilkan seiring dengan kenaikan konsentrasi NaOH dan akhirnya meningkat pada
konsentrasi NaOH 4,5 N.
Yield
3.0
3.2
3.4
3.6
3.8
4.0
4.2
Konsentrasi (N)
4.4
4.6
4.8
5.0
Gambar 4.4 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Yield Asam Oksalat pada Waktu 50
menit
Pada waktu pemasakan 70 dan 80 menit didapat hasil yang memiliki kesamaan
dengan waktu pemasakan 50 menit. Tetapi beda hal nya pada waktu pemasakan 60
menit yang mengalami kenaikan yield asam oksalat yang dihasilkan seiring dengan
kenaikan konsentrasi NaOH dan akhirnya menurun pada konsentrasi 4,5 N yang dapat
dilihat pada Gambar 4.5.
Yield
3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0 4.2 4.4 4.6 4.8 5.0
Konsentrasi (N)
Gambar 4.5 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Yield Asam Oksalat pada Waktu 60
menit
Ketidaksesuaian hasil yang didapat dalam memvariasikan variabel konsentrasi
larutan pemasak NaOH 3,5 N; 4 N dan 4,5 N dapat dilihat pada Gambar 4.6. Peneliti
menetapkan bahwa kopnsentrasi larutan pemasak NaOH tidak memiliki pengaruh yang
terlalu signifikan terhadap yield asam oksalat yang dihasilkan.
Yield
50 Menit
60 Menit
70 Menit
80 Menit
3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0 4.2 4.4 4.6 4.8 5.0
Konsentrasi (N)
Gambar 4.6 Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Yield Asam Oksalat pada Waktu 50,
60, 70 dan 80 menit
Pada Gambar 4.6 menunjukkan ketidaksesuaian hasil yang didapat dengan hasil
dari peneliti-peneliti sebelumnya yang menunjukkan konsentrasi NaOH sebagai larutan
pemasak yang berbanding lurus dengan yield asam oksalat yang dihasilkan sampai pada
titik tertentu dimana terjadi reaksi lanjut yang menyebabkan terurainya asam oksalat
menjadi CO2 dan H2O (Narimo, 2009).
Gambar 4.11 Spektrum Infra Merah Asam Oksalat Hasil Sintesis dari Alang-alang
Dari Gambar 4.10 dapat dilihat asam oksalat standard memiliki serapan kuat
vibrasi regangan gugus hidroksil (O-H) yang terdapat pada bilangan gelombang 32003700 cm-1. Gugus hidroksil dikarakterisasi pada serapan kuat dan tajam pada 3422,06
cm-1. Sementara asam oksalat hasil sintesis dari alang-alang memiliki vibrasi regangan
gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3402,43 cm-1. Selain itu pada gugus yang lain
juga didapat hal yang serupa, seperti pada gugus C=C yaitu pada bilangan gelombang
1685,48 pada asam oksalat standard dan 1685,79/1620,21 pada asam oksalat hasil
sintesis. Pada gugus C-O yaitu pada bilangan gelombang 1123,33 pada asam oksalat
standard dan 1114,86 pada asam oksalat hasil analisa. Dan pada gugus C-H yaitu pada
bilangan gelombang 718,35 pada asam oksalat standard dan 667,37 pada asam oksalat
hasil analisa
Dari vibrasi rentangan gugus hidroksil antara asam oksalat standard dengan
asam oksalat hasil sintesis alang-alang memiliki puncak yang tidak jauh berbeda. Hal
ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini, senyawa yang dihasilkan merupakan
asam oksalat.
Namun masih terdapat beberapa gugus fungsional dari senyawa-senyawa
pengotor yang ditunjukkan oleh vibrasi-vibrasi pada regangan 2100-2400 yang
merupakan gugus C= C, pada regangan 900-100 yang merupakan silica dan pada
regangan 1300-1500 yang merupakan gugus C-H lemah.
C kemungkinan disebabkan hasil kristalisasi yang belum murni atau masih terdapat
pengotor di dalmnya.
Karakteristik
Bentuk
pH
Melting Point