You are on page 1of 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Masa puerperium normal adalah waktu yang diperlukan agar organ genetalia
interna ibu kembali menjadi normal secara anatomi dan fungsional, yaitu sekitar
enam minggu (Manuaba, 2007).

Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi kembali keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadangkadang disebut puerperium atau trimester empat kehamilan (Bobak, 2004).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).

B. Adaptasi Fisiologis
Periode post partum terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Immediate Post Partum (Puerperium Dini) yaitu kepulihan ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan 24 jam setelah post partum.
2) Early Post Partum (Puerperium Intermedial) yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Late Post Partum (Remote Puerperium) adalah minggu kedua setelah post
partum dimana waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila seama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Waktu untuk sehat sempurna bias berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.

1.

Sistem Cardiac Output


Pada kala I dan II, cardiac output terus menurun dan puncaknya pada awal
puerperium. Akibat kembali darah kearah maternal, terputusnya aliran
uteromaternal beberapa jam setelah persalinan cardiac output menurun 50%.
Cardiac output akan kembali normal setelah 2-3 minggu post partum.
a. Komponen darah

1) Hematokrit (Ht) dan Hemoglobin (Hb)


72 jam pertama persalinan Ht meningkat dan Hb menurun akibat
kehilangan sejumlah plasma dan eritrosit.
2) Leukosit
Pada10-12 jam pertama persalinan meningkat antara 20.000-25.000
/mm3

(Neutropil merupakan jumlah terbesar. Leukosit meningkat

dalam 6 hari post partum disertai gejala lain, indikasi infeksi


puerperium.

b. Faktor Koagulasi
1) Faktor pembekuan atau fibrinogen
Meningkat pada awal setelah persalinan.
2) Kerusakan pembuluh darah dan peningkatan faktor pembekuan resiko
tromboemboli.
3) Faktor I,II,VIII,Ix dan X mengalami penurunan separah kondisi
sebelum hamil dalam beberapa hari post partum.

c. Pembuluh Darah
1) Keluhan varises, ekstremitas dan vulva segera akan berkurang setelah
persalinan.
2) Keluhan haemoroid biasanya akan mengganggu kebiasaan BAB,
ataupun pada saat duduk.

2. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Penurunan fundus uteri dan pengecilan uterus, indikasi adanya proses
involusi. Segera setelah plasenta lahir, fundus uteri dipertengahan antara
simpisis umbilikus 2 cm dibawah umbilicus dengan fundus diarea proman
karium sakrum.

Uterus akan mengeras dan mengecil karena kontraksi ukuran, seperti pada
masa kehamilan 16 minggu panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm dan

berat 100 gram, 24 jam fundus turun 102 cm. Hari ke 6 fundus dipertengah
simpisis umbilikus. Hari ke 9 uterus tidak teraba. Setelah enam minggu
uterus normal. Setelah plasenta lahir, berat uterus 1000 gram, 1 minggu post
partum 500 gram, 2 minggu post partum 375 gram, dan akhir post partum 50
gram.

Penurunan ukuran dan berat uterus terjadi akibat penurunan ekstrogen dan
progesteron segera setelah plasenta lahir. Terjadi proses pengecilan/penipisan
sel-sel uterus.

b. Tempat Melekatnya Plasenta


Ekstrusi lengkap tempat melekatnya plasenta perlu waktu sampai 6 minggu (
Williams, 2005 ). Proses ini mempunyai kepentingan secara klinis yang
besar, karena bila proses ini terganggu, dapat terjadi pendarahan nifas awitan
lambat.

c. Nyeri Pasca Melahirkan


Hebat dalam intrerval interfal tertentu, terutama pada multipara, sehingga
menyebabkan nyeri pasca melahirkan. Kadang-kadang nyeri ini cukup parah
sehingga memerlukan analgesik. Nyeri pasca melahirkan terutema terasa
ketika bayi menyusui, tampaknya akibat pelepasan oksitosin. Biasanya, nyeri
ini berkurang intensitasnya dan melemah pada hari ke tiga pasca partum.

10

d. Lokhia
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya
discharge vagina dalam jumlah bervariasi, ini disebut lokhia. Secara
mikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel sel epitel, dan
bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk kepada
vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge
diambil dari rongga uterus.
1) Lochea rubra awal pasca partum - 3 hari
a) Warna merah terang
b) Berupa darah dan bekuan
c) Mengandung desidua dan tropoblast
d) Bau normal seperti manstrubasi
e) Pada saat menyusui jumlahnya meningkat
Kondisi abnormal
a) Bekuan banyak
b) Bau agak busuk
c) Jumlah agak banyak

2) Lochea serosa pada hari ke 4 9 hari pasca partum


a) Warna merah muda- coklat
b) Bau normal seperti mansturbasi
c) Jumlah mulai sedikit

11

d) Mengandung serum, leukosit dan jaringan mati


Abnormal
a) Bau busuk dan jumlah banyak

3) Lochea alba hari ke 10 2 s/d 6 minggu setelah pasca partum


a) Warna kuning- putih bening
b) Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, serum
Abnormal
a) Banyak bekuan
b) Bau busuk
c) Jumlah banyak
d) Warna merah
e) Keluar hingga lebih 2 3 minggu
Cara mengukur pengeluaran lochea
a) Dengan mengamati darah pada pembalut
b) Timbang pembalut sebelum dan sesudah dipakai, selisih jumlah berat
identik dengan lochea yang keluar dan setiap 1 gram = 1 cc darah /
lochea.

12

Pebedaan antara lokhia dan pendarahan


a) Lokhia
Mengalir secara kontraksi, terdapat gumpalan darah, warna darah
lebih gelap dan jumlahnya semakin berkurang.

b) Pendarahan
Mengalir memancar, keluar terus semakin deras, warna merah sagar.

e.

Serviks
Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya
mengalami laserasi terutama dibagian lateral. Ostium serviks berkontraksi
perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat
ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium itu telah
menyempit. Karena ostium menyempit, serviks menebal dan kanal kembali
terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat
sepenuhnya kembali kepenampakannya sebelum hamil. Os ini tetap agak
melebar, dan depresi

bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai

perubahan yang permanen dan menjadi ciri khas serviks para.

f.

Vagina
Akibat trauma persalinan mengakibatkan adanya edema dan luka pada
dinding vagina, rugae mendatar dan akan kembali pada minggu ketiga .

13

g. Perubahan Perineum
Segera setelah persalinan, perineum akan edema dan terdapat perlakuan baikbaik yang dibuat (melalui prosedur episiotomi) maupun yang spontan. Sering
juga terdapat ekimosis (bercak perdarahan pada kulit dan selaput lender).
Kembalinya ovulasi dan Menstruasi.

Pada ibu yang tidak menyusui, menstruasi akan terjadi sekitar minggu ke 6-8
post partum. Ibu yang menyusui 45% akan menstruasi anovulatory satu kali
atau lebih (80% ibu menyusui). Pada ibu-ibu ini terjadi infertilitas dengan
penyebab pasti yang belum jelas.

h. Perubahan Payudara
Setelah persalinan berhubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan
meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi
ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan
keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada
membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan
terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi
perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan
merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.

14

3. Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan dapat dilihat
dari pemeriksaan puerperium. Adaptasi tersebut meliputi relaksasi sampai
hipermobilitas persendian dan perubahan tekanan darah pada ibu ( persendian
yang menopang berat badan ibu ), juga terjadi edema karna pembesaran uterus.
Stabilnya persendian sempurna setelah 6-8 minggu kelahiran. Bagaimanapun
persendian akan kembali seperti sedia kala sebelum kehamilan.

4. Sistem Neurologi
Perubahan pada sistem neurologi selama nifas sebagai akibat dari adaptasi
menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah proses melahirkan.
Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang
setelah wanita melahirkan.

5. Sistem Peritonium dan Dinding Abdomen


Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur dibanding kondisi saat tidak
hamil, dan ligamen-ligamen ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih
dari peregangan dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi berkepanjangan
yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu
beberapa minggu, tapi pemulihan dapat dibantu dengan olah raga. Selain
timbulnya striaea yang berwarna kepereak-perakan, dinding abdomen biasanya

15

kembali ke keadaan sebelum hamil. Namun, jika otot-ototnya tetap atonik,


dinding abdomen akan tetap kendur. Mungkin terdapat pemisahan atau diastasis
muskulus rektus yang jelas. Pada keadaan ini, dinding abdomen disekitar garis
tengah hanya dibentuk oleh peritoneum, fasia tipis, lemak subkutan dan kulit.

6. Sistem Integumen
Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari
penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita
ada

yang

tidak

menghilang

secara

keseluruhan,

kadang

ada

yang

hyperpigmentasi yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat


selama kehamilan seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari
penurunan hormon progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga
rambut tampak rontok.

7. Sistem Pencernaan
Rasa sering timbul segera setelah selesai persalinan karena banyaknya energi
yang telah di keluarkan oleh ibu selam proses persalinan.
a. Haus dan ingin minum banyak, akibatnya cairan yang keluar selama
persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan pernafasan.
b. Buang air besar sering kali kurang lancar karena tonus otot yang menurun,
tekanan intra abdominal menurun, dan nyeri akibat luka perineum, serta
kadang-kadang oleh haemoroid.

16

8. Sistem Imunologi
Imunologi A merupakan suatu antibody yang terdapat pada kolostrum dan air
susu berfungsi untuk mencegah menempelnya bakteri permukaan mukosa
terutama pada truktus gastro intestinal.

C. Adaptasi Psikologis
1. Adaptasi Ibu
a. Fase Taking in
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
terganggu berlangsung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan
bayinya tetapi memperhatikan . Dalam fase ini yang diperlukan adalah
informasi tentang bayinya, ibu mengenang pengalaman melahirkan yang
baru dialaminya. Untuk memulihkan perlu memperoleh tidak dan makan
yang adekuat.

b. Fase Talking hold


Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif , perhatian terhadap kemampuan
mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar, buang
air kecil, melakukan berbagai aktivitas, jalan, duduk, ingin belajar tentang
perawatan dirinya sendiri dan bayinya . Timbul rasa kurang percaya diri
sehingga mudah mengatakan tidak mampu mengatakan perawatan fase
ini berlangsung kira-kira 10 hari.

17

c. Fase Letting go
Ibu merasakan bahwa bayinya adalah terpisah dari dirinya mendapat
peran dan tanggung jawab baru, terjadi peningkatan kemandirian dalam
perawatan diri sendiri dan bayinya , penyesuaian dalam hubungan
keluarga termasuk bayi.

2. Adaptasi Ayah
Ayah terlihat mempunyai keterlibatan yang kuat dengan bayi mereka,
keterlibatan ayah memberikan kebahagiaan dan perhatian penuh pada
bayinya. Proses yang di prediksi selama 3 minggu merupakan transisi kemasa
orang tua, melalui 3 tahap:
a. Harapan
Pengalaman saat pra konsepsi tentang seperti apabila ada bayi di rumah.
b. Realitas
Menyadari harapannya tidak sesuai fakta kesedihan, ambivalensi.
Kecemburuan, frustasi, tidak dapat berpartisipasi penuh, sangat senang
dengan mudahnya dan lucunya menjadi ayah.
c. Transisi kepenguasaan
Keputusan yang membingungkan untuk mengambil alih dan menjadi aktif
terlibat dalam kehidupan bayi.

18

3. Adaptasi Sibling
Sibling harus menerima peran barunya jika saudaranya lahir. Biasanya
sibling cemburu karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya,
dengan berprilaku infantile, bermusuhan/agresif terhadap bayi, sikap ini
dapat berkurang bila sibling sering bersama bayi. Misalnya sibling yang lebih
muda dengan dengan menyentuh kepala dan sibling yang lebih tua dengan
menyentuh lengan (Bobak, 2001).

D. Penatalaksanaan Medis
1.
a.

Keperawatan
Kebersihan diri
Kebersihan seluruh tubuh sangat penting dalam perawatan masa nifas ibu
post partum.

b.

Beristirahat yang cukup


Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan kembali kepada kegiatan
rumah tangga bisa perlahan-lahan serta untuk tidur siang / beristirahat
selagi bayu tidur. Kurang istirahat juga mempengaruhi pengurangan jumlah
asi yang diproduksi memperlambat involusi uterus dan emperbanyak
pendarahan, depresi, dan ketidamampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.

19

c.

Gizi
Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui).

d.

Perawatan Payudara
Menjaga payudara tetap kering dan bersih, menggunakan BH yang
menyongkong payudara, apalagi putting susu lecet oleskan kolostrum / asi
yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali menyusui , tetapi
dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.

e.

Hubungan Seksual
Ketika luka perineum telah sembuh dan pengeluaran lochea terhenti, yang
akan menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
: setelah 40 hari / 6 minggu setelah persalinan , keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.

f.

Keluarga Berencana
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko dan manfaat untuk
Mencegah kehamilan padahal ibu baru melahirkan.

g.

Periksalah kembali pada minggu ke 6 / follow up.

20

2. Tes Diagnostik
Uji lab rutin yang harus di periksa adalah hemoglobin, hematokrit, sel darah
putih (leukosit). Haemoglobin normal : 12-14 g/dl, Hematokrit : 37-43 %,
Leukosit : 12.000/mm3 dan urin normal 1500cc.

3. Therapy Medik
a.

Obat Analgetik
Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang di akibatkan oleh
episiotomy.

b.

Obat Antipiretik
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal dari
tanda-tanda infeksi.

c.

Antibiotik
Digunakan untuk ada inflamasi atau infeksi

d.

Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infuse dan


transfusidarah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang di jumpai.
Pemeriksaan yang lain di lakukan pada masa nifas atau post partum yatu
pemeriksaan darh terutama haemoglobin dan hematokrit. Selain itu,
dilakukan juga pemeriksaan urin pada ibu post partum yang mengalami
infeksi pada saluran kemih.

21

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal menurut Bobak, 2005
meliputi :
a. Pengkajian data dasar klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk
kelahiran abnormal. Sedangkan cara pengumplan data meliputi observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi.
1) Identitas Klien
a) Identitas klien meliputi : Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku bangsa, bahasa yang digunakan, sumber
biaya, tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian,
alamat rumah.
b) Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku.
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan
Data yang perlu di kaji antara lain : keluhan utama saat masuk rumah
sakit, factor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang
berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalahpeningkatan
tekanan darah, eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan,
edema, pusing, sakit kepala, nyeri epigastrik.

22

b) Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravid, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau antenatalcare ( ANC ) dan
imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.
c) Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya
persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama
melahirkan jahitan pada perineum dan perdarahan.
d) Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi.
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR score, untuk menyusui atau
pemberian susu formula dan kelainan congenital yang tampak pada
saat dilakukan pengkajian.
e) Pengkajian masa nifas atau post partum pengkajian yang dilakukan
meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan,
gambaran

lokhea,

keadaan

perineum,

abdomen,

payudara,

episiotomy, kebersihan menyusui dan respon terhadap bayi.

3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas atau pasca partum yaitu
:

23

a) Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena diet yang baik selama masa hamil
mempunyai rambut yang kuat dan segar.
b) Muka
Kaji adanya edema pada muka yang dimaninfestasikan dengan
kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah
menonjol.
c) Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti
normal, sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia,
dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.
d) Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara, dan
kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya ASI.
e) Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,
palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
f) Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darahyang
keluar dan baunya.
g) Sistem perkemihan

24

Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan


adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen
bagian bawah.
h) Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi
sinus inspeksi adanya tanda-tanda REEDA ( Rednes atau
kemerahan, Echymosis atau perdarahan bawah kulit, Edeme atau
bengkak, Disccharge atau perubahan lochea, Approximation atau
pertautan jaringan.
i) Ekstremitas bawah
Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan
oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboplebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
j) Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi pernafasan, tekanan darah
selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.

4) Pemeriksaan penunjang
a) Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit ( Hb/ Ht) :
megkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari
kehilangan darah pada pembedahan.
b) Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

25

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori pada pasien pasca persalinan normal
menurut Doengoes, Marlinn E. 2001, meliputi :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanis,
edeme atau pembesaran jaringan
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau
kerusakan kulit, penurunan Hb
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/ mengingat
d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek
dehidrasi, diare dan nyeri perineal
e. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal, trauma
mekanis, edema jaringan
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
g. Resiko terhadap ketidakefektifan menyusui yang berhubungan dengan
produksi ASI yang tidak adekuat
h. Kurang perawatn diri : mandi/kebersihan diri berhubungan dengan
keletihan selama proses persalinan (Mitayani, 2009).

26

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana

asuhan

keperawatan

pada

ibu

pasca

persalinan

normal

Doengoes,2001) yaitu :
Diagnosa 1

: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma


mekanis, edeme atau pembesaran jaringan

Tujuan

: Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


nyeri dapat hilang atau berkurang.

Kriteria Hasil :
1) Klien tampak rileks
2) Rasa nyaman nyeri dapat berkurang atau hilang
3) Skala nyeri 1-2
4) Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 120/ 80 mmHg, Nadi : 80-88 x/
menit, RR : 20 x/ menit, Suhu : 36c.
Rencana Tindakan :
1)

Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran

2)

Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy, perhatikan edema,


ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulent atau kehilangan perlekatan
jahitan.

3)

Beriksn kompres pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama


setelah melahirkan

4)

Anjurkan dengan relaksasi dengan nafas dalam.

27

5)

Inspeksi haemorroid pada perineum, anjurkan penggunaan kompres es


selama 20 menit setiap 4 jam

6)

Kaji nyeri tekan uterus tentukan adanya frekuansi intensitas nyeri.

7)

Beri analgesic 30-60 menit sebelum menyusui atau perineum bila


dibutuhkan.

Diagnosa 2

: Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan


dan kerusakan kulit

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil

1) Mendemonstrasikan

teknik-teknik

untuk

menurunkan

resiko

atau

meningkatkan penyembuhan
2) Menunjukan luka yang bekas drainage purulen
3) Bebas dari infeksi dan karakter normal.
Rencana Tindakan

1) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai dengan indikasi, catat
tanda-tanda menggigil, anoreksia dan malaise.
2) Infeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, edema atau adanya laserasi.
3) Perhatikan frekuensi/ jumlah berkemih.

28

4) Anjurkan klien untuk mandi setap hari dang anti pembalut.


5) Anjurkan klien untuk menggunakan krim antibiotic pada perineum
sesuai dengan indikasi
6) Berikan antipiretik

Diagnosa 3

Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurang

pemajanan/ mengingat
Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit


maka pengetahuan dapat bertambah

Kriteria hasil

Mengungkapkan

pemahaman

tentang

perubahan

fisiologi, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang


diharapkan.
Rencana Tindakan :
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar, bantu klien atau
pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
2) Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang
distandarisasi atau ceklis
3) Kaji keadaan fisik klien. Rencanakan sesi kelompok atau individu.
4) Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan
paska partum lanjutan.
5) Demonstrasikan teknik-teknik perawatan baik.

29

4.

Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah melaksanakan strategi dan kegiatan sesuai dengan rencana
keperawatan. Dalam melaksanakan implementasi seorang perawat harus
mempunyai kemapuan kognititf. Proses implementasi mencakup pengkajian
ulang kondisi klien. Memvalidasi rencana keperawatan yang telah disusun,
menentukan kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan, melaksanakan
strategi keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan.

Didalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada klien post partum


dalam memberikan asuan keperawatan, perawat harus mampu bekerja sama
dengan klien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang terkait, sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.

5.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi : Dimulainya ikatan keluarga,
berkurangnya nyeri, terpenuhi kebutuhan psikologi, mengekspresikan harapan
diri yang positif, komplikasi tercegah/ teratasi, bebas dari infeksi, pola eliminasi
optimal, mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis, dipahami
kebutuhan paska partum ( Doenges, 2005 ).

You might also like