You are on page 1of 7

BELAJAR DARI NABI IBRAHIM,

MEMBANGUN CITA-CITA DUNIA DAN AKHIRAT









!Kaum muslimin yang berbahagia
Betapa besar karunia Allah Taala kepada kita semua. Betapa tidak terhingga nikmatNya untuk kita semua. Ada yang kita sadari, namun lebih banyak yang luput dari
kesadaran kita.
Marilah kita renungkan betapa banyak kedurhakaan kita kepada-Nya.
Betapa hari demi hari yang kita jalani tidak pernah luput dari kelalaian untuk
mengingat-Nya.
Tapi dengan semua kelalaian itu, Allah Azza wa Jalla tidak pernah lalai dan bosan
untuk terus-menerus mencurahkan nikmatNya kepada kita. Semua kedurhakaan kita
tidak menghalangi Dia yang Mahaperkasa untuk tetap menyelimuti kita dengan kasih
sayangNya.
Dan hari ini, Ia masih mengizinkan kita untuk sekali lagi bersujud kepadaNya, untuk
sekali lagi bertakbir dan bertahlil mengagungkan namaNya, dan untuk sekali lagi
bertaubat kepadaNya.
Kita tidak pernah tahu, hadirin sekalian, boleh jadi inilah sujud terakhir kita
padaNya di dunia ini. Inilah takbir dan tahlil terakhir kita untukNya. Dan inilah
taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd.
!Kaum muslimin rahimahukumullah
Idul Adha akan selalu mengingatkan pada sosok Ibrahim alaihissalam dan
keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum muslimin bergegas
menyelesaikan prosesi ibadah haji yang agung, di tanah air ini, kita duduk sejenak

untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan Allah kepada kita melalui


kisah monumental Nabi Ibrahim dan keluarganya alaihimussalam.
Allah Taala berfirman:

Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan orangorang yang bersamanya (al-Mumtahanah: 4)
Sosok Ibrahim alaihissalam adalah teladan pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim
mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin harus sepenuhnya hidup untuk
sebuah obsesi dan cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin
tidak akan pernah terhenti hingga ia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah.
Obsesi dan cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi
pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.
Nabi Ibrahim alaihissalam mengajarkan kepada kita bahwa obsesi dan cita-cita
hidup kita sepenuhnya harus selalu diukur dengan keridhaan dan kecintaan
Allah Azza wa Jalla. Apa yang diridhai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, maka
itulah obsesi dan cita-cita kita. Jika tidak, maka obsesi dan cita-cita itu harus segera
kita hapus dan buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Karena obsesi dan cita-cita yang
tidak diridhai oleh Allah Taala hanya akan membawa kehidupan kita dalam serial
malapetaka dan kehancuran yang tidak akan habisnya.
Maka
demi
obsesi
dan
cita-cita
tertingginya
akan
Surga,
Nabi
Ibrahim alaihissalam melintasi gurun sahara yang kering, di bawah cengkraman
terik matahari dan pelukan malam-malam yang dingin. Dan ia tidak sendiri dalam
perjalanan itu. Istri dan bayi mungilnya ikut serta menikmati perjalanan penuh
obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.
Bayangkanlah, hadirin sekalian, betapa tidak mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah
caranya untuk membuktikan kepada Allah Azza wa Jalla bahwa mereka sungguhsungguh dengan obsesi tentang Surga itu. Dan kita semua tentu mengetahui bahwa
pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya itu tidak berhenti sampai di situ.
Pertanyaan pentingnya untuk kita semua adalah:
Sudahkah obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya untuk Allah?
Jika jawabannya adalah iya, maka seberapa besar sudah pengorbanan yang kita
tunjukkan kepadaNya untuk itu?
Bersyukurlah jika tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, tapi untuk obsesi
sehebat Surga, tentu harus lebih dari itu!
Dalam konteks pengorbanan ini pula, maka kita teringat kepada kisah heroik
Keluarga Yasir di awal Islam, saat mereka melewati penyiksaan demi penyiksaan atas
komitmen
keislaman
mereka,
lalu
Rasulullah shallallahu
alaihi
wa
sallam menghibur mereka dengan mengatakan:

Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir! Karena sesungguhnya janji pertemuan kalian


adalah Surga.[1]

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd!


Kaum muslimin yang berbahagia!
Hingga detik ini, negeri kita yang mayoritas muslim ini terus-menerus menjadi
panggung tempat dipentaskannya berbagai macam krisis dan tragedi akhlak dan
moral yang memilukan.
Kisah-kisah para pejabat Negara yang korupsinya tidak pernah puas, yang didukung
oleh kondisi penegakan keamanan dan keadilan yang berat sebelah dan memihak

kepentingan tertentu, telah menjadi konsumsi rutin kita tiada henti. Pembasmian
korupsi seperti lebih sering menemukan jalan buntu, namun penangkapan dengan
dalih terorisme begitu sering mengukir prestasi.
Lalu tiba-tiba kita dikejutkan oleh seorang hakim pengadilan negeri yang tertangkap
basah dalam pesta narkoba di sebuah hotel, yang tanpa ragu menggelontorkan uang
sebesar 10 juta rupiah dalam satu malam itu saja!
Begitulah, ternyata krisis moral dan akhlak telah melanda orang-orang tua di negeri
ini. Lalu bagaimana dengan generasi mudanya?
Menurut catatan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
Kalimantan Timur, sepanjang tahun 2008 saja dari sekitar 300 lebih responden yang
diteliti (Pelajar SMP dan SMA), sebagian besar di antaranya sudah sering berzina,
bahkan ada yang sudah hamil.
Sekitar 14 % dari mereka melakukan perbuatan amoral (zina) itu di lingkungan
sekolah, sedangkan 28 % dari mereka melakukannya di rumah. Sisanya, di tempat
rekreasi dan di hotel-hotel.
Di Papua, terdapat sekitar ratusan pelajar yang mengidap HIV/AIDS. Dari
jumlah tadi, 60 % lebih diderita pelajar asli asal Papua dan 40 % lagi pelajar non
Papua (pendatang), sebagaimana disampaikan oleh Komisi Penanggulangan
HIV/AIDS (KPAD) Provinsi Papua.
Dan semua itu adalah fenomena gunung es. Sedikit yang terungkap, dan lebih
banyak lagi yang tidak terungkap.
Kita juga tentu mengikuti fenomena tawuran antar pelajar dan mahasiswa yang
seringkali disebabkan oleh hal-hal remeh yang tidak masuk di akal.
Dengan semua fenomena kebobrokan kaum muda Indonesia itu, kita kemudian
dikejutkan dengan klaim sebuah media televisi bahwa lembaga-lembaga Rohis adikadik kita di SMA adalah sarang pengkaderan teroris. Stasiun televisi itu lupa bahwa
Rohis adalah benteng utama pembinaan moral anak-anak kita.
Kenyataan dan fakta ini tentu saja membuat kita bertanya: Mengapa itu semua
terjadi?
Dalam konteks perjuangan Nabi Ibrahim, kita dapat mengatakan bahwa banyak
generasi tua dan generasi muda telah kehilangan obsesi dan cita-cita hidup yang
sesungguhnya. Banyak orang berjalan dalam obsesi-obsesi semunya.
Mereka semua mungkin tahu bahwa korupsi, berzina dan melakukan
kezhaliman itu dosa. Tapi lemahnya obsesi dan cita-cita akhirat, membuat mereka
takluk tak berdaya pada godaan dunia yang menghancurkan masa depan akhirat
mereka.
Karena obsesi semacam ini pula, banyak orang tua yang lupa bahwa anak-anak
mempunyai kebutuhan yang jauh lebih besar daripada uang dan materi. Mereka
membutuhkan belaian cinta dan bimbingan penuh kasih sayang dari orang tua
mereka.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!
Tapi harapan menjadi lebih baik selalu ada, sebagaimana pintu taubat Allah selalu
terbuka bagi siapapun di antara kita yang ingin berubah menjadi hamba yang lebih
baik.
Sekali lagi, marilah belajar dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Beliau adalah teladan
bagi setiap orang tua yang menyayangi anaknya. Beliau mengajarkan kepada kita
cara yang benar dalam menyayangi anak kita. Bukan dengan memuaskan segala
permintaannya, tapi dengan mendekatkan mereka kepada Allah dengan penuh
hikmah dan kelembutan.

Sesungguhnya Ibrahim itu adalah seorang yang lembut, pengasih dan selalu
kembali (kepada Allah). (Hud: 75)
Inilah sifat dan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang tua: lemah
lembut, pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: selalu kembali dan bersandar
kepada Allah yang Mahakuat.
Coba renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim karena kecintaannya kepada keluarga
dan anak-anaknya:






Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini
negeri yang aman dan jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah
berhala (Ibrahim: 35)













Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakkan shalat, beserta
keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku (Ibrahim: 40)

Kaum muslimin yang berbahagia!


Demikianlah kekhawatiran dan kegelisahan Ibrahim terhadap keturunannya. Karena
itu, seperti Nabi Ibrahim, seharusnya kita selalu khawatir jika anak-anak kita
akhirnya tidak lagi menyembah Allah dan menghambakan diri kepada selain Allah.
Seharusnya kekhawatiran anak kita tidak shalat dan menjalankan perintah Allah
lebih besar daripada saat ia kehilangan karirnya.
Di sinilah Nabi Ibrahim alaihissalam sekali lagi- mengajarkan kepada kita untuk
berani berkorban demi obsesi dan cita-cita akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi politik kita, jika itu hanya akan
menghancurkan masa depan akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi karir dan jabatan kita, jika itu hanya akan
membuat Allah murka kepada kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi nafsu kita, jika itu hanya akan membuat kita
menyesal di saat penyesalan tidak akan pernah berguna lagi di Padang Mahsyar.
Semua obsesi keduniaan itu tidak akan membuat kita bahagia, jika pada akhirnya
hanya akan menorehkan nama-nama kita dalam barisan makhluk yang dimurkai
oleh Allah Azza wa Jalla.
Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Kepada mereka yang mendapatkan amanah untuk memimpin dan mengatur negeri
ini, mulai dari level nasional hingga level lokalKepada aparatur peradilan dan
keamananTunaikanlah amanah mengatur negeri ini dengan penuh rasa takut
kepada Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun, karena itu kata
Rasulullah- akan menjadi kegelapan yang berlapis-lapis pada hari kiamat.
Renungkanlah selalu firman Allah Taala ini:

Dan jangan pernah sekalipun engkau menyangka Allah akan lalai dengan apa
yang dilakukan oleh orang-orang zhalim. Sungguh Allah hanya mengulur mereka
hingga hari di mana pandangan mata mereka terbelalak. (Ibrahim: 42)
Kepada rekan-rekan generasi muda, jangan pernah terlena dengan tubuh yang masih
kuat, mata yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia yang belum tua.
Semua itu sama sekali bukan jaminan bahwa perjalanan Anda di dunia masih lama.
Sebab tua dan muda memiliki kedudukan yang sama di hadapan kematian.
Gunakanlah tubuh yang kuat dan usia muda ini untuk bekerja meraih kesuksesan
dunia dan akhirat Anda.
Kepada para muslimah yang mulia, kaum wanita adalah pilar utama bangunan suatu
masyarakat. Dan kaum wanita hanya bisa menjadi pilar utama itu jika mereka tetap
berada dalam fitrah kewanitaan mereka sesuai yang digariskan Allah dan RasulNya.
Dan hari ini, Indonesia yang tertatih-tatih ini menanti kehadiran Anda, para wanita
sejati, yang membelai dan mendidik anak-anaknya dengan cinta, yang belajar
setinggi-tingginya agar dapat menjadi ibu yang cerdas dan bijak bagi anak-anaknya,
bukan untuk yang lainnya
Kepada para penanggung jawab dan pelaksana media informasi, pesan kami hanya
satu: tulis dan sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi ingatlah bahwa
setiap kata dan ucapan itu akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza
wa Jalla. Tak satu pun kata yang tertulis atau terucapkan yang akan luput dari
pengadilan Allah kelak. Karenanya berhati-hatilah dengan pena dan ucapan Anda.

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd


Kaum muslimin yang berbahagia!
Mari berkurban sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam , hewan
yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, kambing yang
genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban tidak boleh
memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun
rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada
kulit, kuku atau mulut.
Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja,
sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala
maka boleh pada semua jenis tanpa batas.
Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi dia
bisa mewakilkannya kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga
shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan
dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga
bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah.
Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha
hingga tiga haritasyriq setelahnya.
Pembagian hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga
buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir
miskin. Nilai pahala hewan kurban seseorang di sisi Allah Taala tidak hanya diukur
dengan banyaknya daging yang dihasilkan atau banyaknya darah yang dikucurkan,
tetapi sifat keikhlasan pemiliknya, olehnya itu luruskanlah niat hanya mengharap
balasan dariNya semata.

Dan karena hari ini bertepatan dengan hari Jumat, maka perlu diketahui jika hari
raya bertemu dengan hari Jumat, maka kewajiban shalat Jumat menjadi gugur bagi
kaum pria yang mengikuti shalat Ied, sehingga ia hanya wajib mengerjakan shalat
Zhuhur. Namun yang afdhal jika ia tetap hadir shalat Jumat. Tetapi para imam dan
khathib Jumat diharapkan tetap menunaikan shalat Jumat, agar syiar Jumat tetap
terjaga. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:








Telah bertemu pada hari kalian ini 2 hari raya. Maka barang siapa yang mau,
maka shalat Ied itu telah mencukupkannya dari shalat Jumat, tetapi kami (tetap)
melaksanakan shalat Jumat.[2]

Hadirin yang berbahagia!


Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!
Akhirnya, di ujung khutbah ini, marilah kita tundukkan hati dan jiwa serta seluruh
tubuh ini kepada Allah, untuk berdoa dengan penuh keikhlasan padanya.


Duhai Allah yang Maha pengasih, yang Mahalembutkami tidak pernah sanggup
menghitung karuniaMu kepada kami, seperti kami tidak pernah sanggup menghitung
berapa banyak kedurhakaan kami kepadaMu. Seharusnya kami patuh pada
perintahMu, tapi kami lebih sering durhaka. Seharusnya kami jauhi laranganMu, tapi
kami lebih sering mengikuti hawa nafsu kami
Duhai Allah yang Maha pengampun, tidak ada yang mampu mengampuni dan
menutupi semua dosa kami selain Engkau. Engkaulah Penguasa segalanya.
Ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa yang berserakan di sepanjang hidup kami
Ampuni kelalaian kami mengingatMuYa Allah, jika Engkau tak lagi berkenan
mengampuni kami, maka entah ke mana lagi kaki ini melangkah mencari
pengampunan itu
Duhai Allah yang Maha melihat, yang Maha mendengarhari ini, untuk kesekian
kalinya kami menundukkan jiwa kami dan mengakui betapa seringnya kami durhaka
kepada kedua orang tua kami. Tidak jarang kami membantah dan berbicara tidak
pantas kepada merekaBetapa seringnya kami mengabaikan keperluan mereka
Kami seringkali lupa bahwa mereka-lah pintu kami memasuki Surga-Mu, ya Allah.
Duhai Allah yang Maha luas ampunanNya, ampunilah semua kedurhakaan dan
kelalaian kami kepada merekaliputilah kedua orang tua kami dengan ampunan dan
rahmatMuterangi alam kubur mereka yang telah tiada dan berikan kekuatan
beramal shaleh kepada mereka yang masih hidupYa Allah, izinkan kami untuk
berbakti sebaik mungkin kepada mereka hingga kehidupan kami berakhir di dunia
ini

Ya Allah, yang Maha perkasa dan Maha bijaksanaNun jauh di sana, ratusan bahkan
ribuan saudara kami sedang melewati episode-episode yang berat dalam hidup
mereka. Di Suriah, Irak, Palestina dan tempat lainnya, saudara-saudara kami tetap
membesarkan dan mengagungkan Nama-Mu di bawah cengkraman musuhmusuhMu yang zhalim. Ya Allah, tidak ada satupun yang luput dari
pengetahuanMuDengan keMahakuasaanMu, segerakanlah pertolongan dan
kemenangan untuk merekaSegerakanlah kehancuran dan kekalahan kepada
siapapun yang berkonspirasi menzhalimi mereka, Ya Aziz, Ya Jabbar, Ya Dzal
Jalaali wal ikram
Ya Allah, Tuhan yang Maha mendengar dan Maha melihatkaruniakanlah kepada
kami pemimpin-pemimpin yang tidak pernah takut kecuali kepadaMu. Berikan
hidayah kepada mereka untuk selalu beribadah dan menegakkan ketetapanMu
Karuniakanlah kepada kami para pemimpin yang memimpin kami dengan cinta,
yang tulus memimpin untuk kebaikan kami di dunia dan akhirat
Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah
permintaan kami.Kami adalahlah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya
kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq,
Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.

You might also like