You are on page 1of 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Definisi1
Efusi pleura adalah penimbunan cairan didalam rongga pleura akibat
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura
bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit.
Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak
10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis,
dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada
waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah
tuberkulosis, infeksi paru nontuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus
atau tumpul pada daerah ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif. Di Negaranegara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif, sirosis
hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di Negara-negara yang sedang
berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.
2.2 Patofisiologi1,2
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.1
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah,
sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah
besar sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.1
Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura
parietalis sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering

disebabkan oleh trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis
lagi seperti pada pasien emfisema paru.1
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain
bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik,
dialisis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan, perikarditis
konstriktiva, keganasan, atelektasis paru, dan pneumotoraks.1
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan
permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa yang paling sering adalah karena
mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa.
Sebab lain seperti parapneumonia, parasit (amuba, paragonimiosis, ekinokokkus),
jamur, pneumonia atipik (virus, mikoplasma, fever, legionella), keganasan paru,
proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang
sebab lain seperti, pakreatitis, asbestosis, pleuritis uremia, dan akibat radiasi.1
2.3 Manifestasi Klinik3
Pada kebanyakan penderita umumnya asimptomatis atau memberikan
gejala demam, ringan ,dan berat badan yang menurun seperti pada efusi yang lain.
Nyeri dada dapat menjalar ke daerah permukaan karena inervasi syaraf
interkostalis dan segmen torakalis atau dapat menyebar ke lengan. Nyerinya
terutama pada waktu bernafas dalam, sehingga pernafasan penderita menjadi
dangkal dan cepat dan pergerakan pernapasan pada hemitoraks yang sakit menjadi
tertinggal. Sesak napas terjadi pada waktu permulaan pleuritis disebabkan karena
nyeri dadanya dan apabila jumlah cairan efusinya meningkat, terutama kalau
cairannya penuh. Batuk pada umumnya non produktif dan ringan, terutama
apabila disertai dengan proses tuberkulosis di parunya
2.4 Diagnosis2,4,5

Adanya efusi pleura memberikan kelainan pada hemitoraks yang sakit


dengan pergerakan pernapasan yang tertinggal, cembung, ruang antar iga yang
melebar dan mendatar, getaran nafas pada perabaan menurun, trakea yang
terdorong, suara ketuk yang redup dan menghilangnya suara pernapasan pada
pemeriksaan auskultasi. Gambaran radiologik posterior anterior (PA) terdapat
kesuraman pada hemitoraks yang terkena efusi, dari foto toraks lateral dapat
diketahui efusi pleura di depan atau di belakang, sedang dengan pemeriksaan
lateral dekubitus dapat dilihat gambaran permukaan datar cairan terutama untuk
efusi pleura dengan cairan yang minimal.

Pleuritis Tuberkulosa1
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan
bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis
paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab
lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju
rongga pleura, iga atau kolumna vertebralis (menimbulkan Penyakit Pott). Dapat
juga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang
biasanya serous, kadang-kadang juga bisa hemoragik. Jumlah leukosit antara 5002.000 per cc. Mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi
kemudian sel limfosit. Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman
tuberkulosis, tapi adalah karena reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein.
Pada dinding pleura dapat ditemukan adanya granuloma.1
Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberkulosis dalam cairan
efusi (biakan) atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah di mana
frekuensi tuberkulosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian
besar efusi pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa walaupun tidak ditemukan
adanya granuloma pada biopsi jaringan pleura.1

2.5 Penatalaksanaan1,4,5

Pada dasarnya pengobatan efusi pleura tuberkulosis sama dengan efusi


pleura pada umumnya, yaitu dengan melakukan torakosentesis (mengeluarkan
cairan pleura) agar keluhan sesak penderita menjadi berkurang, terutama untuk
efusi pleura yang berisi penuh. Beberapa peneliti tidak melakukan torakosentesis
bila jumlah efusi sedikit, asalkan terapi obat anti tuberkulosis diberikan secara
adekuat.1,4,5
Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi
pada

prosedur

ini

juga

bisa

dikeluarkan

cairan

sebanyak

1,5

liter.

Jika jumlah cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah
selang melalui dinding toraks.1,4
Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus
diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).3
Pengobatan

dengan

obat-obat

antituberkulosis

(Rimfapisin,

INH,

Pirazinamid/Etambutol/Streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan cara


pemberian obat seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan ini
menyebabkan cairan efusi dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkan
eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan
diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-kdang dapat diberikan kortikosteroid
secara sistematik (Prednison 1 mg/kgBB selama 2 minggu, kemudian dosis
diturunkan).1

You might also like