You are on page 1of 4

vRUMAH SAKIT UMUM

WIRADADI HUSADA

Jl. Menteri Supeno 25

Sokaraja BMS

PROSEDUR PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN VENTILATOR ASSOCIATED
PNEUMONIA (VAP)
No. Dokumen :
Tanggal Terbit

No. Revisi :
Halaman :
1/4
Ditetapkan :
Direktur RSU Wiradadi Husada

PROSEDUR
TETAP
dr. Laeli Isticharijah
Pengertian

Mekanisme dari rumah sakit mengenai prosedur pencegahan dan


pengendalian Ventilator Associated Pneumonia (VAP).

Tujuan

Untuk mengurangi resiko terjadinya Ventilator Associated


Pneumonia (VAP) pada pasien dan mencegah infeksi
nosokomial.

Kebijakan

Semua petugas kesehatan di rumah sakit harus mematuhi


prosedur pencegahan dan pengendalian Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) sesuai pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada.

Prosedur

Pencegahan Pneumonia Pasca Bedah


1. Lakukan pengelolaan pra dan pasca bedah yang ditujukan
pada :
Pasien yang akan mendapat pembiusan dan menjalani
pembedahan torak dan abdomen.
Disfungsi paru berat.
Kelainan paru-paru.
Pengelolaan pra dan pasca bedah meliputi pengobatan
dan instruksi medis dan keperawatan.
2. Lakukan pengelolaan pra bedah yang meliputi :
Pengobatan atau resolusi infeksi paru.
Mempermudah pengeluaran sekret saluran nafas
(bronkodilator, drainase postural, perkusi).
Berhenti merokok.
3. Lakukan Instruksi pra bedah meliputi :
Diskusikan dengan pasien mengenai pentingnya sering
batuk, nafas dalam dan mobilitasi pasca bedah.
Instruksikan pasien untuk memperagakan cara batuk dan
nafas dalam pra dan pasca bedah.
4. Pengobatan dan instruksi pasca bedah ditujukan untuk
mendorong pasien sering batuk, nafas dalam dan ambulasi
jika ada kontraindikasi secara medis.
5. Bila cara konservatif di atas gagal untuk mengeluarkan
sekret saluran nafas dapat dilakukan drainase postural dan
perkusi.
6. Jika pasien mengalami nyeri akibat batuk dan nafas dalam,

gunakan analgetik dan topang luka di daerah perut


(meletakkan bantal kecil dan ringan di atas perut) serta beri
obat penghambat syaraf lokal.
7. Jangan gunakan antibiotika sistemik secara rutin.
Cuci Tangan
1. Cuci tangan setiap kali kontak dengan sekret saluran nafas
baik dengan atau tanpa sarung tangan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
yang mendapat intubasi dan trakeostomi.
Cairan dan Obat
1. Gunakan cairan steril untuk tindakan nebulasi dan
humidifikasi, berikan secara aseptik. Jangan gunakan cairan
tersebut pada alat yang terkontaminasi.
2. Buang sisa cairan dalam botol yang sudah dibuka dalam
waktu 24 jam.
Pemeliharaan Alat Terapi Pernafasan yang Sedang Dipakai
1. Isi penampung cairan sebelum dipakai. Bila cairan hendak
ditambahkan, buang sisa cairan yang ada terlebih dahulu.
2. Buang air yang telah mengembun dalam pipa dan jangan
dialirkan balik ke penampung.
3. Ganti secara rutin alat nebulisasi dinding dan penampungnya
setiap 24 jam dengan yang steril atau didesinfeksi
4. Ganti secara rutin alat nebulasi lain dan penampungnya
setiap 24 jam dengan yang steril atau didesinfeksi.
5. Alat penampung pelembab udara oksigen dinding yang
dapat dipakai ulang dibersihkan, dicuci dan dikeringkan
setiap hari.
6. Ganti setiap pipa dan masker yang yang digunakan untuk
terapi oksigen pada setiap pasien.
7. Ganti secara rutin sirkuit alat bantu nafas (termasuk pipa dan
katub ekshalasi) dengan yang steril atau yang sudah
didesinfeksi setiap 24 jam.
8. Jika mesin respirator digunakan untuk beberapa pasien,
maka pada setiap pergantian pasien semua sirkuit alat bantu
nafas diganti dengan yang steril atau yang sudah
didesinfeksi.
Penanganan Peralatan yang Dipakai Ulang
1. Bersihkan dengan seksama setiap peralatan yang akan
disterilkan untuk menghilangkan darah, jaringan, makanan
atau residu lainnya.
2. Dekontaminasi peralatan sebelum dan selama proses
pembersihan, jika alat tersebut ditandai terkontaminasi dan
berasal dari pasien dengan jenis isolasi tertentu.
3. Sirkuit alat bantu nafas (termasuk pipa dan katup ekshaklasi)
dan semua alat yang berhubungan dengan terapi pernafasan
disterilisasi atau didesinfeksi kuat.
4. Untuk ruang pendingin pada alat nebulisasi ultrasonik
disterilkan dengan gas atau didesinfeksi kuat paling sedikit
selama 30 menit.
5. Bagian dalam mesin ventilator dan mesin pernafasan tidak
perlu disterilkan atau didesinfeksikan secara rutin untuk
setiap pemakaian kecuali setelah alat tersebut potensial
terkontaminasi dengan mikroorganisme berbahaya.
6. Respirometer dan alat lain yang digunakan untuk memantau
beberapa pasien secara bergantian, tidak boleh langsung
menyentuh bagian sirkuit alat bantu nafas. Jika tidak

menggunakan penghubung dan alat pemantau langsung


berhubungan dengan alat yang terkontaminasi, maka alat
pemantau tersebut harus disterilkan atau didesinfeksi kuat
sebelum dipakai pasien lain (Kategori I).
7. Kantogn alat resusitasi harus disterilkan atau didesinfeksi
kuat setiap habis dipakai.
Pemantauan Mikroorganisme
1. jika tidak ada kejadian liar biasa (KLB) atau rate endemik
infeksi paru nosokomial tidak tinggi maka proses desinfeksi
alat terapi pernafasan tidak perlu dipantau dengan biakan
sampel dari alat tersebut. Dengan kata lain sampel rutin
tidak perlu dilakukan (Kategori I).
2. Interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan
karena itu sampel mikrobiologik rutin alat bantu nafas yang
sedang dipakai pasien tidak dianjurkan (Kategori I)
Pasien dengan Trakeostomi
1. Tindakan trakeostomi harus dilakukan di kamar operasi,
secara aseptik kecuali dalam keadaan darurat dapat
dilakukan di ruang perawatan (Kategori I).
2. Jika luka trakeostomi sudah mulai sembuh atau membentuk
jaringan granulasi sekitar pipa maka tidak boleh disentuh
dengan tangan langsung, atau setiap manipulasi kedua
tangan menggunakan sarung tangan steril (Kategori II).
3. Bila diperlukan penggantian pipa trakeostomi, maka pipa
pengganti harus steril atau didesinfeksi kuat (Kategori I).
4. Saat mengganti pipa harus digunakan teknik aseptik
termasuk penggunaan sarung tangan dan penutup (duk) steril
(Kategori II).
Pengisapan Sekret Saluran Nafas
1. Pengisapan sekret saluran pernafasan dilakukan hanya bila
diperlukan, karena pengisapan yang terus menerus akan
meningkatkan risiko kontaminasi silang dan trauma
(Kategori I).
2. Pengisapan sekret saluran nafas tidak boleh dilakukan
dengan tangan langsung melainkan menggunakan sarung
tangan teril (Kategori II).
3. Setiap kali mengisap sekret saluran nafas, gunakan kateter
yang steril atau jika pemakaian hanya dalam waktu singkat
maka kateter dapat dipakai ulang setelah dibilas serta
dibersihkan (Kategoti I)
4. Bila terdapat sekret yang kental dan kateter pengisap lendir
memerlukan bilasan, maka untuk membilas gunakan cairan
steril (Kategori I).
Penggunaan pipa dan tabung pengisap adalah sebagai
berikut:
a. Pemakaian pipa pengisap sampai batas tabung harus
diganti untuk setiap pasien.
b. Tabung pengisap yang digunakan untuk satu pasien tidak
perlu diganti atau dikosongkan secara rutin (Kategori III)
c. Tabung pengisap harus diganti setiap pasien kecuali pada
unti perawatan jangka pendek (tidak >24 jam) (Kategori
II)
d. Pada unit perawatan jangka pendek tabung perlu diganti
setiap hari tetapi tidak perlu diganti untuk setiap pasien
(Kategori II).
e. Setiap kali tabung pengisap diganti harus disterilkan atau

didesinfeksi kuat (Kategori II)


5. Untuk pengisap sekret saluran nafas portabel yang
kemungkinan mengisap aerosol terkontaminasi maka
digunakan filter bakteri yang baik antara tabung penampung
dan pipa pengisap (Kategori III)
Perlindungan Pasien dari Pasien lain dan Personil
1. Lakukan isolasi pada pasien yang mungkin menyebarkan
infeksi saluran nafas. Isolasi sesuai dengan teknik mutakhir.
2. Personil yang terkena infeksi saluran nafas tidak boleh
memberi asuhan langsung pada pasien dengan resiko tinggi
(misal neonatal, bayi, pasien dengan obstruksi paru kronis,
dan pasien dengan daya tahan tubuh menurun) (Kategori
III).
3. Bila diperkirakan ada KLB infuenza lakukan pencegahan
untuk semua pasien dan petugas yang memberi asuhan
langsung dengan menggunakan teknis isolasi pernafasan.
Unit Terkait

IRNA, ICU, IGD, VK

You might also like