Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus
genus Flavivirus, family Flaviviradae yang disebarkan oleh nyamuk Aedes, virus ini terdiri dari 4
jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe dengue terdapat di
Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti
serotipe DEN-2.7
II.2. Epidemiologi
Dengue adalah penyakit virus dengan penyebaran paling cepat di dunia. Dalam 50 tahun
terakhir, insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negaranegara baru.9 Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar
orang hidup di negara-negara endemik dengue. Demam berdarah dengue di Indonesia pertama
kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru
diperoleh pada tahun 1970.10 Demam berdarah dengue pada orang dewasa dilaporkan pertama
kali oleh Swandana pada tahun 1970 yang kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke
seluruh Dati I di Indonesia.4
Gambar: Countries and areas at risk of dengue transmission, 2008
Pada saat ini jumlah kasus dengue masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000
penduduk, namun angka kematian telah menurun bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena
infeksi dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur
lebih tua. Sepktrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan
tanpa gejala (silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue
(DBD) dan (4) demam berdarah dengue disertai syok (DSS).5
II.3. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue adalah virus dengue yang termasuk kelompok B
Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili
flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN 1 , DEN 2 , DEN 3, DEN 4. 9 Di
Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit
menunjukkan keempat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN 3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi
klinik yang berat.7
Virus-virus Dengue ditularkan oleh nyamuk-nyamuk dari famili Stegomya, yaitu Aedes
aegypti, Aedes albopticus, Aedes scuttelaris, Aedes polynesiensis dan Aedes niveus..4 Di
Indonesia Aedes aegypti dan Aedes albopticus merupakan vektor utama. Nyamuk Aedes aegypti
bersifat antropofilik (senang sekali menggigit manusia) dan hanya nyamuk betina yang
menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Keadaan ini menyebabkan
penyebaran virus dengue kepada beberapa orang sekaligus.7
Tabel: Perbedaan nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus
Aedes aegypti
Aedes albopictus
Hidup di daerah tropis, vektor di perkotaan, Di pedesaan, Habitatnya di air jernih,
terutama hidup dan berkembang biak di biasanya di sekitar rumah atau pohondalam rumah yaitu di tempat penampungan pohon, dimana tertampung air hujan yang
air jernih atau tempat penampungan air bersih seperti pohon pisang, pandan dsb.
sekitar rumah.
Menggigit pada waktu pagi dan sore hari
Jarak terbang 50 m
demam dengue dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilatoksin, histamin dan serothin serta aktivasi sistem kalikrein
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskular. Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan syok. Plasma
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam
dan mencapai
II.6. Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama
mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang amat berbeda akan tampak
bila seseorang mendapat infeksi yang berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.
Hipotesis infeksi sekunder (the secomdary heterologous infection/ the sequential infection
hypothesis) menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang setelah
terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi
5
Ig G antidengue.9 Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam limsofit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini
akan
peningkatan
permeabilitas
dinding
pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular.10
SECONDARY HETEROLOGOUS DENGUE INFECTION
Virus replication
Platelet aggregation
Impaired
platelet
function
Coagulation activation
Complement activation
plasmin
Consumptive coagulopathy
Clotting factors
Kinin system
Kinin
FDP
EXCESSIVE HEMORRHAGE
Anaphylatoxin
Vascular
permeability
SHOCK
Kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah juga mengakibatkan aktivasi faktor Hagemann
(factor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi sistem koagulasi dengan akibat terjadinya pembekuan
intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen akan berubah menjadi
plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin
6
Degradation Product (FDP). Aktivasi faktor XII akan meningkatkan juga sistem kinin yang berperan
dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Menurunnya faktor koagulasi oleh
aktivasi sistem koagulasi dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.6
II.7. Gejala Klinis
1. Demam
Demam tinggi yang mendadak, berlangsung selama 2 7 hari, naik turun
(demam bifasik). Kadang kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 40C dan dapat
terjadi kejang demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah
dengue. Pada saat fase demam mulai menurun dan pasien seakan sembuh hati hati
karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam.
2. Tanda tanda perdarahan
Penyebab
perdarahan
pada
pasien
demam
perdarahan
terbanyak
4. Syok
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang
setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai
akibat dari perembesan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus
7
berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam
pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 7, terdapat tanda kegagalan
sirkulasi, akral teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di
sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba.
Bagan: Manifestasi klinis infeksi virus dengue
Gambar: Perkiraan waktu infeksi virus dengue primer dan sekunder dan metode diagnostik yang
dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi
Sel darah putih (WBC) mungkin normal atau dengan neutrofil dominan pada fase
9
demam awal. Setelah itu, ada penurunan jumlah sel darah putih dan neutrofil,
mencapai titik nadir pada akhir fase demam. Perubahan jumlah total putih sel
(5000 sel / mm3) dan rasio neutrofil : limfosit (neutrofil < limfosit) berguna
untuk memprediksi masa kritis kebocoran plasma. Temuan ini mendahului
trombositopenia atau peningkatan hematokrit. limfositosis relatif dengan
peningkatan limfosit atipikal umumnya dapat diamati pada akhir fase demam dan
masuk ke masa pemulihan. Perubahan ini juga terlihat di DF.9
Jumlah trombosit normal selama fase demam awal. Sebuah penurunan ringan
dapat diamati setelahnya. Penurunan tiba-tiba jumlah trombosit di bawah 100 000
terjadi pada akhir fase demam sebelum timbulnya shock atau penurunan demam.
Tingkat jumlah trombosit berkorelasi dengan keparahan DBD. Selain itu ada
gangguan fungsi trombosit. Perubahan ini berlangsung singkat dan kembali
normal selama masa pemulihan.9
Hematokrit normal pada fase demam awal. Sebuah sedikit peningkatan mungkin
karena demam tinggi, anoreksia dan muntah. Kenaikan tiba-tiba hematokrit
diamati secara bersamaan atau segera setelah penurunan jumlah trombosit.
hemokonsentasi atau naik hematokrit oleh 20% dari baseline, misalnya dari
hematokrit 35% menjadi 42% merupakan bukti obyektif terjadinya kebocoran
plasma.10
PTT dan PT yang berkepanjangan di sekitar setengah dan sepertiga dari kasus
DBD. TT juga berkepanjangan pada kasus yang berat.
Hiponatremia sering didapati pada DBD dan DSS. Hipokalsemia telah diamati
pada semua kasus DBD pada tingkatan lebih rendah di kelas 3 dan 4.
II.9. Diagnosis
Diagnosis demam
berdarah
ditegakkan
berdasarkan
kriteria
diagnosis
menurut WHO tahun 2012 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.
A. Kriteria Klinis
Demam: onset akut, tinggi dan terus menerus, dalam banyak kasus berlangsung
dua sampai tujuh hari.
Terdapat salah satu manifestasi perdarahan berikut : termasuk tes positif tourniquet
(yang paling umum), petechiae, purpura (di lokasi venapuncture), ecchymosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
Pembesaran hati (hepatomegali) diamati pada tahap penyakit pada 90% -98% anak.
Frekuensi bervariasi dengan waktu atau pemeriksa.
Syok, dimanifestasikan oleh takikardia, perfusi jaringan yang buruk dengan nadi
lemah dan tekanan nadi menyempit (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi dengan
kehadiran dingin, kulit lembab dan dingin, dan / atau kegelisahan.
B. Kriteria Laboratoris
Anemia.
Perdarahan parah.
Dalam kasus dengan syok, hematokrit tinggi dan ditandai trombositopenia mendukung
diagnosis DSS. LED (<10 mm / jam pertama) selama syok membedakan DSS dari syok
septik.
Uji labolatorium yang bisa dipakai untuk mendiagnosis DBD dan DHF adalah :
1. Isolasi Virus : menentukan karakteristik serotipik/genotip virus
2. Deteksi asam nukleus virus : Genom virus Dengue, yang terdiri dari ribonucleic
acid (RNA), dapat dideteksi dengan reverse transcripatse polymerase chain
reaction (RT-PCR) assay. RNA bersifat labil, oleh karena itu, spesimen untuk
deteksi asam nukleat harus ditangani dan disimpan sesuai dengan prosedur yang
benar.
3. Deteksi antigen virus : NS1 adalah glikoprotein yang diproduksi oleh semua
flavivirus dan sangat penting untuk replikasi dan kelangsungan hidup virus.
Protein disekresikan oleh sel mamalia tapi tidak oleh sel serangga. NS1 antigen
muncul pada hari 1 setelah onset demam dan menurun ke tingkat tidak terdeteksi
12
oleh 5-6 hari. Oleh karena itu, tes berdasarkan antigen ini dapat digunakan untuk
diagnosis dini. Uji ELISA dan tes blot dot assay ditujukan terhadap protein
membran (EM) antigen dan protein nonstruktural 1 (NS1) menunjukkan bahwa
antigen ini hadir dalam konsentrasi tinggi di serum pasien yang terinfeksi virus
dengue selama fase klinis awal penyakit.
4. Immunological response based tests / test serologi : terdapat lima tes serologis
dasar yang digunakan untuk diagnosis infeksi dengue, yaitu : haemagglutinationinhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization test (NT), IgM capture
enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA), and indirect IgG ELISA.
Sebagian besar uji serologis untuk mendeteksi empat antigen serotipe dengue,
juga bisa mendeteksi selain flavivirus,seperti Japanese ensefalitis, non-flavivirus
seperti chikungunya.
13
Tabel Perbandingan Kriteria Diagnosis Dengue Hemorrhagic Fever dan Chikungunya Fever
II.11. Penatalaksanaan
14
Pada dasarnya terdapat 3 tahap dalam manajemen pasien DBD, yaitu : (1) pengkajian
ulang pasien (2) diagnosis fase dan keparahan dari dengue (3) penatalaksanaan.
1.
Dalam pengkajian ulang pasien yang dilakukan adalah anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Hal yang harus ditanyakan saat anamnesis adalah onset
demam / sakit; Kuantitas asupan oral; warning signs; Diare; Perubahan kesadaran /
kejang / pusing; urine (frekuensi, volume dan waktu berkemih terakhir); riwayat lain
yang relevan penting, seperti keluarga atau lingkungan demam berdarah, perjalanan
ke daerah-daerah endemik demam berdarah, kondisi tertentu (misalnya bayi,
kehamilan, obesitas, diabetes mellitus, hipertensi), menjelajahi hutan dan berenang di
air terjun (mempertimbangkan leptospirosis, tifus, malaria ), seks tanpa kondom atau
penyalahgunaan narkoba (menganggap penyakit serokonversi HIV akut). Pada
pemeriksaan fisik yang harus diperiksa adalah penilaian keadaan umum; penilaian
status hidrasi; penilaian status hemodinamik; memeriksa takipnea / pernafasan
asidosis / efusi pleura; memeriksa perut nyeri / hepatomegali / asites; pemeriksaan
untuk ruam dan perdarahan; uji tourniquet (ulangi jika sebelumnya negatif atau jika
tidak ada manifestasi perdarahan). Pada pemeriksaan Penunjang yang harus
dilakukan adalah hitung darah lengkap harus dilakukan pada kunjungan pertama. Tes
tambahan harus dipertimbangkan sesuai indikasi. Ini harus mencakup tes fungsi hati,
glukosa, elektrolit serum, urea dan kreatinin, bikarbonat atau laktat, enzim jantung,
EKG dan berat jenis urine.9
Tabel: Warning signs
Klinis
Laboratorium
15
Stable circulation
Status mental
Compensated shock
Jelas
Waktu pengisian
kapiler
Ekstremitas
Jelas
Hypotensive shock
Perubahan kondisi mental (gelisah,
agresif)
Ekstremitas hangat
dan pink
perifer dingin
Volume baik
Denyut jantung
Takikardia
Tekanan darah
Tingkat pernapasan
2.
Takipnea
apakah ada tanda-tanda peringatan , hidrasi dan status hemodinamik pasien, dan
apakah pasien memerlukan rawat.
Perdarahan spontan
Pembesaran hepar
Peningkatan hematokrit
3.
Penatalaksanaan
Tergantung pada manifestasi klinis dan keadaan lainnya, pasien mungkin dikirim
pulang (Grup A), dirujuk untuk dirawat di rumah sakit (Grup B), atau memerlukan
perawatan darurat dan rujukan mendesak (Grup C).
A. Pasien mungkin di kirim pulang ke rumah
Pasien yang masuk ke dalam group ini adalah yang mampu intake volume oral
yang cukup dan buang air setidaknya sekali setiap enam jam, dan tidak memiliki
tanda-tanda warning sign, namun harus tetap memantau hasil labolatorium darah
dan tanda warning sign. Berikan parasetamol untuk demam tinggi. Dosis
parasetamol tidak boleh kurang dari enam jam. kompres hangat jika pasien masih
mengalami demam tinggi. Jangan memberikan asam asetilsalisilat (aspirin),
ibuprofen atau obat anti-inflamasi non-steroid (NSAIDs) obat-obatan seperti ini
dapat memperburuk gastritis atau perdarahan. Asam asetilsalisilat (aspirin) dapat
17
dikaitkan dengan Sindrom Reye. Pasien harus dibawa ke rumah sakit segera jika
salah satu dari berikut terjadi: tidak ada perbaikan klinis, sakit perut parah,
muntah terus menerus, ekstremitas dingin dan berkeringat, gelisah, perdarahan
(tinja berwarna hitam atau muntah darah), tidak BAK lebih dari 4-6 jam.9
B. Pasein dirujuk untuk dirawat di rumah sakit
Pasien yang masuk dalam group ini adalah pasien dengan warning sign, kondisi
khusus (seperti kehamilan, masa bayi, usia tua, obesitas, diabetes mellitus, gagal
ginjal, penyakit hemolitik kronik), dan keadaan sosial tertentu (seperti hidup
sendiri, atau yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan tanpa sarana transportasi
yang dapat diandalkan).9
Jika terdapat warning sign, rencana terapi sebagai berikut:
vital dan perfusi perifer (1-4 jam sampai pasien keluar dari fase kritis),
output urine (4-6 jam), hematokrit (sebelum dan sesudah penggantian
cairan, kemudian 6-12 jam) , glukosa darah, dan fungsi organ lainnya
(seperti ginjal profil, profil hati, profil koagulasi).
Jika pasien tidak ada tanda warning sign, tindakan yang dilakukan sbagai
berikut :
Berikan
volume
minimum
yang
diperlukan
untuk
Kehilangan plasma harus segera diganti dan cepat dengan larutan kristaloid
isotonik atau, dalam kasus shock hipotensi atau larutan koloid. Tujuan resusitasi
cairan adalah meningkatkan sirkulasi pusat dan perifer (penurunan takikardia,
meningkatkan tekanan darah, volume nadi, ekstremitas hangat dan merah muda,
dan waktu pengisian kapiler <2 detik) dan meningkatkan perfusi organ akhir
tingkat kesadaran yaitu stabil (tidak gelisah ), output urine 0,5 ml / kg / jam,
penurunan asidosis metabolik.
Rencana tidakan untuk pasien shok dengan kompensasi adalah :
Jika tanda-tanda vital masih tidak stabil (yaitu syok berlanjut), periksa
hematokrit setelah bolus pertama. Jika kenaikan hematokrit atau masih
tinggi (> 50%), ulangi bolus kedua cairan kristaloid pada 10-20 ml / kg /
jam selama satu jam. Setelah bolus kedua ini, jika ada perbaikan,
mengurangi tingkat 7-10 ml / kg / jam selama 1-2 jam, dan kemudian
terus mengurangi seperti di atas. Jika hematokrit menurun dibandingkan
dengan hematokrit awal referensi (<40% pada anak-anak dan perempuan
dewasa, <45% pada laki-laki dewasa), ini menunjukkan perdarahan dan
kebutuhan untuk cross-match dan transfusi darah sesegera mungkin.
Bolus lebih lanjut dari larutan kristaloid atau koloid mungkin perlu
diberikan selama 24-48 jam berikutnya.
20
Pasien dengan shok hipotensif harus dikelola dengan lebih serius, rencana
terapinya adalah sebagai berikut :
Parameter yang harus dipantau meliputi tanda-tanda vital dan perfusi perifer
(setiap 15-30 menit sampai pasien keluar dari shock, kemudian 1-2 jam). Secara
umum, semakin tinggi tingkat infus cairan, semakin sering pasien harus dipantau
dan dikaji untuk menghindari kelebihan cairan. Output urine harus diperiksa
secara teratur (per jam sampai pasien keluar dari shok, kemudian 1-2 jam).
Sebuah kandung kemih kateter terus menerus memungkinkan pemantauan ketat
urin. Output urine diterima akan menjadi sekitar 0,5 ml / kg / jam. Hematokrit
harus dipantau (sebelum dan sesudah bolus cairan sampai stabil, kemudian 4-6
jam).
Selain itu, harus ada pengawasan dari arteri atau gas darah vena, laktat,
jumlah karbon dioksida / bikarbonat (setiap 30 menit sampai satu jam sampai
stabil, kemudian seperti yang ditunjukkan), glukosa darah (sebelum resusitasi
cairan dan ulangi seperti yang ditunjukkan), dan lainnya fungsi organ (seperti
profil ginjal, profil hati, profil koagulasi. Penurunan hematokrit bersama dengan
tanda-tanda vital yang tidak stabil (terutama penyempitan tekanan nadi,
takikardia, asidosis metabolik, urin sedikit) menunjukkan perdarahan utama dan
kebutuhan transfusi darah yang mendesak. Namun penurunan hematokrit
ditambah dengan status hemodinamik stabil dan output urine yang cukup
menunjukkan hemodilusi dan / atau reabsorpsi cairan extravasated, sehingga
dalam hal ini cairan intravena harus dihentikan segera untuk menghindari edema
paru.
Pengobatan komplikasi perdarahan :
Perdarahan mukosa dapat terjadi pada setiap pasien dengan demam berdarah
tetapi, jika pasien tetap stabil dengan cairan resusitasi / penggantian, itu harus
dianggap sebagai minor. Perdarahan biasanya membaik dengan cepat selama fase
pemulihan. Pada pasien dengan trombositopenia mendalam, memastikan istirahat
22
ketat dan melindungi dari trauma untuk mengurangi risiko perdarahan. Jangan
memberikan suntikan intramuskular untuk menghindari hematoma. Perlu dicatat
bahwa transfusi trombosit profilaksis untuk trombocitopenia pada pasien yang
hemodinamik stabil belum terbukti efektif dan tidak diperlukan. Jika pendarahan
besar terjadi biasanya dari saluran pencernaan, dan / atau vagina pada wanita
dewasa. Pasien yang beresiko pendarahan besar adalah mereka yang:
-
Memiliki kejutan hipotensi dan gagal ginjal atau hati dan / atau asidosis
metabolik yang berat dan persisten;
Persisten asidosis metabolik, terutama pada mereka nyeri dan distensi perut
yang parah.
Transfusi darah harus diberikan segera setelah dicurigai pendarahan parah.
Namun, transfusi darah harus diberikan dengan hati-hati karena risiko kelebihan
cairan. Jangan menunggu hematokrit untuk turun terlalu rendah sebelum
memutuskan transfusi darah. Perhatikan bahwa hematokrit <30% sebagai pemicu
transfusi darah. Alasannya adalah bahwa, dalam dengue, perdarahan biasanya
terjadi setelah masa syok berkepanjangan yang diawali dengan kebocoran
plasma. Selama kebocoran plasma, hematokrit meningkat relatif tinggi sebelum
23
Beri 5-10ml / kg sel darah merah segar dikemas atau 10-20 ml / kg dari
darah segar seluruh pada tingkat yang tepat dan mengamati respon klinis.
darah yang diberikan harus darah segar, karena pengiriman oksigen di
tingkat jaringan optimal dengan tingkat tinggi 2,3 di-fosfogliserat (2,3
DPG). penyimpanan yang terlalu lama, 2,3 DPG bisa rusak dan
mengakibatkan sedikitnya pengedaran oksigen ke jaringan sehingga
hipoksia jaringan fungsional. Sebuah respon klinis yang baik meliputi
peningkatan status hemodinamik dan keseimbangan asam-basa.
Hati bila harus memasang selang dari hidung karena dapat menyebabkan
perdarahan yang parah dan dapat menghalangi jalan napas. Sebuah
tabung oro-gastric yang dilumasi gel dapat meminimalkan trauma.
Perawatan suportif dan terapi adjuvan mungkin diperlukan dalam dengue yang
parah yang terdiri dari :
- Renal replacement therapy, yaitu dengan cara continuous veno-venous
haemodialysis (CVVH), karena dialisis peritoneal memiliki risiko perdarahan;
- Vasopressor dan inotropik terapi adalah temporer yaitu bila mengancam jiwa
pada hipotensi shock dengue dan selama induksi untuk intubasi,
- Perawatan lebih lanjut dari penurunan organ, seperti keterlibatan hati yang berat
atau ensefalopati atau ensefalitis;
- Perawatan lebih lanjut dari kelainan jantung, seperti kelainan konduksi, dapat
terjadi.
Dalam konteks ini terdapat sedikit bukti yang mendukung penggunaan steroid
24
25