You are on page 1of 47

SEJARAH ECT

1500-Paracelcus,
camphor peroral

menginduksi

kejang

dengan

pemberian

1785-Laporan pertama penggunaan camphor untuk induksi


kejang penderita mania
1934-Ladislaus Meduan menggunakan camphora injeksi i.m.
Untuk skizofrenia katatonia, kemudian diganti dengan
phentylenetetrazol.
1938-Lucio Carletti, Ugo Bini menggunakan induksi listrik
secara seri menimbulkan kejang pada pasien katatonia dan
memberi hasil terapi yang memuaskan. Sebelumnya ada terapi
induksi kejang dengan insulin

SEJARAH ECT
1960-(Randomized clinical trial) efektivitas ECT dibanding
obat-obatan pada pasien depresi, hasil ECT lebih efektif secara
signifikan, ECT dibanding neuroleptik pada kasus psikotik akut
neuroleptik lebih unggul, namun jangka panjang ECT mungkin
lebih menguntungkan.
1970-Dikembangkan metode elektroda unilateral.

PERKEMBANGAN TEKNIK
ECT
perkembangan teknis:
Pengenalan anestesi pada pelaksanaan ECT untuk
mengurangi distress pada pasien dalam proses ECT.
Muscle relaxant digunakan untuk mengurangi ketegangan
pada sistem muskuloskeletal, mengurangi cedera
Pre-oksigenasi dan ventilasi terpimpin selama pemulihan
untuk mengurangi efek samping.

PERKEMBANGAN TEKNIK
ECT
Stimulus listrik terutama didisain untuk menghasilkan kejang
yang bersifat terapeutik tanpa memberikan energi listrik yang
tidak perlu pada otak.
Penempatan elektroda yang beragam yang dapat dipilih
berdasarkan kebutuhan klinis kasus.
Metode monitoring aktivitas otak dan tubuh sebelum, selama,
dan setelah kejang.

DEFINISI ECT
ECT adalah suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat
dengan menggunakan arus listrik singkat pada kepala untuk
menghasilkan suatu kejang tonik klonik umum dengan efek
terapeutik.

MEKANISME KERJA ECT


Memodulasi sistem monoamine pada otak seperti jaras serotonik
dan noradrenergik.
Meningkatkan aktivitas sistem dopaminergik
Memiliki efek yang kuat pada sistem eksitatori asam amino,
yang banyak terpengaruh pada keadaan psikosis.
Meningkatkan produksi neuron baru dan proses-proses neural di
area otak yang terlibat dalam fungsi kognitif dan emosi.
Meningkatkan ekspresi protein neuroprotektif, yang antagonis
dengan efek neurotoksis dari stress otak.

MEKANISME KERJA ECT


Mekanisme kerja:
Neurokimia
Neurofisiologi
Neuroplastisiti

MEKANISME KERJA ECT


Neurokimia: penurunan regulasi adrenergik beta paska
sinaps, mempengaruhi sistem dopaminergik, muskarinik,
kolinergik

MEKANISME KERJA ECT


Neurofisiologi: peningkatan aliran darah cerebral dan
kecepatan metabolik serebral seiring dengan peningkatan
permeabilitas blood brain barrier selama kejang. (peningkatan
konsumsi O2 dan glukosa). Setelah kejang, metabolisme
menurun--> berhubungan dengan respon terapeutik

MEKANISME KERJA ECT


Neuroplastisiti: terdapat plastisitas sinaps hipokampus,
pertumbuhan fiber otak, peningkatan konektivitas,
neurogenesis, supresi apoptosis.

EFEKTIVITAS
Meningkatkan sensitivitas reseptor terhadap neurotransmitter.
Meningkatkan pergantian dopamin, serotonin dan
meningkatkan pelepasan norepineprin dari neuron-neuron ke
reseptor.
Menstimulasi pelepasan serotonin.

Efektif dalam penanganan pasien dengan gangguan


depresi berat, dimana perbaikan terlihat hampir pada 8090% kasus.

EFEKTIVITAS ETC
Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT sangat penting
karena ECT akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan
ECT lama rawat di rumah sakit menjadi lebih pendek.
Meskipun ECT memiliki banyak efek pada sistem otak, efek
neurotransmitter individual dapat lebih spesifik dan lebih
fokus daripada jika diinduksi oleh antidepresan kimia.

INDIKASI ECT
Indikasi Diagnosis
Utama:
Depresi mayor dengan resiko bunuh diri
Depresi mayor dengan gejala melankolik
Depresi mayor resistensi obat
Depresi dengan ciri psikotik
Mania termasuk episode manik
Eksaserbasi akut skizofrenia

INDIKASI ECT
Lain-lain:

parkinson diseases
Delirium
SNM
Ibu hamil yang depresi, pasien geriatri dan pasien dengan
kondisi medis lain yang tidak bisa minum obat
ECT tidak efektif dalam gangguan somatisasi, gangguan
kepribadian, dan gangguan kecemasan.

Tabel 1. Persamaan dan perbedaan antara ECT dan


antidepresan: kapasitas untuk menginduksi mania dan
down-regulation/regulasi bawah dari -reseptor
Antidepresan

ECT

Down regulation dari -reseptor memerlukan system Down regulation dari -reseptor tidak tergantung pada
serotonin yang utuh

sistem serotonin yang utuh

Tidak efektif untuk depresi psikosis

efektif untuk depresi psikosis

Tidak memiliki efektifitas untuk manik

Efektif sebagai antimanik

Tak berguna untuk katatonia, skiofrenia dan delirium

efektif untuk beberapa pasien katatonia, skizofrenia dan


delirium

Kurang efektif untuk penanganan depresi yang resisten

efektif untuk penanganan depresi yang resisten

Down regulation terhadap reseptor 5-HT2

Up regulation terhadap reseptor 5-HT2

KONTRAINDIKASI

Resiko Tinggi
Tumor Intra Kranial
Infark miokard
Resiko Sedang
Osteoporosis
Asma bronkial
Hipertensi

EFEK SAMPING
Efek samping khusus yang perlu diperhatikan :
Cardiovaskuler :
1. Segera : stimulasi parasimpatis (bradikardi, hipotensi)
2. Setelah 1 menit : Stimulasi simpatis (tachycardia, hipertensi,
peningkatan konsumsi oksigen otot jantung, dysrhythmia)

EFEK SAMPING
Efek Cerebral :
1. Peningkatan konsumsi oksigen.
2 Peningkatan aliran darah otak
3. Peningkatan tekanan intra cranial

EFEK SAMPING
Efek lain :
1. Peningkatan tekanan intra okuler
2. Peningkatan tekanan intragastric

EFEK SAMPING
Gangguan Memori
Amnesia retrograde dan anterograde
Efek samping lainnya seperti :
Fraktur
Pecah gigi
Nyeri otot
Mual dan muntah
Sakit kepala

MACAM ECT
ECT Konvensional

ECT Premedikasi

Lama

Baru

Risiko: fraktur, nyeri


musculoskeletal

Anestesi umum dan


pelemas otot

Pasien merasa tidak


nyaman dengan
kejangnya

Risiko akibat obat


anestesi

Trauma psikis

ECT Konvensional
Mesin lama menggunakan
gelombang sinus, memiliki
potensi stimulasi terbatas
bergantung pada jumlah energi
yang di berikan dan energi
yang tidak dibutuhkan dapat
merusak memori.

ECT premedikasi
menggunakan gelombang
pulse singkat yang mengelola
stimulus listrik biasanya dalam
1 sampai 2 milidetik pada
tingkat 30 sampai 100 pulse
per detik.

PEMASANGAN ECT

PEMASANGAN ECT
ECT unilateral kanan
satu elektroda berada dalam
posisi frontotemporal, dan
elektroda lainnya
ditempatkan ( 2,5-4cm ) di
sebelah kanan pada titik
tengah pada garis yang
menghubungkan tragus
telinga dan canthus lateral
mata.

ECT bilateral
masing-masing elektroda
ditempatkan ( 2,5-4cm ) pada
titik tengah pada garis yang
menghubungkan tragus
telinga dan canthus lateral
mata

PENENTUAN DOSIS ECT


Efek antidepresan optimum dicapai dengan dosis elektrik yang
jauh di atas ambang kejang.
2 metode untuk menentukan dosis
Metode pertama adalah dengan menentukan ambang
kejang. (metode titrasi stimulus)
Metode kedua adalah memberikan listrik dengan dosis
yang di tentukan berdasarkan umur (algoritma dosis
berbasis umur) atau fixed high dose.

DOSIS ECT
Masih dipertimbangkan metode mana yang lebih baik dalam
menentukan dosis. Keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing dan mungkin lebih baik dinilai
sebagai alternatif daripada adanya hirarki.

ECT dan kematian


Kematian saat ECT merupakan kasus yang sangat jarang terjadi.
ECT bisa disebut lebih aman daripada ekstraksi gigi saat di
bawah anestesi. Beberapa kematian terjadi lebih merupakan
dampak dari anestesinya daripada ECTnya.

Kerusakan otak permanen dan ECT


ECT tidak menyebabkan kerusakan otak. Setiap penyelidikan
yang memungkinkan telah dilakukan termasuk penelitian enzim
dalam darah, pencitraan struktur dan komposisi kimia otak, dan
penelitian histologis post mortem. Tidak dideteksi adanya
abnormalitas yang dapat disebabkan ECT.

ECT dan memori


Dua perkembangan sekarang ini telah mengurangi gangguan
memori yang berhubungan dengan ECT.

1. Stimulasi brief square wave (1ms) dan ultra brief pulse


(0.3ms)

2. Pengenalan adanya teknik ECT unilateral, yang biasanya


tidak menimbulkan keluhan memori subyektif.

Berikut merupakan hal berkenaan ECT dan memori.


Gangguan memori yang mengikuti ECT, dan biasanya hilang
dalam beberapa minggu, bukti menunjukkan bahwa beberapa
individu memiliki kesulitan memori dalam jangka yang lebih
panjang.
Stimulus square wave moderen diperkirakan lebih sedikit
kemungkinannya membuat gangguan memori daripada
gelombang sinus yang sudah ditinggalkan. Hal ini dapat
diperbaiki lagi dengan pengenalan adanya ultra-brief pulse
ECT unilateral yang berkaitan dengan kesulitan kehilangan
memori daripada ECT bilateral

Mayoritas pasien yang menerima ECT unilateral tidak


mengeluhkan adanya gangguan ingatan.
Jika terjadi gangguan ingatan, lebih sering terjadi pada
ingatan yang impersonal daripada ingatan yang penting
Perlu diingat bahwa depresi dan pengobatan antidepresan
juga terkait dengan kesulitan memori.

MANAJEMEN ECT
Persiapan ECT premedikasi
Pasien:
Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang
prosedur
Inform consent
Pemeriksaan tanda vital
Pemeriksaan funduskopi, EKG, X foto thorax, darah rutin,
endokrin, elektrolit
Pemeriksaan gigi, bila ada gigi palsu --> dilepas
Puasakan pasien 6 jam
Vesika urinaria dan rektum dikosongkan
Pakaian longgar, perhiasan dilepas, make up (-)

MANAJEMEN ECT
Tidak dianjurkan minum obat-obatan:
Benzodiazepine (anti kejang)
Lithium (delirium dan lama kejang >>)
Lidocain dan xilocain (meningkatkan ambang kejang)
Theofilin (kejang lebih lama)
Reserpin (mempengaruhi sistem pernafasan dan
kardiovaskuler selama ECT)

MANAJEMEN ECT
Persiapan Alat:
Pesawat ECT termasuk elektroda, dan gel, bantalan kasa,
alkohol, elektroda ensefalogram dan kertas grafik
EKG dan elektrodanya
Tensimeter, stetoskop, alat saturasi O2
Peralatan ventilasi, masker, Suction, Ambu bag, guddel,
spatel lidah, laringoskop dan pipa endotrakeal
Defibrilator
Obat untuk keadaan darurat

MANAJEMEN ECT
Persiapan Obat
Obat yang digunakan untuk premedikasi, sulfas atropin atau
glycopyrolate
Obat anestesi Penthotal
Obat pelemas otot succinilcolin
Tabung O2, masker, dan selangnya
Aquadest dan cairan infus NaCl, Glucose, dan infus set
Obat emergensi adrenalin
Kapas, plester, alkohol, verban

MANAJEMEN ECT
Pelaksanaan ECT premedikasi
Tenangkan pasien
Premedikasi dengan Sulfas atropin 0,25-0,5mg i.m 30-60
menit sebelum ECT
Pemasangan elektroda
Pentothal 3-4 mg/ kg BB i.v. Bila i.m terjadi nekrosis
jaringan, sangat nyeri
Setelah pasien tidur --> suksinilkolin 0,5-1 mg/kgBB i.v
dengan pemberian suksinilkolin terjadi apneu dan fasikulasi
otot dari atas hingga jari-jari kaki. Saat apneu, berikan nafas
buatan dengan resusitasi Ambu bag

MANAJEMEN ECT
Setelah relaksasi max, mulut pasien dipasang spatel tongue.
Setelah fasikulasi selesai, baru dilakukan ECT dengan
penekanan tombol di pesawat monitor. Biasanya terlihat fase
tonik 10 detik, fase lain tidak terlihat. Nafas buatan dilakukan
sampai pasien sadar (15-30 mnt). Setelah sadar dianjurkan 1
jam masih tinggal di ruang ECT, baru kembali ke bangsal

MANAJEMEN ECT
Pelaksanaan ECT konvensional
Tenangkan pasien
Pasang spatel lidah
Pasang elektrode ECT
Tekan tombol ECT
Kejang tonik klonik ( 25-60 detik)
Setelah kejang pantau tanda vital --> apneu --> resusitasi
Setelah pernafasan pulih, atur posisi miring pada pasien
sampai sadar. Pertahankan jalan nafas paten

Fase-fase kejang listrik


Fase laten : 2-5 detik ditandai dengan tremor cepat
Fase tonik : kurang lebih 10 detik seluruh sistem otot
kerangka mengalami kejang tonik
Fase klonik : kurang lebih 30 detik kejang klonik (berdenyut)
menyeluruh makin lama makin berkurang
Fase apneu dan belum sadar : beberapa detik (bervariasi)
Fase bernafas spontan : makin lama makin teratur dalam
beberapa menit

Fase sadar kembali : biasanya 5 menit setelah kejang


berhenti, tetapi masih disorientasi dan bingung selama
beberapa menit
Fase tidur : 30 menit sampai dengan 1 jam sesudah pasien
menguasai lagi orientasinya

Jumlah dan Jarak Pengobatan


ECT biasanya diberikan dua sampai tiga kali seminggu

dua kali seminggu perawatan yang berhubungan dengan


gangguan memori

pengobatan penyakit depresi dapat mengambil 6 sampai 12


pengobatan (bisa hingga 20 sesi)

pengobatan episode manik dapat mengambil 8 sampai 20


pengobatan

pengobatan skizofrenia dapat mengambil lebih dari 15


pengobatan

pengobatan catatonia dan delirium


sedikitnya 1 sampai 4 pengobatan

dapat

mengambil

Pengobatan harus terus sampai pasien mencapai apa yang


dianggap respon terapi maksimal

Perawatan lebih lanjut tidak menghasilkan apapun


manfaat terapeutik, tetapi meningkatkan keparahan dan
durasi dari efek samping
Jika seorang pasien tidak membaik setelah 6 sampai 10
sesi maka penempatan bilateral dan pengobatan highdensity (tiga kali ambang kejang) harus dicoba sebelum
ECT ditinggalkan.

MORTALITAS
Tingkat kematian dengan ECT adalah sekitar 0,002 persen
per pengobatan dan 0,01 persen untuk setiap pasien.

KESIMPULAN
ECT adalah suatu pengobatan untuk penyakit psikiatri berat
dengan menggunakan arus listrik singkat pada kepala untuk
menghasilkan suatu kejang tonik klonik umum dengan efek
terapeutik.
ECT terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun
mulai dari saat ditemukan pertama kali hingga saat ini.
ECT ini cukup efektif dalam penanganan pasien dengan
gangguan depresi berat, dimana perbaikan terlihat hampir
pada 80-90% kasus.

Terima Kasih

You might also like