Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Efusi Pleura Ganas (EPG)
Dinamakan sebagai efusi pleura ganas (EPG) bila ditemukan sel tumor ganas
pada pemeriksaan sitologi cairan pleura atau histopatologi jaringan pleura melalui
biopsi pleura perkutaneus, torakoskopi, torakotomi, ataupun otopsi. 4,19,20,21
Dari sejumlah pasien kanker yang disertai efusi pleura, meskipun telah
diduga kuat bahwa efusi yang muncul disebabkan oleh proses keganasan namun
belum dapat ditemukan sel ganas pada cairan pleura atau pada jaringan pleura
tersebut maka efusi pleura disebut sebagai efusi yang berhubungan dengan kanker
atau disebut sebagai efusi pleura paramalignan, dimana tidak terdapat keterlibatan
langsung pleura dengan tumor, sementara penyebab terjadinya efusi pleura
tersebut belum dapat diketahui.13,21 Istilah efusi paramalignan diberikan untuk
efusi yang terjadi secara tidak langsung akibat keterlibatan tumor terhadap pleura
tetapi masih berhubungan dengan tumor primer, contohnya meliputi postobstruksi pneumonia yang berlanjut menjadi efusi parapneumoni, obstruksi
duktus torasikus yang berkembang menjadi chylothorax, emboli paru, dan efusi
transudatif sekunder terhadap post-obstruksi atelektasis dan/atau rendahnya kadar
tekanan plasma onkotik sekunder terhadap kaheksia. 1,2
Efusi pleura ganas (EPG) dapat dibagi dalam 3 kelompok : 10,20,22
1.
Efusi pleura yang terbukti ganas pada pemeriksaan sitologi cairan pleura dan
atau histologi biopsi pleura.
2.
Efusi pleura pada penderita dengan riwayat dan atau terbukti jelas tumor
ganas dari intra toraks maupun ekstra toraks.
3.
Efusi pleura yang sifatnya hemoragik, masif, progresif, rekuren dan tidak
responsif terhadap pengobatan anti infeksi.
Kebanyakan kasus EPG simptomatis meskipun sekitar 15% datang tanpa
gejala, terutama pasien dengan volume cairan kurang dari 500 mL. Sesak nafas
adalah gejala tersering pada kasus EPG terutama jika volume cairan sangat
banyak. Sesak nafas terjadi karena refleks neurogenik paru dan dinding dada
karena penurunan compliance paru, menurunnya volume paru ipsilateral,
pendorongan mediastinum ke arah kontralateral dan penekanan diafragma
ipsilateral. Gejala lain berupa nyeri dada sebagai akibat reaksi inflamasi pada
pleura parietal, batuk, batuk darah, anoreksia, dan berat badan turun. 22
Foto toraks postero-anterior (PA) dibutuhkan untuk menyokong dugaan efusi
pleura pada pemeriksaan fisik dan jika volume cairan tidak terlalu banyak maka
dibutuhkan foto toraks lateral untuk menentukan lokasi cairan secara lebih tepat.22
Foto toraks standar dapat mendeteksi adanya efusi pleura yang berjumlah
sedikitnya 50 mL yang terlihat dari tumpulnya sinus kostofrenikus posterior pada
foto lateral, dan berjumlah sedikitnya 200 mL jika terlihat konsolidasi pada
tampilan posterior-anterior pada foto lateral. Foto toraks dekubitus dapat
mendeteksi 100 mL cairan efusi yang bergerak bebas. EPG yang luas
menghasilkan tanda meniskus di sepanjang dinding dada lateral, dengan efusi
masif yang menyebabkan pendorongan mediastinum kontralateral atau inversi
diafragma.23 Rata-rata volume paru kasus-kasus EPG adalah 500-2000 mL.22
6
2.2. Epidemiologi
Di
Amerika,
keganasan
menduduki
urutan
kedua
sesudah
efusi
internasional dengan sistem TNM tersebut telah mengalami revisi, dimana kanker
paru yang disertai EPG termasuk sebagai metastase (M1a) dan dimasukkan
kedalam stadium IV.
27
Jumlah
Persentase
Paru
641
36
Payudara
449
25
Limfoma
187
10
Ovarium
88
Perut
42
129
Kanker lainnya
257
14
dan
merupakan
mekanisme
paling
sering
menyebabkan
terakumulasinya sejumlah cairan dalam volume yang besar. Efek lokal lainnya
dari suatu tumor juga menyebabkan terbentuknya efusi pleura paramalignan, yaitu
obstruksi
bronkus
yang
mengakibatkan
pneumonia
ataupun
atelektasis.
Selanjutnya, sangat penting untuk mengenali efusi yang berasal dari efek sistemik
tumor dan efek samping terapi (tabel 2). 2,21
Keterangan
Paru terperangkap
Chylothorax
Transudat:
berhubungan
dengan
meningkatnya
Keadaan hiperkoagulasi
Komplikasi terapi
Terapi radiasi
- Cepat
- Lambat
Kemoterapi
- Metotreksat
- Prokarbezin
- Siklofosfamid
Pleuroperikarditis
- Mitomisin
- Bleomisin
2.
3.
4.
5.
6.
2.
3.
4.
5.
Hipoproteinemia
Post-obstruktif pneumonitis
Emboli paru
Pos-radiasi terapi
12
Tumor primer paru atau metastasis tumor di paru yang menginfiltrasi pleura
viseralis dan pleura parietalis menyebabkan reaksi inflamasi sehingga
permeabilitas pembuluh darah akan meningkat. Studi posmortem menyebutkan
bahwa metastasis tumor lebih banyak ke permukaan pleura viseral daripada
parietal.20,22 Hanya pada kasus tumor dengan perluasan langsung, tumor
ditemukan pada pleura parietal tetapi tidak pada viseral. Berdasarkan hasil itu
disimpulkan bahwa implikasi sel ganas di pleura viseral terjadi akibat emboli
tumor ke paru sedangkan pada pleura parietal adalah akibat kelanjutan proses
yang terjadi di pleura viseral. 22
Mekanisme lain yang mungkin adalah invasi langsung tumor yang berdekatan
dengan pleura.22 Pada adenokarsinoma paru, sel tumor menyebar ke pleura
parietal dari pleura viseral di sepanjang tempat perlengketan pleura. Hal ini
didahului dengan bermigrasinya sel-sel tumor ke pleura viseral dari kapiler paru
yang mendasarinya, disebut sebagai penyebaran hematogen. Metastasis sel tumor
ke pleura dari lokasi primernya selain paru maka penyebarannya berlangsung
secara hematogen ataupun limfatik. 13
Teori lain yang dapat menimbulkan EPG menyebutkan terjadinya
peningkatan permeabilitas pleura. Bagaimana mekanisme pastinya belum jelas
diketahui. Namun diduga penjelasannya berkaitan dengan dihasilkannya vascular
endotelial growth factor (VEGF) oleh tumor. VEGF merupakan agent yang
paling berpengaruh terhadap peningkatan permeabilitas vaskular sehingga terjadi
ekstravasasi cairan.19,22 Terjadi gangguan fungsi beberapa sitokin antara lain
14
tumor necrosing factor- (TNF-), tumor growth factor (TGF-) dan VEGF
tersebut. 22
Tumor ganas juga dapat menyebabkan efusi pleura dengan adanya obstruksi
duktus torasikus yang disebut chylothorax. Chylothorax yang penyebab terjadinya
tidak traumatik maka kemungkinan penyebabnya adalah proses keganasan yang
melibatkan duktus torasikus, dengan 75% berupa limfoma. 19
Terjadinya EPG juga dikaitkan dengan adanya gangguan metabolisme,
menyebabkan
hipoproteinemia
dan
penurunan
tekanan
osmotik
yang
dengan jumlah sel darah merah <10.000/mm3 tidak tampak sebagai hemoragik.19
Jika cairan pleura tampak hemoragik maka pemeriksaan hematokrit harus
dilakukan. Jika nilai hematokrit cairan pleura <1% maka darah pada cairan pleura
tidak dianggap signifikan, maka kemungkinan diagnosanya adalah akibat proses
keganasan, emboli paru ataupun trauma. 31
Efusi pleura hemoragik pada EPG disebabkan invasi langsung pada
pembuluh darah, oklusi vena, induksi angiogenesis tumor atau peningkatan
permeabilitas kapiler yang disebabkan bahan-bahan vasoaktif.9,13,21 Kanker paru
jenis adenokarsinoma paling sering menyebabkan EPG karena lokasi di perifer
sehingga terjadi penyebaran langsung ke pleura dan cenderung invasi ke
pembuluh darah. 9
Jumlah sel berinti sebanyak 1500-4000/l yang terdiri dari sel-sel limfosit,
makrofag dan sel-sel mesotelial. Pada hitung jenis sel, dijumpai sel limfosit
45%, sel mononuklear (MN) lainnya 40%, dan sel leukosit polimorfonuklear
(PMN) 15%. Hampir sepertiga populasi sel merupakan sel-sel limfosit (50-70%
sel berinti). Sel leukosit polimorfonuklear (PMN) biasanya terlihat <25% dari
populasi sel, namun jika terjadi inflamasi pleura yang aktif maka leukosit PMN
akan tampak lebih dominan. Prevalensi eosinofil pleura pada efusi ganas
dilaporkan sekitar 8-12%. Namun frekuensi EPG eosinofilik (eosinofil >10%) dan
non-eosinofilik tidak jauh berbeda sehingga bila ditemukan EPG eosinofilik
belum dapat menyingkirkan dugaan proses keganasan. 4,19
EPG biasanya merupakan suatu eksudat dengan konsentrasi protein sekitar 4
g/dl. Konsentrasi protein yang pernah dilaporkan berkisar 1,5-8 g/dl. EPG yang
16
merupakan suatu transudat hanya kurang dari 5%.7 Rasio cairan pleura terhadap
kadar protein serum <0,5 hampir pada 20% EPG; diantara 20% tersebut rasio
cairan pleura terhadap laktat dehidrogenase (LDH) serum ataupun LDH cairan
pleura absolut hampir selalu masuk kriteria eksudat. EPG lebih banyak memenuhi
kriteria eksudat berdasarkan kadar LDH-nya bukan karena kadar proteinnya. 19
Hampir sepertiga EPG memiliki pH cairan pleura dibawah 7,3, (pH berkisar
6,95-7,29). Hal ini dihubungkan dengan produksi asam yang dihasilkan oleh
kombinasi cairan pleura dan pleura membran serta dihambatnya pengeluaran CO2
dari rongga pleura. Konsentrasi laktat tinggi, pCO2 tinggi, dan pO2 rendah. 1,4,19
Kadar glukosa cairan pleura pada EPG rendah < 60 mg/dl pada sekitar 1520% EPG. Rasio cairan pleura terhadap glukosa serum <0,5. Rendahnya kadar
glukosa tersebut mengindikasikan adanya beban tumor yang tinggi di rongga
pleura. Pemeriksaan sitologi dan biopsi pleura lebih sering dijumpai positif pada
pasien EPG dengan kadar glukosa rendah. Adanya beban tumor yang tinggi
sehingga kadar glukosa menurun maka pasien menghadapi prognosis yang buruk.
Rendahnya kadar glukosa pada EPG dihubungkan dengan terganggunya
pengangkutan glukosa dari darah ke cairan pleura. Meningkatnya penggunaan
glukosa oleh tumor di pleura kemungkinan juga menyebabkan rendahnya kadar
glukosa. 19
2.6. Petanda Tumor Carcinoembryonic Antigen (CEA)
Petanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel-sel tumor,
masuk ke dalam aliran darah atau jaringan dan dapat dideteksi konsentrasinya
dengan pemeriksaan tertentu.32 Petanda tumor tersebut dapat dideteksi pada
17
jaringan seperti pada tumor solid, limfe node, sumsum tulang, atau sirkulasi sel
tumor pada darah, dan juga dapat diperoleh dari cairan tubuh seperti cairan asites,
cairan pleura, ataupun serum (petanda tumor serologis). 33
Petanda tumor dapat digunakan dengan tujuan untuk:
32
1. Alat skrining populasi yang sehat dan populasi dengan resiko tinggi.
2. Menentukan diagnosis kanker ataupun jenis kanker yang spesifik.
3. Menentukan prognosis pasien.
4. Evaluasi terapi.
Petanda tumor meliputi berbagai ragam substansi seperti antigen permukaan
sel, protein sitoplasmik, enzim, hormon, antigen onkofetal, reseptor, onkogen,
beserta zat-zat yang diproduksinya.33 Kanker paru diduga turut menghasilkan
beberapa substansi. Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan petanda tumor
yang pertama kali dideskripsikan pada kanker paru. CEA ditemukan pada tahun
1965 oleh Phil Gold dan Samuel O. Freedman dari ekstrak kanker
adenokarsinoma kolon manusia. Penelitian CEA terhadap kanker paru dimulai
sejak tahun 1970 hingga kemudian terutama lebih banyak dihubungkan pada
kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK). 34
Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan suatu antigen onkofetal yang
dihasilkan oleh beberapa kanker (~carcino) dan dihasilkan saat perkembangan
fetus (~embryonic). Selain dihasilkan oleh sel tumor dan sel embrio, senyawa
antigen onkofetal seperti CEA ini juga dihasilkan oleh sel normal yang tidak
mengalami diferensiasi dalam jumlah sangat kecil. Sehingga tentunya kadar CEA
akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker. Antigen onkofetal
18
disebut juga sebagai antigen tumor, atau antibodi monoklonal dan antisera
poliklonal. Substansi onkofetal yang terdapat pada embrio atau fetus akan
berkurang ke kadar yang rendah pada saat dewasa namun akan kembali meningkat
bila terdapat tumor. 32,35
CEA termasuk kedalam kelompok Tumor Associated Antigen (TAA).
Antigen tersebut disandi oleh gen yang diekspresikan selama embriogenesis dan
perkembangan janin, namun transkripsional tenang pada saat dewasa. Gen
tersebut menyandi protein yang diduga berperan dalam pertumbuhan cepat sel
embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada tumor yang tumbuh
cepat. 36
CEA merupakan suatu komponen glikoprotein kompleks dengan berat
molekul 200.000, yang berhubungan dengan plasma membran permukaan sel dari
glikokaliks epitel entodermal, dimana dalam hal ini dapat dilepaskan kedalam
darah.32 Karena kemajuan dalam teknologi antibodi monokonal, saat ini banyak
petanda tumor yang dapat terdeteksi pada cairan tubuh. Saat ini kadar CEA cairan
pleura secara kuantitatif dapat membedakan suatu efusi pleura ganas dengan efusi
pleura yang tidak ganas. Konsentrasi CEA pada EPG biasanya akan lebih tinggi
daripada plasma dimana diduga hal ini berhubungan dengan mekanisme seluler
akibat sekresi aktif dari sel tumor. CEA adalah salah satu petanda tumor pertama
yang menunjang tumor paru terutama untuk kanker paru jenis karsinoma bukan
sel kecil.34,35 Pemeriksaan CEA cairan pleura terutama ditujukan untuk pasien
yang menolak biopsi ulangan ataupun tindakan yang jauh lebih invasif lainnya. 11
19
berbagai
penelitian
tersebut
bervariasi dan
menggunakan
metode
pemeriksaan yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dapat berupa electrochemiluminescence immunoassay (ECIA); enzyme immunoassay (EIA); latex
agglutination (LA); dan radioimmunoassay (RIA). 17
Kadar CEA serum akan meninggi pada keadaan malignansi diantaranya yaitu
pada: paru (60%), payudara (50%), kolon (60%), pankreas (60%), lambung
(50%), ovarium (50%). Kadar CEA meninggi pada keadaan yang bukan akibat
keganasan seperti pada penyakit ulkus peptikum, inflamasi kolon, pankreatitis,
hipotiroidisme, sirosis dan perokok berat.34,37,38 CEA cairan pleura meningkat
pada sekitar 19% perokok berat dengan nilai batas atas 5 ng/ml, sedangkan pada
orang sehat dan tidak merokok kadar CEA normal berkisar < 2,5 - 3 ng/ml. 32,38-41
Riantawan dkk (Thailand; 2000) melaporkan bahwa pemeriksaan CEA cairan
pleura pada kanker paru memiliki sensitivitas 77% dan spesifisitas 94% dengan
10 ng/ml sebagai nilai cut-off. Dijumpai sensitivitas gabungan pemeriksaan
sitologi cairan pleura dan biopsi pleura tertutup sebanyak 73%.11 Pasaoglu dkk
(Turki; 2007) juga menggunakan nilai cut-off CEA cairan pleura 10 ng/ml untuk
menentukan EPG terhadap 35 kasus EPG karena kanker paru dengan sensitivitas
41,6% dan spesifisitas 100%. 5
20
21
EFUSI PLEURA
Punksi
Transudat
Gangguan jantung
Gangguan ginjal
Gangguan metabolisme
Penyakit sistemik lain
Eksudat
Pleuritis
Pleuritis TB, atau
Pleuritis Non-TB
Keganasan
Tumor primer di Paru (+)
22