Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia lanjut.
Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang ringan
sampai dengan yang berat. Bila kekurangan pendengaran ini berat, akan menimbulkan
banyak masalah bagi penderita dengan orang-orang sekitarnya, misalnya salah paham
dalam komunikasi. Penderita sering membantah karena mengira orang lain-lain
marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya, atau malah mentertawakannya,
mengejeknya atau lain-lain lagi. Dalam perjalanan mencapai usia lanjut, alat
pendengaran dapat mengalami berbagai gangguan. Gangguan ini dibagi dalam dua
bagian besar; yaitu gangguan di bagian konduksi yang biasanya dapat diobati dengan
hasil memuaskan, dan pada bagian persepsi yang biasanya sulit diobati.
Presbiakusis merupakan degenerasi fungsi pendengaran sensori-neural yang progresif,
bilateral, dan simetris yang disebabkan degenerasi sel rambut pada koklea dan jaras
sistem pendengaran akibat efek kumulatif penuaan. Penderia presbiakusis pada
umumnya sulit mendengar bunyi nada tinggi (high pitch) namun pada keadaan lebih
lanjut menyebabkan kesulitan mendengar semua nada. Selain itu, penderita
presbiakusis juga seringkali mengalami kesulitan mendiskriminasi perkataan (speech
discrimination) dan kesulitan memproses informasi dari suara atau bunyi, terutama
pada keadaan lingkungan yang berisik.
Karena proses penurunan pendengaran terjadi secara gradual, penderita presbiakusis
sering tidak menyadari penurunan fungsi pendengaran yang dialaminya.
Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, diperkirakan terjadi pada 30-45%
orang dengan usia di atas 65 tahun. Menurut WHO pada tahun 2005 akan terdapat 1.2
milyar orang akan berusia lebih dari 60 tahun, dari jumlah tersebut 60 % diantaranya
tinggal di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2020 populasi
dunia berusia diatas 80 tahun juga akan meningkat sampai 200 %.
Pada Survei Kesehatan Indera Penglihatan Pendengaran tahun 1994 -1996 di 7
Provinsi (Sumatra Barat, Sumatra Selatan , Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Utara) dengan 19,375 responden didapatkan prevalensi presbikusis sebesar
1
2.6 % atau sekitar 6.7 dari seluruh pasien THT yang didiagnosa dengan Presbikusis.
Di Indonesia jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005
diperkirakan mencapai 19.9 juta atau 8.48 % dari jumlah populasi. Pada tahun 2025
jumlah tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lipat dari jumlah tahun 1990, dan
merupakan jumlah tertinggi di dunia.. Di Amerika Serikat tidak ada data insiden
presbikusis yang akurat. Kira-kira 25-30% pada usia 65-74 tahun terlihat adanya
gangguan pendengaran. Pada usia lebih dari 75 tahun, insiden meningkat sampai 4050 %. Sesuai dengan definisi, prevalensi presbikusis meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Tidak ada perbedaan prevalensi terjadinya presbikusis terhadap
jenis kelamin dan ras.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Telinga
adneksanya sama seperti kulit biasa yang terdiri dari glandula sebasea, rambut dan
glandula seumenosa tetapi pada duapertiga bagian dalam tidak terdapat kelenjar,
rambut dan glandula serumenosa. Epidermis melekat erat pada perikondrium maupun
periosteum dan tidak terdapat jaringan subkutis. Hal ini menyebabkan tidak ada ruang
antara kulit dengan perikondrium dan periosteum sehingga keadaan ini menyebabkan
tekanan yang hebat pada ujung serat saraf sensoris bila terjadi furunkel,
mengakibatkan nyeri yang hebat.
2.1.2 Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari membran timpani yang merupakan
membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung
bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flaksida
(membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel kulit liang
telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran ini
dalam telinga tengah saling berhubungan. Tuba eustachius menghubungkan rongga
telinga tengah dengan nasofaring.
2.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari koklea tampak skala
vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan
skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda
4
dengan endolimfa. Dimana cairan perilimfa tinggi akan natrium dan rendah kalium,
sedangkan endolimfa tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk
pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ
corti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris
sel rambut luar (12000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah
sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular
sehingga dikenal sebagai membrane tektoria.
Membran tektoria disekresi dan disokong limbus yang terletak di medial. Pada skala
media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan
pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.
2.2
Definisi
Etiologi
5
Etiologi pasti dari presbiakusis belum diketahui secara pasti, namun dipercaya
multifaktorial. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan presbiakusis antara
lain:1,2,3
Diet dan gaya hidup seperti asupan tinggi asam lemak yang meningkatkan risiko
arteriosklerosis.
Genetik dapat memprogram seseorang menjadi lebih cepat tua, salah satunya
bermanifestasi sebagai presbiakusis atau memprogram seseorang menjadi lebih
sensitif
terhadap
faktor
risiko
presbiakusis.
Gen
yang
mempengaruhi
Patofisiologi
Perubahan histologis yang berhubungan dengan penuaan pada sistem auditori terjadi
dari sel rambut koklea sampai korteks auditori pada lobus temporal otak. Lokasi
perubahan tersebut berhubungan dengan variasi manifestasi klinis yang ditemukan.
Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 situs perubahan histologis pada koklea
akibat penuaan dan membagi presbiaskusis sebagai berikut:2,3
Presbiakusis sensoris disebabkan degenerasi sel rambut dan sel penunjang pada
organ corti. Proses ini bermula pada basal koklea dan secara perlahan bergerak ke
arah apeks, menyebabkan gangguan pendengaran terutama nada tinggi. Keadaan
presbiakusis
sensoris
tidak
mengganggu
diskriminasi
suara
(speech
discrimination).
Presbiakusis neural disebabkan atrofi sel saraf pada koklea dan jaras sensoris
pusat (central neural pathway). Menurut Schucknecht, seseorang kehilangan
sejumlah neuron setiap tahunnya sejak dilahirkan, namun penurunan pendengaran
baru dirasakan setelah lebih dari 90% neuron rusak, pada umumnya pada usia
lanjut. Neuron yang tersisa mengutamakan mendengar daripada mendiskriminasi
suara, menyebabkan penderita mengalami gangguan diskriminasi suara (speech
discrimination)
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi presbiakusis digolongkan menjadi 4
jenis, yaitu:1,2,4
1. Sensorik : lesi terbatas pada koklea. Atrofi organ corti, jumlah sel-sel rambut dan
sel-sel penunjang berkurang.
2. Neural : sel-sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang.
3. Metabolik (strial presbikusis) : atrofi stria vaskularis, potensial mikrofonik
menurun. Fungsi sel dan keseimbangan biokimia/bioelektrik koklea berkurang.
4. Mekanik (cochlear presbikusis) : terjadi perubahan gerakan mekanik duktus
koklearis, atrofi ligamentum spiralis, membran basalis lebih kaku.
7
2.6
Diagnosis
2.7
Penatalaksanaan
Prognosis
Prognosis dari prebiakusis adalah degenerasi lebih lanjut fungsi pendengaran karena
penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun perjalanan penyakit dapat diperlambat
dengan menghindari penyebab atau faktor risiko yang memperburuk penyakit yang
diderita.1
Penderita presbiakusis tidak memerlukan perawatan khusus, namun sebaiknya
penderita melakukan pemeriksaan berkala pada otolaryngist atau audiologist untuk
memonitor ambang pendengaran (hearing threshold), untuk mendapatkan atau
menyesuaikan amplifikasi alat bantu pendengaran2,3
BAB III
SIMPULAN