You are on page 1of 13

Musyafa, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 57

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA


PENGENDALIAN FREKUENSI TURBIN UAP

Ali Musyafa(1), A Rachmawardani(2), Rahmi A(3)

Abstract: The needs of electricity increase rapidly; energy resource from the power plant cannot fulfill
those needs. Steam turbine that mostly used is vital equipment in a power plant. This paper presents the
result of the numerical study on the frequency control using Neural Network. In operating steam turbine,
the stability level frequency is important maintained because has significant effect to the output. Neural
Network application has been done the design of neural network controller on the plant. While neural
network plant and controller are combined, or online training, then the result is approaching the set point
with 0,000899902 errors.

Keywords: Steam Turbine, Frequency, Neural Network, Control

Kehidupan
. modern menuntut segala lapisan agar tetap steady dengan jalan memperbesar atau
baik individu maupun kelompok untuk memenuhi memperkecil aliran steam yang masuk ke turbin
kebutuhan energi. Salah satu sumber energi yang sehingga diperoleh putaran kecepatan turbin yang
yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- konstan.
hari adalah listrik. Pada sistem tenaga listrik per- Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas,
mintaan beban sering berubah-ubah besarnya. Hal maka perlu dirumuskan bagaimana mengendalikan
ini menimbulkan perubahan parameter dari sistem. perubahan frekuensi yang ditimbulkan oleh naik
Salah satu parameter yang terpengaruh dengan turunnya beban yang mengakibatkan menurunnya
adanya perubahan beban adalah parameter fre- kualitas tenaga listrik dan kerusakan pada peralatan-
kuensi. Perubahan frekuensi ini jika tidak segera peralatan pembangkit listrik. Dalam penelitian ini akan
ditanggulangi dapat mengakibatkan kerusakan pada dilakukan perancangan system pengendalian turbin
peralatan-peralatan listrik yang peka terhadap uap, di mana perancangan akan dilakukan pada
perubahan frekuensi. Untuk mempertahankan Condensing Turbine, atau Turbin Kondensasi dengan
frekuensi tetap konstan (50 Hz) diperlukan suatu satu siklus, di mana uap jenuh yang keluar dari turbin
sistem pengendalian yang mengatur putaran turbin dikondensasikan dalam kondensor untuk selanjutnya
(1)
Ali Musyafa, Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Kampus ITS, Keputih
Sukolilo – Surabaya 60111
(2)
A. Rachmawardani, Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Kampus ITS, Keputih
Sukolilo – Surabaya 60111
(3)
Rahmi A, Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Kampus ITS, Keputih Sukolilo
– Surabaya 60111
58 GEMATEK JURNAL TEKNIK KOMPUTER, VOLUME 9 NOMOR 2, SEPTEMBER 2007

akan dilakukan proses boiling di dalam boiler. Sistem turbin uap terdiri atas ketel, turbin yang
Dalam melakukan perancangan sistem pengendalian, menggerakkan beban, kondensor dan pompa air ketel.
adanya vibrasi yang terjadi pada turbin diabaikan, Turbin uap bisa dioperasikan dengan memakai uap
sedangkan untuk pendekatan pada sistem, plant yang panas lanjut atau uap basah. Bagan proses turbin
dimodelkan diasumsikan dalam kondisi ideal. uap dapat dilihat pada Gambar 1.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
merancang sistem pengendalian frekuensi pada turbin
uap dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan.
Diharapkan hasil dari penelitian ini akan memberikan
masukan pada industri yang menggunakan turbin uap
dalam proses pembangkit listrik untuk keperluan
proses maupun industri pembangkit listrik atau power
plant, sehingga daya listrik yang dikeluarkan akan
stabil.
Karayaka, et. al, (2001) telah melakukan pe- Gambar 1 Bagan Proses Turbin Uap (Fritz, 1994)
nelitian yang menghasilkan sebuah metode baru untuk
mengestimasi dan memodelkan parameter rotor- Proses tenaga uap (Gambar 1) dimulai dari
body suatu turbin generator besar dari data gangguan pompa pengisi ketel, (1) di sini air pengisi ketel yang
online. Untuk setiap set data gangguan diperoleh dari kebanyakan dari air kondensat yang hangat dipompa
kondisi operasi yang berbeda, dan parameter rotor masuk ke dalam ketel (2) dengan adanya pembakaran
body dari generator diestimasi menggunakan Output di dalam ketel, maka air akan mendidih. Kondisi uap
Error Method (OEM). Estimator berbasis Artificial yang dihasilkan pada umumnya berkisar antara 15
Neural Network (JST) kemudian digunakan untuk kg/cm2 dan 125o C untuk unit daya rendah, sampai
memodelkan ke-nonlinier-an dalam mengesti- 325 kg/cm2 dan 650o C untuk unit daya tinggi. Di
masi parameter berdasar pada kondisi operasi ge- dalam pemanas lanjut (3), suatu sistem pipa yang
nerator. tersendiri terpisah dari ruang air yang terdapat di
Turbin adalah mesin penggerak, di mana energi dalam ketel, uap kering dengan kondisi x=1 terus
fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar dipanaskan. Dengan demikian, temperatur uap naik
roda turbin. Bagian turbin yang berputar dinamai rotor melebihi temperatur didihnya. Uap panas lanjut ini
atau roda turbin, sedangkan bagian yang tidak dimasukkan ke turbin uap (4) sebagai uap baru (uap
berputar dinamai stator atau rumah turbin. Roda turbin masuk). Dan uap ini mempunyai entalpi h1 (dapat
terletak di dalam rumah turbin dan memutar poros dilihat pada diagram h-s). Di dalam turbin, uap
daya yang menggerakkan atau memutar bebannya tersebut akan berekspansi sesuai dengan peren-
(generator listrik). Di dalam turbin fluida kerja canaan kondisi uap keluarnya (uap bekas). Dengan
mengalami proses ekspansi yaitu proses penurunan demikian akan terdapat suatu panas jatuh, selisih
tekanan, dan mengalir secara kontinu. entalpi adalah h1-h2.
Musyafa, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 59

Uap bekas meninggalkan turbin, setelah Daerah di bawah garis lengkung k-K-k’ pada
sebagian tenaganya digunakan untuk bekerja di dalam diagram T – S merupakan daerah campuran fasa cair
saluran sudu-sudu, dan daya usaha uap itu oleh turbin dan uap. Uap di dalam daerah tersebut biasanya juga
diteruskan ke generator. Uap bekas turbin uap dengan dinamakan basah. Garis k – K dinamai garis cair
entalpi h2 kebanyakan sudah tidak bisa dimanfaatkan (jenuh), di mana pada dan sebelah garis kiri tersebut
lagi, uap bekas ini dimasukkan ke kondensator (5) air ada dalam fasa cair. Sedangkan garis k – K’
dan di dalam kondensator uap mengalami pendinginan dinamai garis uap jenuh, di mana pada dan sebelah
dan tekanan kerendahan (kurang dari 1 atm) kanan garis tersebut air ada dalam fasa uap (gas).
sehingga uap mengembun menjadi air. Air kondensat Uap di dalam daerah tersebut terakhir biasanya
yang keluar dari kondensator bisa dipakai untuk dinamai uap kering. Titik K dinamai titik kritis, di
berproses lagi dengan dijadikan air pengisi ketel. Air mana temperatur dan tekanan pada titik tersebut
kondensat yang keluar dari kondensor (5) dipompa berturut-turut dinamai temperatur kritis dan tekanan
memakai pompa kondensat (6) dimasukkan ke dalam kritis. Pada titik kritis keadaan cair jenuh dan uap
reservoar air pengisi ketel dan dari sini dipompa jenuh adalah identik. Untuk air tekanan kritisnya Pc
memakai pompa air pengisi ketel (1) dimasukkan ke = 218, 3 atm (= 3206,2 psia) dan temperatur kritisnya
dalam ketel lagi, dengan demikian proses siklus Tc = 374,2 o C ( = 705,4 o F). Pada tekanan lebih tinggi
(Clausius-Rankine-Proses) kembali diulang lagi. dari Pc tidak dapat diketahui dengan pasti bilamana
- Siklus Rankine dan di mana terjadi perubahan dari fasa cair ke fasa
Siklus ideal dari suatu sistem turbin uap se- uap. Tetapi dalam hal tersebut biasanya dikatakan
derhana adalah siklus Rankine. Siklus Rankine bahwa air ada dalam fasa cair apabila temperaturnya
dapat digambarkan pada diagram T vs S seperti di bawah T c dan ada dalam fasa uap apabila
terlihat pada Gambar 2. temperaturnya lebih tinggi daripada Tc .
Siklus Rankine terdiri dari beberapa proses
sebagai berikut:
P3 = P2
1 2 Proses pemompaan isentropis, di dalam
K
T
pompa.
2 3
2 2  2’  3 Proses pemasukan kalor atau
S pemanasan pada tekanan konstan di dalam ketel.
3  4 Proses ekspansi isentropik di dalam turbin
atau mesin uap lainnya.
k 4  1 Proses pengeluaran kalor atau pengembunan
4
k pada tekanan konstan, di dalam kondensator.
Kondisi uap yang keluar dari turbin (titik 4’)
a b c ada di dalam daerah campuran cair-uap (uap basah).
S (entropi)
Namun demikian hendaknya diusahakan agar kadar
Gambar 2 Siklus Rankine (Temperatur) T vs (Entropy) S airnya tidak terlampau tinggi. Hal ini perlu diperhatikan
(Fritz, 1994)
60 GEMATEK JURNAL TEKNIK KOMPUTER, VOLUME 9 NOMOR 2, SEPTEMBER 2007

karena apabila kadar air dari uap di dalam tingkat akson untuk merubah dari hasil soma menjadi sebuah
tekanan rendah dari turbin melampaui ± 12 persen, sinyal keluaran dan sinapsis adalah bagian yang
maka selain efisiensi turbin berkurang juga mentransmisikan sinyal keluaran tersebut ke sel
menyebabkan erosi pada sudu. syaraf lainnya. Hubungan dari 4 komponen di atas
Salah satu usaha untuk menaikkan efisiensi digambarkan pada Gambar 3.
turbin adalah dengan jalan menaikkan tekanan uap
dan pemanasan ulang. Dengan pemanasan ulang
bukan saja dapat diperoleh efisiensi yang lebih baik,
tetapi juga merupakan usaha untuk menghindari
terjadinya uap keluar turbin dengan kadar air yang
terlampau tinggi.

Jaringan Syaraf Tiruan (Fausett dan Laurent,


Gambar 3 Sebuah Sel Syaraf Dengan Komponen
1994) Penyusunnya (Fausett, 1994)

Arificial Neural Network (ANN) atau jaringan


syaraf tiruan merupakan sebuah bentuk sistem Proses yang dilakukan oleh setiap neuron
pengolahan informasi yang diinspirasikan dari jaringan adalah akibat adanya perubahan keadaan hubungan
syaraf biologis, sehingga dalam membuat konfigurasi antar neuron yang tersusun dari interkoneksi secara
dan algoritma jaringan syaraf tiruan, para peneliti ekstrim dengan jumlah yang sangat besar dari setiap
biasanya berpikir tentang organisasi otak manusia. proses sederhana. Interaksi dengan neuron lainnya
Para perancang algoritma harus mempelajari adalah dengan pertukaran sinyal. Transmisi sinyal
dulu bagaimana sel syaraf manusia bekerja atau listrik dari suatu neuron ke neuron lain dipengaruhi
bagaimana struktur otak menghasilkan fungsi-fungsi oleh neurotransmitter, suatu senyawa kimiawi yang
yang berguna antara lain tentang fungsi belajar, dilepaskan dari neuron pertama dan diterima oleh
kemampuan pengorganisasian diri, memori asosiatif neuron berikutnya. Hubungan ini dikenal dengan
dan sebagainya. sinapsis.
Antara tujuh hingga ratusan kelas Neuron yang Suatu sistem syaraf tiruan atau jaringan syaraf
berbeda telah ditemukan pada manusia. Jaringan itu tiruan adalah suatu struktur pemrosesan informasi
ada yang berukuran sangat kecil (microscopic) tetapi yang pararel yang terdistribusi dalam bentuk graph
ada yang sepanjang 3 meter seperti yang ada di lengan terarah dengan definisi dan aturan sebagai berikut:
manusia. Setiap neuron tersusun atas 4 bagian 1. Simpul dari graph disebut sebagai elemen
penting dalam melakukan fungsinya yaitu: Denrit pemroses (processing element) atau satuan
merupakan bagian paling ujung yang berfungsi pemroses (processing unit) atau satuan (unit)
sebagai penerima masukan sinyal, soma bagian saja.
setelah Denrit ber-fungsi sebagai pengumpul sinyal 2. Sambungan pada graph disebut hubungan
masukan untuk dilakukan pemilihan proses aktif, (connection). Setiap hubungan berfungsi sebagai
Musyafa, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 61

sebuah jalur konduksi satu arah yang melewatkan


sinyal tanpa penundaan.
3. Setiap elemen pemroses dapat menerima banyak
hubungan ke dalam yang disebut hubungan
masukan
4. Setiap elemen pemroses dapat mempunyai
banyak hubungan keluar, tetapi sinyal-sinyal
dalam hubungan tersebut harus sama. Sebagai Gambar 4 Diagram Blok Fungsional Sel Syaraf (Fausett,
1994)
akibatnya, setiap elemen pemroses mempunyai
sebuah hubungan keluar tunggal yang bercabang Struktur JST dibagi menjadi 2 fase yaitu:
menjadi banyak hubungan keluar yang masing- 1. Fase Maju (feedforward) yaitu jika arus
masing mambawa salinan (copy) dari sinyal yang informasi menjalar maju dan tidak memberi
dibawa oleh hubungan keluar tunggal tadi. umpan balik keluaran JST ke input Jaringan.
5. Satuan pemroses dapat mempunyai memori lokal 2. Fase mundur (backforward) yaitu jika
(lokal memory). melibatkan umpan balik keluaran Jaringan ke
6. Setiap satuan pemroses mempunyai sebuah input jaringan serta tidak hanya merespon input
fungsi transfer yang dapat menggunakan dan tetapi juga merespon keluaran jaringan yang
mengubah isi memori lokal, memakai sinyal diumpankan ke input jaringan
masukan dan memproduksi sinyal keluaran dari Ciri utama dari JST adalah kemampuannya
elemen pemroses tersebut. Dengan kata lain, dalam belajar. Belajar pada JST dapat diartikan
masukan dari fungsi transfer yang diperbolehkan sebagai sebagai proses penyesuaian parameter yang
adalah nilai yang tersimpan pada memori lokal dimilikinya (bobot-bobot interkoneksi). Suatu keluaran
dan sinyal masukan elemen pemroses pada waktu yang diinginkan tergantung pada harga bobot-bobot
perhitungan fungsi transfer dilakukan. Keluar- interkoneksi yang dimiliki tiap-tiap sel.
an fungsi tranfer yang diperbolehkan adalah Proses belajar dapat dikelompokkan menjadi
nilai yang akan disimpan dalam memori se- dua jenis yaitu belajar dengan pengawasan (Su-
tempat dan sinyal keluaran dari satuan pemro- pervised Learning) dan belajar tanpa pengawasan
ses. (Unsupervised Learning). Proses belajar dengan
7. Sinyal masukan dari luar sistem saraf tiruan yang pengawasan memerlukan keluaran yang diinginkan
menuju sistem tersebut datang dari hubungan- sebagai dasar pengubahan bobot. Sedangkan proses
hubungan yang berasal dari dunia luar sistem. belajar tanpa pengawasan, JST akan mengubah
Sinyal keluaran dari sistem ke dunia luar sistem bobot-bobot dengan sendirinya, sebagai tanggapan
merupakan hubungan-hubungan yang mening- atas masukan anpa keluaran acuan.
galkan sistem. Pada dasarnya back propagation terdiri tiga
Penjelasan diatas dapat digambarkan pada atau lebih lapisan (multilayer). Arsitektur multilayer
Gambar 4. untuk jaringan back propagation ditunjukkan dalam
62 GEMATEK JURNAL TEKNIK KOMPUTER, VOLUME 9 NOMOR 2, SEPTEMBER 2007

Gambar 5. Pada gambar tersebut jaringan memiliki dengan:


satu hidden layer (unit z). Unit lapisan bawah adalah '
f 1 ( x) = f 1 ( x)[1 − f 1 ( x)] (2)
lapisan input (input layer) yang merupakan satu- Fungsi aktifasi lain yang sering digunakan adalah
satunya unit dalam jaringan yang menerima input fungsi bipolar sigmoid yang memiliki range (-1, 1)
dari luar. Lapisan tengah adalah hiden layer yang dan didefinisikan sebagai:
menghubungkan input dengan output layer. Hidden 2
f 2 ( x) = −1 (3)
layer ini dapat berjumlah satu atau lebih lapisan. 1 + e−x
Sedangkan lapisan atas adalah output layer. Unit dengan:
output (unit y) dan unit hidden memiliki bias. Bias 1
f 2 ' ( x) = [1 + f 2 ( x)][1 − f 2 ( x)] (4)
pada unit output yk dinotasikan dengan wok dan bias 2
pada unit hidden zj dinotasikan sebagai voj. Bias-
bias ini berperilaku sama seperti bobot-bobot pada Algoritma Belajar Jaringan Back Propagation
koneksi dengan output selalu 1. Lapisan paling atas Jaringan Back Propagation menggunakan
adalah lapisan output (output layer). Pada Gambar kaidah belajar supervised learning karena dalam
5 hanya digambarkan arah fase feedforward. Arah berlangsungnya proses belajar digunakan output
fase belajar pada back propagation adalah sinyal acuan. Jaringan yang dilatih berisi pola xi dan pola
yang dikirim dengan arah kebalikannya. keluaran yk. Hasil pada output layer merupakan
tanggapan jaringan terhadap informasi yang masuk.
Jika antara output jaringan dengan output yang
diinginkan masih terdapat perbedaan, maka bobot
koneksi akan dipropagasi balik hingga perbedaan
output jaringan dengan output acuan menjadi
seminimal mungkin.
Pada Gambar 5, input vektor x =
(x1……xi……xn) dimasukkan dalam input layer
jaringan. Unit input mendistribusikan nilainya pada
unit-unit hidden layer, sehingga masukan pada
Gambar 5 Arsitektur Multilayer Jaringan Back Propagation
(Fausett, 1994) hidden layer yang ke-j adalah:

z − inj = voj + ∑ xi vij (5)


Dalam back propagation, fungsi aktivasi yang
paling sering digunakan adalah fungsi binary Keterangan:
sigmoid dan fungsi bipolar sigmoid. Fungsi binary vij = bobot antara unit input ke-I dengan unit hidden
sigmoid memiliki range (0,1) dan didefinisikan ke-j
sebagai: voj = bobot awal bias

1 net masukan pada hidden layer ini (z_in j) dikalikan


f 1( x) = (1)
1 + e −x dengan fungsi aktifasi f untuk mendapatkan output
Musyafa, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 63

dari masing-masing unit pada hidden layer (zj) dan menghitung bobot koreksi antara unit hidden
sehingga: dengan unit input, sehingga bobot koreksi ini dapat
dijumlahkan dengan bobot awal untuk mendapatkan
z j = f ( z _ inj ) (6)
bobot yang baru:
nilai output dari unit hidden ini didistribusikan pada ∆vij = αδ j x (14)
unit output sehingga: bobot biasnya:
p
∆voj = αδ j (15)
y _ ink = wok + ∑ z j w jk (7)
j =1 Tahap berikutnya merupakan pengaturan (up-
Keterangan: date) bobot. Bobot baru pada unit output:
w jk = bobot antara unit hidden ke-j dengan unit w jk (new)
= w jk (old)
+ ∆w jk
(16)
output ke-k sedangkan bobot baru pada unit hidden:
wok = bobot awal bias vij (new)
= v
ij (old)
+ ∆v ij
(17)
keluaran dari unit output merupakan jumlah seluruh Proses akan diakhiri dengan menghitung
masukan pada unit output (y_in k) dikali dengan fungsi kesalahan total:
aktifasinya, sehingga: E = 0.5 ∑ [tk
k − y k ]2 (18)

y k = f ( y _ ink ) (8)
Algoritma proses belajar jaringan Back Propa-
tahap ini disebut feedforward. gation secara garis besar adalah sebagai berikut:
Pada tahap propagasi balik akan dihitung nilai Langkah 1: (inisialisasi)
error dari output. Sehingga, bila output jaringan tidak Menentukan jumlah layer yang akan digunakan.
sesuai dengan output yang diinginkan (target) jaringan Menginisialisasi bobot terkoneksi secara random
akan menghitung error output yang besarnya: antara layer satu dengan layer berikutnya dalam
δ k = (t k − y k ) f ' ( y _ ink ) (9) suatu bilangan random yang kecil, menentukan
dan menghitung bobot koreksi antara unit output parameter α dan µ, serta menentukan nilai Emaks.
dengan unit hidden, sehingga bobot koreksi ini dapat Langkah 2: Menyiapkan data masukan dan output
dijumlahkan dengan bobot awal untuk mendapatkan yang diinginkan (target).
bobot yang baru. Nilai bobot koreksi tersebut adalah: Langkah 3: (forward)
∆w jk = αδ k z k (10) Menghitung semua nilai output pada hidden

dengan nilai bobot koreksi pada bias: layer zj untuk seluruh masukan dari unit input.
Menghitung nilai output pada output layer yk
∆wok = αδ k (11)
untuk semua masukan zj pada hidden layer.
nilai error pada unit hidden: Menyimpan hasil perhitungan dalam suatu lokasi
m tersendiri.
δ j = ∑ δ k f ' ( z _ inj ) (12)
k =1
Langkah 4: (mengukur output error)
dengan: Menghitung nilai error δ pada output layer dan
m
hidden layer.
δ _ inj = ∑ δ k w jk (13)
k =1 Menyimpan nilai eror δ
64 GEMATEK JURNAL TEKNIK KOMPUTER, VOLUME 9 NOMOR 2, SEPTEMBER 2007

Langkah 5: (up dating) Perancangan Pengendali JST


Melakukan penyesuaian bobot antara input layer Perancangan JST plant
dengan hidden layer dan hidden layer dengan Perancangan JST plant dilakukan dengan urutan
output layer. sebagai berikut:
Langkah 6: (cek total error) - Mengumpulkan data-data input dan output dari
Mengecek total error, apakah dapat diterima plant Dari data tersebut kita lakukan peran-
karena masih dibawah harga batasan error (E < cangan JST plant dengan melakukan pelatihan
Emaks). Jika telah memenuhi syarat proses training untuk mendapatkan nilai bobot dan bias tertentu
maka menyimpan nilai bobot yang telah dida- - Pemilihan ukuran JST plant dengan menentukan
patkan. Jika belum memenuhi syarat, set nilai E jumlah layer, jumlah node tiap layer dan fungsi
= 0 dan mengulangi proses belajar sampai total aktivasi tiap node.
error dapat diterima. Ukuran JST yang mendekati plant adalah:
Langkah 7: Proses training (belajar) selesai. - 1 input layer yang terdiri dari 2 node.
- 1 hidden layer yang terdiri dari 66 node dengan
METODE
fungsi aktivasi sigmoid.
Deskripsi Proses
- 1 output layer yang terdiri dari 1 node dengan
Secara umum proses produksi listrik di PLTU
fungsi fungsi sigmoid
digambarkan pada Gambar 6. Uap air yang berasal
Berikut ini adalah skema dari struktur JST
dari boiler akan akan melewati control valve.
plant.
Control valve membuka dan menutup sesuai dengan
beban pada generator. Steam melewati Control valve
selanjutnya digunakan untuk memutar turbin yang
dikopel dengan generator. Setelah melewati turbin,
uap, air akan dikondensasikan di kondenser dan air
hasil kondensasi akan dipompakan ke dalam boiler
dan dipanaskan kembali. Hal ini berlangsung secara
terus menerus. Gambar 7 Skema Struktur JST Plant

- Pelatihan JST plant


Setelah struktur JST plant didapat, maka dila-
kukan proses pendidentifikasian plant atau lebih
dikenal dengan pelatihan plant JST yang
bertujuan mencari nilai bobot dan bias yang sesuai
dengan plant sesungguhnya. Nilai bobot dan bias
ini dipengaruhi oleh nilai momentum dan learning
rate yang diubah-ubah sampai mendapat nilai
Gambar 6 Proses Produksi Listrik di PLTU (Nagrath, 1989) bobot dan bias yang paling sesuai dengan plant.
Musyafa, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 65

Perancangan JST kontroller input-output. Jika pada pelatihan JST plant


Setelah mendapatkan model JST plant dila- input-nya adalah laju aliran steam dan temperatur
kukan perancangan JST kontroller dengan direct dan targetnya adalah frekuensi. Sedangkan pada
adaptive control. Pada JST kontroller terdapat pelatihan offline adalah kebalikannya.
error yang merupakan selisih antara output JST - Pelatihan online JST kontroller
plant dan real plant. Error inilah yang akan Tahap terakhir dari perancangan ini adalah
dikurangi dengan mengubah nilai bobot dan biasnya. pelatihan online JST kontroller dengan meng-
Mengubah nilai bobot dan bias dilakukan dengan gunakan nilai bobot dan bias awal yang berasal
pelatihan baik secara offline maupun secara online. dari pelatihan offline. Struktur JST pada pelatihan
Perancangan JST kontroller terdiri dari: online ini adalah gabungan struktur JST plant
- Penentuan ukuran JST kontroller dengan me- dan JST kontroller.
nentukan input layer, hidden layer dan output Pada saat pelatihan online, dimulai tahap
layer. pemakaian kontroller JST pada plant, yang
Ukuran JST kontroller yang paling sesuai sebelumnya masih tahap pembelajaran. Dalam
adalah: tahap ini, hanya me-load bobot dan bias hasil
. 1 input layer yang terdiri dari 1 node. dari tahap pembelajaran Identifikasi JST Plant
. 1 hidden layer yang terdiri dari 45 node dan pembelajaran Offline.
dengan fungsi aktivasi sigmoid. Hasil dari pelatihan online ini adalah nilai bo-
. 1 output layer yang terdiri dari 2 node bot dan bias akhir yang digunakan pada track-
dengan fungsi aktivasi sigmoid. ing setpoint atau perubahan setpoint. Dari sinilah
Gambar 8 menunjukkan skema JST kontro- kita akan mengetahui performansi sistem pengen-
ller dalian frekuensi berbasis JST yang telah diran-
cang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Performansi Model JST Plant
Parameter-parameter yang digunakan dalam
proses pelatihan pasangan data input-output adalah
sebagai berikut:
- Learning rate (dari 0,1 hingga 0,9)
- Momentum ( 0,8 dan 0,9)
Gambar 8 Skema JST Kontroller - Error yang diinginkan (1,5 x 10-7)
- Jumlah epoch atau iterasi maksimum
- Pelatihan offline JST kontroller (10.000)
Pelatihan offline pada dasarnya sama dengan Dari proses tersebut menghasilkan performansi
pelatihan JST plant hanya berbeda pada data terbaik pada momentum 0,9 dan learning rate 0,1.
66 GEMATEK JURNAL TEKNIK KOMPUTER, VOLUME 9 NOMOR 2, SEPTEMBER 2007

Gambar 9 adalah hasil training JST plant yang Dari proses tersebut menghasilkan performansi
mempunyai performansi terbaik dan Gambar 10 terbaik pada momentum 0,9 dan learning rate 0,5.
adalah output JST plant.
2
10

0
10 1
10
-1
10

0
-2
10
10

-3
10 -1
10

-4
10
-2
10
-5
10

-6 -3
10 10

-7
10
0 100 200 300 400 500 600 700 800 -4
10
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Gambar 9 Error vs Jumlah Epoch Pelatihan JST Plant


Gambar 11 Error vs Jumlah Epoch Pelatihan Offline

5 0 .1 2
da ta o u tp u t
ou tp ut JS T 10 0
o utpu t1
50.1
o utpu tJS T1
90
5 0 .0 8

80
5 0 .0 6

70
5 0 .0 4

5 0 .0 2
60

50 50
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 10 Hasil Output JST dan Output Real Plant 40


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 00

Analisa Performansi JST Kontroller Off line Gambar 12 Output (Flow Steam) JST Kontroller vs Real Plant
Simulasi pelatihan model JST kontroller pada
dasarnya sama dengan pelatihan JST plant hanya 410
output2
saja nilai input dan targetnya berbeda. Jika pelatihan outputJS T2
400

JST plant inputnya adalah flow steam dan temperatur


390

serta outputnya adalah frekuensi maka JST kon-


380
troller adalah kebalikannya. Parameter-parameter
370
yang digunakan dalam proses pelatihan adalah se-
bagai berikut: 360

- Learning rate (0,1 - 0,9) 350

- Momentum ( 0.9 dan 0.8) 340


0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

- Error yang diinginkan ( 9 x 10 ) –4


Gambar 13 Output (Temperatur) JST Kontroller vs Real
- Jumlah epoch atau iterasi maksimum ( 10000) Plant
Musyafa, Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan 67

Analisa performansi JST kontroller online SIMPULAN


Pada pelatihan ini dilakukan dengan meng- Telah dilakukan perancangan sistem pengen-
gabungkan hasil dari pelatihan sebelumnya yaitu dalian frekuensi pada turbin uap dengan menggu-
pelatihan JST plant dengan JST kontroller offline. nakan aplikasi jaringan syaraf tiruan, dengan spe-
sifikasi:
0
10

- Konfigurasi atau struktur plant yang optimum


10
-1 adalah 2 node lapisan input, 66 node hidden
layer dan 1 node lapisan output. Error yang
didapatkan adalah 4,9992 x 10-7 selama 829
-2
10

epoch/ iterasi untuk parameter pelatihan


-3
10

learning rate 0,1 dan momentum 0,9.


10
-4 - Konfigurasi kontroller offline JST yang optimum
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

adalah 1 node lapisan input, 45 hidden layer


Gambar 14 Error vs Jumlah Epoch Pelatihan Online
dan 2 node output layer. Error yang didapatkan
adalah 0,000899759 selama 463 epoch/iterasi
100

90
output1
o u tp u tJS T1
untuk parameter pelatihan learning rate 0,5 dan
80 momentum 0,9.
70
- Pelatihan online dengan menggunakan data JST
60

50
dengan parameter learning rate 0,9 dan momen-
40 tum 0,9. Error yang didapat adalah 0,000899902
30

20 RUJUKAN
10
Fausett, L. 1994. Fundamental of Neural
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Network.Architecture, Algorithms, and Aplication.
New Jersey: Prentice Hall.
Gambar 15 Output JST Online vs Real Plant Fritz, D. 1994. Turbin Pompa dan Kompresso, Jakarta:
Airlangga.
Gunterus, F. 1994. Falsafah Dasar: Sistem Pengendalian
410
Proses, Jakarta: Elex Media Komputindo.
output 2
output JS T2
Karayaka, BH, et.al. 2001. Neural Network Based
400 Modeling of a Large Steam Turbine-Generator
Rotor Body Parameters From On-Line Disturbance
390
Data, IEEE Transactions on Energy Conversion,
Vol.16 No.4, December. pp. 305 – 311.
380
Nagrath, IJ, Konthari, DD. 1989. Modern Power System
370
Analisysis, India: Mc Graw Hill, nnd Edition.
Norgaard, R, and Poulsen, H. 1999. Neural Network for
360 Modelling and Control of Dynamic System.
London Berlin Heidelberg: Springer-Verlag.
350

340
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 16 Output JST Online va Real Plant


68 GEMATEK JURNAL TEKNIK KOMPUTER, VOLUME 9 NOMOR 2, SEPTEMBER 2007

You might also like