Professional Documents
Culture Documents
BRONKHITIS
Kelompok 5:
Citra Irawan
Havita Nirmala Savitri
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar
di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran
napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberculosis, asma dan
bronchitis masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab
yang tersering. Kemajuan dalam bidang diagnostic dan pengobatan menyebabkan
turunnya insidens penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan
dalam bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang
kesehatan yaitu polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya
jumlah penduduk yang merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah
penderita.(4)
Bronchitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit
pernapasan. Namun bronchitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Sebagai
penyakit tersendiri, bronchitis merupakan topic yang masih diliputi kontroversi
dan ketidakjelasan diantara para klinikus dan penyelidik. Bronchitis sering
merupakan diagnosis yang ditegakkan, baik di negeri barat maupun di Indonesia,
walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama. Bahkan Stern (1983)
meragukan adanya bronchitis kronik pada anak sebagai penyakit tersendiri.
Kesimpang siuran definisi bronchitis pada anak bertambah karena kurangnya
consensus menganai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil
penyelidikan mengenai hal ini masih sangat kurang.(5)
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama
dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa.
Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,
namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Sebagai penyakit tersendiri,
bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di
antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak selalu sama.1
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkus yang biasanya mengenai
trachea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotraheobronchitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan nafas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik misalnya morbili, pertusis, difteri dan tipus
abnominalis.2
Istiah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronkus yang sifatnya
menahun (berlangsung sama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor
yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronchitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mucus trakheobronkial yang
berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga
bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua tahun secara berturut-turut.2
Bronkitis kronis bukanlah merupakan bentuk menahun dari bronchitis
akut. Walaupun demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut
pada penyakit bronchitis kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan
bakteri pada dinding bronchus yang tidak normal. Infeksi sekunder oleh bakteri
kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara
masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.2
Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami: peningkatan ukuran dan
kelenjar mucus pada bronkus besar sehingga meningkatkan produksi mucus,
mucus lebih kental, kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme
pembersihan mucus.2
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh
mucus dan siliari. Pada pasien dengan bronchitis akut, sistem mucocilliary
defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi.
Ketika infeksi timbul, kelenjar mucus akan menjadi hipertropi dan hyperplasia
(ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mucus akan
meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronchial meradang, menebal dan
mengeluarkan mucus tebal. Adanya mucus kental dari dinding bronchial dan
mucus yang dihasilkan kelenjar mucus dalam jumlah yang banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronchitis kronis mula-mula hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat
laun akan mempengaruhi seluruh saluran napas.2
Mucus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan
napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan
udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis. Pasien mengalami
kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi
penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO 2,
sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka
terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).2
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah
sputum hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. Selama infeksi, pasien
mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika
masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul dengan akhirnya
menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).2
Respons inflamasi
Vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, bronkopasme
Produksi mucus & fungsi silia
Aliran udara kecil terhambat, aliran udara besar
menyempit
Lama kelamaan jalan nafas kolaps & udara
terperangkap di distal paru
D. Pemeriksaaan diagnostik
1. Rongent : Peningkatan tanda bronkovaskuler
2. Tes fungsi paru: Memperkirakan derajad disfungsi paru
3. Volume residu Meningkat
4. GDA : memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2
meningkat atau norma
Manifestasi klinis pada pasien
5. Bronkogram : Pembesaran duktus mukosa
6. Sputum: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
7. EKG : Disritmia arterial
8. EKG latihan: Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk
program latihan
E. Pemeriksaan Penunjang
-
F. Manifestasi Klinis
- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :
- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien
kurang istirahat
- Daya tahan tubuh klien yang menurun
- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
- Kesenangan anak untuk bermain terganggu
- Konsentrasi belajar anak menurun
G. Komplikasi
- Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
- Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
- Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
- Bila sekret tetap tinggal,dapat menyebabkan atelektasisi atau bronkietaksis
- Gagal jantung kongestif
- Pneumonia
H. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besar sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantatif dapat diukur (Whaley Wong), perubahan dalam
ukuran/nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan (Nelson).
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yg dapat
dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar (Whaley & Wong), mencakup
aspek lain dari deviasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan emosi atau sosial
yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan (Nelson)
I. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan, berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke Rumah.
Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di Rumah Sakit sesuai dengan
tahapan perkembangan Anak, sebagai berikut :
1. Masa Bayi ( 0 1 Tahun )
- Karena dampak perpisahan
- Karena Orang tidak dikenal
- Respon terhadap nyeri (menangis keras, Marah)
2. Masa Todler ( 2 3 Tahun)
- Tahap Protes (Injeksi, Infus, ambil darah, dll)
- Putus Asa
- Denial (Peng-Ingkaran)
e) B5 (Bowel)
Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan menurun, Ketidakmampuan makan karena
distres pernafasan, Penurunan berat badan, Nyeri abdomen.
Tanda : Turgor kulit buruk, Edema, Berkeringat, Palpitasi abdomial dapat
menunjukkan hepatomegali
f) B6 (Bone)
Gejala : Keletihan,kelelahan, Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena
sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi,
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda: Keletihan, Gelisah, Insomnia
b. Diagnosa perawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan di rumah
c. Prioritas perawatan
1. Mempertahankan patensi jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Mempertahankan pola nafas yang efektif
4. Meningkatkan masukan nutrisi
5. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta
mencegah infeksi
6. Mengurangi kecemasan yang dialami klien
7. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan
d. Intervensi
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara.
d. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
sekret
mempermudah pengeluaran.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja
nafas.
c. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau
area konsolidasi
d. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
e. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
f. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
2. Irman somantri. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
3. Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
4. Penatalaksanaan Bronkitis Kronik, Faisal Yunus, Bag. Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RSUP Persahabatan
Jakarta.
5. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jidil 3. Bronkitis Bab. 35, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).
6. JONATHAN GLEADLE, At a Glance, ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
FISIK, Copyright
(C)