You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

BRONKHITIS

Kelompok 5:

Citra Irawan
Havita Nirmala Savitri

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANJARBARU

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar
di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran
napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberculosis, asma dan
bronchitis masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab
yang tersering. Kemajuan dalam bidang diagnostic dan pengobatan menyebabkan
turunnya insidens penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan
dalam bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang
kesehatan yaitu polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya
jumlah penduduk yang merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah
penderita.(4)
Bronchitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit
pernapasan. Namun bronchitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Sebagai
penyakit tersendiri, bronchitis merupakan topic yang masih diliputi kontroversi
dan ketidakjelasan diantara para klinikus dan penyelidik. Bronchitis sering
merupakan diagnosis yang ditegakkan, baik di negeri barat maupun di Indonesia,
walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama. Bahkan Stern (1983)
meragukan adanya bronchitis kronik pada anak sebagai penyakit tersendiri.
Kesimpang siuran definisi bronchitis pada anak bertambah karena kurangnya
consensus menganai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil
penyelidikan mengenai hal ini masih sangat kurang.(5)

BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama
dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa.
Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,
namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Sebagai penyakit tersendiri,
bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di
antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan
patokan diagnosis yang tidak selalu sama.1
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkus yang biasanya mengenai
trachea dan laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotraheobronchitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan nafas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik misalnya morbili, pertusis, difteri dan tipus
abnominalis.2
Istiah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronkus yang sifatnya
menahun (berlangsung sama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor
yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronchitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mucus trakheobronkial yang
berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga
bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua tahun secara berturut-turut.2
Bronkitis kronis bukanlah merupakan bentuk menahun dari bronchitis
akut. Walaupun demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut
pada penyakit bronchitis kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan
bakteri pada dinding bronchus yang tidak normal. Infeksi sekunder oleh bakteri

dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak sehingga akan memperburuk


keadaan.2
B. Etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronchitis akut, yaitu 2 :
a. Infeksi : Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, Haemophilus
influenza
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok,dll
Bronchitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa
alat tubuh, yaitu2:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada
katup maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkus
melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan
sumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkus.
c. Dilatasi bronkus, menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelmumpuhan bulu getar selaput lender
bronkus sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
C. Patofisiologi
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat
timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya,
virus merupakan awal dari serangan bronchitis akut pada infeksi infeksi saluran
nafas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronchitis kronis jika pasien
mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan
dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.2
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi
maupun noninfeksi (terutama rokok). Iritan akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkopasme. Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih mempengaruhi jalan nafas

kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara
masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.2
Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami: peningkatan ukuran dan
kelenjar mucus pada bronkus besar sehingga meningkatkan produksi mucus,
mucus lebih kental, kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme
pembersihan mucus.2
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh
mucus dan siliari. Pada pasien dengan bronchitis akut, sistem mucocilliary
defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi.
Ketika infeksi timbul, kelenjar mucus akan menjadi hipertropi dan hyperplasia
(ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mucus akan
meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronchial meradang, menebal dan
mengeluarkan mucus tebal. Adanya mucus kental dari dinding bronchial dan
mucus yang dihasilkan kelenjar mucus dalam jumlah yang banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronchitis kronis mula-mula hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat
laun akan mempengaruhi seluruh saluran napas.2
Mucus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan
napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan
udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis. Pasien mengalami
kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi
penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO 2,
sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka
terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).2
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah
sputum hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. Selama infeksi, pasien
mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika
masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul dengan akhirnya
menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).2

agen infeksi atau noninfeksi(rokok)

Respons inflamasi
Vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, bronkopasme
Produksi mucus & fungsi silia
Aliran udara kecil terhambat, aliran udara besar
menyempit
Lama kelamaan jalan nafas kolaps & udara
terperangkap di distal paru

D. Pemeriksaaan diagnostik
1. Rongent : Peningkatan tanda bronkovaskuler
2. Tes fungsi paru: Memperkirakan derajad disfungsi paru
3. Volume residu Meningkat
4. GDA : memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2
meningkat atau norma
Manifestasi klinis pada pasien
5. Bronkogram : Pembesaran duktus mukosa
6. Sputum: Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi pathogen
7. EKG : Disritmia arterial
8. EKG latihan: Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk
program latihan
E. Pemeriksaan Penunjang
-

Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia


Laboratorium : Leukosit > 17.500.

F. Manifestasi Klinis
- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :

- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien
kurang istirahat
- Daya tahan tubuh klien yang menurun
- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
- Kesenangan anak untuk bermain terganggu
- Konsentrasi belajar anak menurun
G. Komplikasi
- Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
- Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan
gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
- Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
- Bila sekret tetap tinggal,dapat menyebabkan atelektasisi atau bronkietaksis
- Gagal jantung kongestif
- Pneumonia
H. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besar sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantatif dapat diukur (Whaley Wong), perubahan dalam
ukuran/nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan (Nelson).
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yg dapat
dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar (Whaley & Wong), mencakup
aspek lain dari deviasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan emosi atau sosial
yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan (Nelson)
I. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan, berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke Rumah.
Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di Rumah Sakit sesuai dengan
tahapan perkembangan Anak, sebagai berikut :
1. Masa Bayi ( 0 1 Tahun )
- Karena dampak perpisahan
- Karena Orang tidak dikenal
- Respon terhadap nyeri (menangis keras, Marah)
2. Masa Todler ( 2 3 Tahun)
- Tahap Protes (Injeksi, Infus, ambil darah, dll)
- Putus Asa
- Denial (Peng-Ingkaran)

3. Masa Pra Sekolah ( 3 6 Tahun )


- Agresif (Marah & Berontak)
- Ekspresi Verbal ( Kata-kata marah)
- Tidak bekerja sama dengan perawat
4. Masa Sekolah ( 6 12 Tahun)
- Cemas karena berpisah
- Tidak bisa bermain (hilang kontrol)
- Lebih kooperatif (untuk tindakan)
5. Masa Remaja ( 12 18 Tahun )
- Menolak perawatan & tindakan
J. Terapi
Karena penyebab utamanya virus maka belum ada obat yang kausal (6). Tidak
ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak masalah, tanpa
pengobatan apapun. Pada bayi-bayi yang kecil, drainase paru dipermudah dengan
cara sering melakukan pergeseran posisi. Anak yang lebih tua lebih enak dengan
kelembaban tinggi, tetapi tidak ada bukti bahwa ini memperpendek lama
penyakit(7,8)
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lendir
- Sering mengubah posisi
- Banyak minum
- Inhalasi
- Nebulizer
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang
perlu diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis
- Jangan beri obat antihistamin berlebih
- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
- Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
K. Pencegahan

Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu


diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang
tertutup lehernya
c. Hindari makanan yang merangsang
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak
dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah
produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena
saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah
saluran pernapasan.
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas Klien : Nama, umur, alamat, pendidikan, agama, no. register,
diagnose medis
2. Riwayat kesehatan : Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic,
riwayat tentang disfungsi pernapasan sebelumnya, bukti terbaru penularan
terhadap infeksi, allergen, atau iritan lain, trauma.
3. Pemeriksaan Fisik :
a) B1 (Breathing)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane
mukosa pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang
menderita bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap
mengalami peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif
paroksimal, takipnea dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
b) B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung
redup(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis
c) B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada,
d) B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan.

e) B5 (Bowel)
Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan menurun, Ketidakmampuan makan karena
distres pernafasan, Penurunan berat badan, Nyeri abdomen.
Tanda : Turgor kulit buruk, Edema, Berkeringat, Palpitasi abdomial dapat
menunjukkan hepatomegali
f) B6 (Bone)
Gejala : Keletihan,kelelahan, Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena
sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi,
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda: Keletihan, Gelisah, Insomnia
b. Diagnosa perawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit dan perawatan di rumah
c. Prioritas perawatan
1. Mempertahankan patensi jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Mempertahankan pola nafas yang efektif
4. Meningkatkan masukan nutrisi
5. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi serta
mencegah infeksi
6. Mengurangi kecemasan yang dialami klien
7. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan
d. Intervensi
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.
c. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan
menurunkan jebakan udara.
d. Observasi karakteristik batuk
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 1500-2000 ml/hari
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan

sekret

mempermudah pengeluaran.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan
kronisnya proses penyakit.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja
nafas.
c. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau
area konsolidasi
d. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
e. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga
hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.
f. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.


3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Rencana Tindakan:
a. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan
teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.
b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distress
berlebihan.
c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea,
produksi sputum.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
c. Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.
d. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
e. Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu
memberikan nutrisi maksimal.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret,
proses penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Rencana Tindakan:
a. Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
b. Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya
infeksi.

c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.


Rasional : mencegah penyebaran patogen.
d. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tekanan darah terhadap infeksi.
e. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).
Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
b. Berikan dorongan emosional.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk
menerima keadaan penyakit yang dialami.
c. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi
beban pikiran yang dirasakan
d. Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga
mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
e. Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan
dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya.
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan di rumah
Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi :
a. Jelaskan proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada
rencana pengobatan.
b. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan
kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas
c. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara,
serbuk, asap tembakau.

Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan


peningkatan produksi sekret jalan nafas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
2. Irman somantri. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
3. Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
4. Penatalaksanaan Bronkitis Kronik, Faisal Yunus, Bag. Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RSUP Persahabatan
Jakarta.
5. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jidil 3. Bronkitis Bab. 35, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).
6. JONATHAN GLEADLE, At a Glance, ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
FISIK, Copyright

(C)

2003, Translation copyright (C) 2007 by Penerbit

Erlangga, EMS (Erlangga Medical Series).

7. Larry k. Pickering dan John D. Snyder, Bronkitis, bab 337, Behrman


Kliegmean Arvin, Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Vol2 edisi 15, editor edisi
Bahasa Indonesia Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, Sp. A(k). Jakarta : EGC,
1999, Hal 1483-1484.
8. Tan, Hoan Tjay Drs; Rahardja, Kirana Drs: Obat-Obat Penting, Khasiat,
Penggunaan dan Efek-efek sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit
PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Seksi VII. Bab.
40 Obat Asma dan COPD, Bab. 41 Obat-obat Batuk

You might also like