You are on page 1of 5

Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan

substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang


meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat
dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran. Kualitas air didasarkan pada
pengujian ada tidaknya coliform dalam air. Keberadaan bakteri coli merupakan
parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas air yang aman, dimana
kehadirannya dapat dijadikan indikator pencemaraan air. Ciri-ciri bakteri coliform adalah
bersifat gram negatif, bentuk morfologi batang pendek, dan dapat memfermentasi
medium laktosa cair dengan membentuk asam dan gas ( Pelczar dan Chan, 1988).
Menuut Fardiaz (1989), sifat-sifat bakteri koliform yang penting adalah :
Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat
Mempunyai sifat dapat mensintesis vitamin
Interval suhu pertumbuhan antara 100 0C 460 0C
Mampu menghasilkan asam dan gas
Bakteri coliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu coliform fecal misalnya
Escherichia coli dan coliform nonfecal misalnya Enterobacter aerogenes. E. Coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan E.
aerogenes ditemukan pada hewan atau tumbuhan yang telah mati. Adanya E.coli pada
air minum menandakan air tersebut telah terkontaminasi feses manusia dan mungkin
juga mengandung patogen usus (Dwijoseputro, 2005).
Menurut Fardiaz (1989), ada dua uji yang dilakukan pada bakteri koliform yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu uji
pendugaan (presumptive test), uji penguat (confirmed test,) dan uji pelengkap
(completed test). Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform dengan
menggunakan metode MPN.
Uji pendugaan (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform
berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa,
dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara.
Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di
dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat
dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas
dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah
mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif,

maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24
jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah
tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung
dengan melihat tabel MPN.
Uji penguat (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk
asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada
media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan menggunakan jarum
inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna kehijauan dengan kilat
metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform
lainnya.
Uji pelengkap (completed test)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri
Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam
medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum
inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya
positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung
bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana
bakteri Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek.
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh
(growth unit) atau unit pembentukkoloni (colonyforming unit) dalam sampel. Namun,
pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri.
Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat
nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan
setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka
air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki
limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai
MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Hadioetomo, 1993).
Menurut Widianti, dkk (2004), Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak
adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental
Protection Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat
coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya
patogen. USEPA mensyaratkan presence/absence test untuk coliform pada air minum,
dimana dari 40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5% boleh mengandung
coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya satu sampel yang
boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA mensyaratkan
pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan bakteri Legionella.

Media endo agar adalah media kultur selektif dan diferensial untuk mendeteksi
keberadaan bakteri koliform fekal dan mikroorganisme lainnya. Selektivitas media endo
agar tersusun atas sodium sulfate atau kombinasi basic fuchsin, yang menghasilkan
suspensi mikroorganisme gram positif. Bakteri koliform memfermentasi laktosa,
menghasilkan koloni berwarna merah muda hingga warna merah seperti bunga mawar
serta berbagai pewarnaan yang mirip. Koloni organisme yang tidak memfermentasi
laktosa tidak berwarna sehingga tampak kontras dengan latar media yang berwarna
merah muda (Dad,2000).
Pada percobaan ini, dilakukan pengujian kualitas sampel air dengan cara mengamati
ada tidaknya bakteri Escherichia coli dalam sampel air tersebut, karena bakteri ini
merupakan indikator sanitasi. Keberadaan coliform fekal (Escherichia coli) ini dapat
membuat kualitas air tidak baik karena air dapat terkontaminasi. Pengujian kualitas air
meliputi tiga tahap, yaitu uji pendugaan (Presumtive test), uji penetapan (Comfirmed
test), dan uji lengkap (Complete test).
Kelebihan dari metode MPN ini adalah waktu yang dibutuhkan sangat sedikit atau
sangat singkat, sedangkan kekurangan dari metode MPN yaitu hasil yang diperoleh
terkadang tidak begitu akurat. Kelebihan pada perhitungan dengan menggunakan
rumus yaitu hasil yang diperoleh lebih akurat dan kekurangannya dari metode
perhitungan dengan menggunakan rumus yaitu waktu yang dibutuhkan lama.
Uji berikutnya adalah uji penetapan yang berfungsi untuk meyakinkan hasil positif yang
ada pada uji pendugaan. Pada uji penetapan ini biakan pada medium laktosa cair
diinokulasikan pada medium endo agar kemudian diinkubasi pada suhu 37 0C selama
48 jam. Fungsi dari medium endo agar adalah sebagai agen penyerap asetildehid yang
merupakan komponen utama reaksi pembentukan koloni tipikal. Medium ini merupakan
campuran dan basic fuchsin laktosa agar dan juga sodium sulfit.
Hasil positif ini ditandai dengan terbentuknya koloni yang berwarna hijau metalik
ataupun adanya ungu di tengah koloni. Hijau metalik ini disebabkan karena adanya
bakteri coliform yang tumbuh sehingga terjadi fermentasi laktosa yang dapat
membentuk asetaldehid dan juga bereaksi dengan sulfit dari medium sehingga basic
fuchsin dan medium agar akan dilepas dan akhirnya akan terbentuk warna mengkilap
seperti logam.
Campbell, N. A., J.B. Reece., L.G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 2 edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Dad. 2000. Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13. Percetakan


Imagraph. Jakarta.
Fardiaz, S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan
Gizi. IPB. Bogor.
Hadioetomo, R. 1993. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Widiyanti, N. L. P. M dan Ristiati, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada
Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali.

Ancaman yang dapat membahayakan kesehatan konsumen, sebab beberapa strain


Escherichia coli bersifat patogen yang dapat menyerang manusia maupun hewan. Hal
ini disebabkan oleh kemampuan bakteri Escherichia coli memproduksi toxin yang dapat
menyebabkan timbulnya gastro enteritis pada manusia dan hewan yang ditandai
dengan gejala diare, demam kadang disertai muntah bahkan kematian
elanjutnya, kami melakukan uji penegasan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah
bakteri coliform yang ditemukan tersebut coliform fekal atau non-fekal. Langkah yang
dilakukan pada tes ini hampir sama dengan langkah-langkah pada tes pendugaan,
hanya medium dan suhu inkubasinya saja yang berbeda. Medium yang digunakan
adalah BGLB (Brilliant Green Laktosa Bile) dan untuk mengetahui apakah bakteri
tersebut coliform fekal, maka suhu inkubasi yang digunakan adalah 421oC.
Kusnadi (2003) menyatakan bahwa perbedaan bakteri coliform fekal dan non-fekal
adalah temperatur inkubasi yaitu untuk fekal (42 1oC) dan untuk non-fekal (371oC).
Setelah masa inkubasi 1 x 24 jam diamati timbulnya gas (gelembung udara pada
tabung Durham) dan asam (media menjadi keruh). Apabila terdapat gas pada bagian
dasar tabung Durham berarti dalam sampel air Aqua terdapat bakteri coliform fekal. Jika
tidak ada gas, maka sampel air Aqua tersebut mengandung bakteri coliform non-fekal.
Namun, berdasarkan pengamatan yang kami peroleh baik pada botol A, B dan C
dengan pengenceran 10-1, 10-2 dan 10-3 menghasilkan data yang negatif yang artinya
tidak ditemukan bakteri penghasil gas yang tumbuh pada tabung dan tahan terhadap
suhu tinggi (450C).
Uji selanjutnya yaitu uji penguatan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri
coliform fekal yang terdapat dalam sampel air. Tes penguatan ini menggunakan media
EMB. Sampel tersebut diinkubasi selama 1x 24 jam suhu 370C. Berdasarkan hasil
pengamatan pada pengenceran 10-1dan 10-3 tidak ditemukan kilau metalik yang
menunjukkan adanya koloni bakteri E. coli. Namun, pada pengerceran 10-2 kami

menemukan 1 koloni bakteri terlihat kilau metalik yang menunjukkan adanya koloni
bakteri E. coli.

You might also like