Professional Documents
Culture Documents
sumber daya
manusia
Pelatihan sebagai
Pengembangan Sumber Daya
Manusia - Suatu Perspektif
Syariah
oleh:
WILLSON GUSTIAWAN
120120080021
http://willson.polinpdg.ac.id
willson@polinpdg.ac.id, wgustiawan@gmail.com
YULYANTI FAHRUNA
120120080012
sassy.yuly@gmail.com
Program Pascasarjana
Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran
Bandung
2009
1
Pengembangan SDM
| Willson Gustiawan |120120080021| Yulyanti Fahruna |120120080012|
Isi
Pendahuluan.............................................................................................. 1
Pengembangan Sumber Daya Manusia.....................................................3
Pelatihan................................................................................................... 5
Kedudukan Pelatihan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia...........6
Beberapa Pengertian Pelatihan..............................................................7
Pelatihan dan Pengembangan................................................................9
Tujuan Pelatihan................................................................................... 10
Pelatihan yang Efektif..........................................................................11
Pelatihan dalam Perspektif Islam.........................................................16
Pola Pembinaan dan Pendidikan Rasulullah......................................16
Teknik Dasar Proses Pendidikan........................................................18
Rujukan................................................................................................... 21
Gambar-Gambar
Pengembangan SDM
Pendahuluan
Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan hal
yang penting. Investasi dalam pengembangan sumber daya manusia merupakan
pengeluaran yang ditujukan untuk memperbaiki kapasitas produktif dari manusia.
Dengan sumber daya manusia yang baik, organisasi bisnis akan memiliki kekuatan
kompetitif. Keunggulan kompetitif merupakan posisi unik yang dikembangkan
perusahaan dalam menghadapi para pesaing, bahkan organisasi dapat mengungguli
mereka. Untuk itu perlu diterjemahkan berbagai strategi, kebijakan dan praktik
MSDM menjadi keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Oleh karena itu tidak
salah kiranya jika agenda selanjutnya dalam era kompetitif adalah sumber daya
manusia.
Meraih keunggulan kompetitif tersebut, pengembangan sumber daya
manusia berbasis kompetensi merupakan suatu paradigma baru. MSDM yang
berbasis kompetensi meyakinkan bahwa organisasi memiliki orang dengan
kepemimpinan yang tepat, mengetahui apa yang akan dilakukan untuk semua
informasi yang diterima dan kompetensi yang dibutuhkan untuk keberhasilan
organisasi.
Pemikiran bahwa kompetensi menjadi wahana untuk komunikasi tentang
nilai (values) dalam organisasi mendorong kita untuk sampai pada kesimpulan
bahwa pendekatan ini bermanfaat untuk manajemen SDM khususnya untuk
merealisasikan budaya organisasi yang menghargai inisiatif, dan berani mengambil
resiko. Karakteristik kompetensi dan keterkaitan penerapannya dengan seleksi,
perencanaan suksesi, pengembangan, sistem penghargaan dan manajemen kinerja
sangat membantu keberhasilan organisasi dan individu.
Perubahan paradigma dari persaingan berdasarkan materi menjadi
persaingan berdasarkan pengetahuan menuntut organisasi untuk memiliki sumber
daya manusia yang berkualitas tinggi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
Sumber daya manusia harus kreatif dan inovatif dalam merespon lingkungan yang
berubah. Pemberdayaan adalah salah satu strategi untuk memperbaiki sumber daya
manusia dengan pemberian tanggung jawab dan kewenangan terhadap mereka yang
nantinya diharapkan dapat memungkinkan mereka mencapai kinerja yang lebih
tinggi di era yang selalu berubah ini.
Respon perusahaan terhadap perubahan dapat dimulai dengan
memformulasikan kembali visi, misi dan nilai-nilai korporat, yang kemudian diikuti
oleh perubahan strategi perusahaan, struktur organisasi, sistem dan prosedur,
staffing, keahlian, dan gaya kepemimpinan serta pembuatan keputusan. Hal ini
berkaitan dengan revitalisasi sumber daya manusia. Pengeloaan sumber daya
1
manusia berbasis kompetensi merupakan suatu tren baru dalam revitalisasi tersebut.
Dengan pendekatan kompetensi itu, sumber daya manusia dilihat sebagai aset yang
berharga dengan keunikan yang perlu dikembangkan menuju era human capital
yang sesungguhnya.
Era human capital menghendaki lebih memperlakuan manusia sebagai aset
yang berharga dibandingkan sebagai biaya. Organisasi harus memanusiakan
manusia sebagai elemennya, bukannya dehumanizes.
Dari sekian banyak aspek pengembangan sumber daya manusia dan melihat
perkembangannya, pelatihan merupakan satu aspek yang menempati posisi yang
penting. Makalah ini akan meninikberatkan pembahasan pada aspek pelatihan.
Sebagai suatu upaya Islamisasi pengetahuan, makalah ini memperkenalkan
perspektif syariah Islam dalam hal pelatihan.
Pelatihan
Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia, pelatihan termasuk bagian dari
pengembangan karyawan (development of personnel) sebagai satu satu unsur untuk
memenuhi syarat dasar kemampuan kerja (ability to work) untuk mencapai prestasi
kerja. Hal tersebut ditujukan pada sasaran akhir yaitu pendayagunaan SDM secara
optimal dengan tepat orang, tepat jabatan dan tepat waktu.
Pelatihan merupakan usaha untuk menghilangkan terjadinya kesenjangan
atau gap antara unsur-unsur yang dimiliki oleh seorang karyawan dengan unsurunsur yang dikehendaki organisasi. Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan
kemampuan kerja yang memiliki karyawan dengan cara menambah pengetahuan
dan keterampilan. Perusahaan atau organisasi selalu akan menempatkan sumber
daya manusia sebagai bagian dari strategi menghadapi kompetisi yang semakin luas.
Salah satu strategi di bidang pengembangan SDM adalah dengan melakukan training
secara terstruktur dan in-line dengan program organisasi.
3
Training
Focus
Use of work experience
Goal
Participation
Current
Low
Preparation for current job
Required
Development
Future
High
Preparation for changes
Voluntary
Tujuan Pelatihan
Secara umum, pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan prilaku karyawan, kemudian mengaplikasikannya dalam pekerjaan
6
pelatihan yang efektif. Keefektifan pelatihan dilihat dari keuntungan yang diperoleh
organisasi dan peserta dari suatu program pelatihan. Keuntungan bagi peserta dapat
berupa pengetahuan akan keahlian atau prilaku baru. Keuntungan bagi perusahaan
dapat berupa peningkatan laba atau kepuasan pelanggan. Hasil-hasil pelatihan
kemudian dievaluasi apakah pelatihan tersebut efektif atau tidak (Noe, 2002: 178).
Dalam kajian tentang pelatihan, terdapat berbagai macam argumentasi yang
menjelaskan mengapa perusahaan tidak memiliki komitmen terhadap pelatihan.
Argumentasi tersebut mengarah pada persepsi manajer yang dikonsepkan oleh
Krause (1996) dalam lima mitos pelatihan.
Menurut Krause (A. Usmara, Editor, 2007:158-159), kelima mitos pelatihan
tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pertama. manajer beranggapan bahwa semua
pekerja yang ada sudah memilki pengalaman yang memadai, sehingga tidak
memerlukan pelatihan lagi. Kedua, pelatihan sudah pernah diadakan, namun tidak
memiliki hasil yang positif bagi kemajuan perusahaan, sehingga pelatihan ditiadakan
karena dianggap sebagai pemborosan. Ketiga, manajer beranggapan bahwa
organisasi yang dipimpinnya terlalu kecil untuk mengadakan pelatihan. Keempat,
kenyataan pelatihan berbiaya sangat mahal, sehingga mengurangi kekuatan
perusahaan atau bahkan mengganggu struktur anggaran. Mitos terakhir, bahwa
manajer selalu berfikir bahwa perusahaan tidak memiliki waktu lagi untuk melatih
karyawan.
Persepsi manajer terhadap pelatihan yang dirumuskan dalam kelima mitos
tersebut, harus diubah sedemikian rupa, agar manajer menyadari bahwa peran
pelatihan sangat penting bagi perusahaan. Dengan demikian, pelatihan harus
dirancang seefektif mungkin.
Oleh karena pentingnya pelatihan yang efektif, suatu organisasi akan
melakukan proses desain training yang efektif. Menurut Noe (2002: 5) proses desain
pelatihan merupakan pendekatan yang sistematis dalam mengembangkan suatu
program pelatihan.
Langkah pertama dalam proses desain pelatihan tersebut adalah melakukan
penilaian pelatihan yang dibutuhkan. Langkah kedua adalah meyakinkan bahwa
karyawan/peserta memiliki motivasi dan keahlian dasar yang diperlukan. Langkah
ketiga meliputi penciptaan lingkungan belajar sebagai hal yang perlu bagi
terlaksananya pelatihan. Langkah keempat adalah memastikan bahwa peserta
mengaplikasikan pelatihan tersebut dalam pekerjaan mereka. Langkah kelima adalah
mengembangan rencana evaluasi termasuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan,
memilih desain evaluasi merencanakan efek pelatihan. Langkah keenam meliputi
pemilihan metode pelatihan berdasarkan tujuan dan lingkungan belajar. Langkah
terakhir adalah mengevaluasi dan memonitor program pelatihan. Gambar berikut
memperlihatkan tujuh langkah dalam proses desain pelatihan.
Gambar 4 Proses Desain Pelatihan
menandakan adanya tradisi pelatihan dan pembinaan dalam Islam. Ketika Islam
datang, Rasulullah membawa sejumlah prinsip etika dan melakukan perubahan
radikal dalam memperlakukan pekerja dalam pekerjaan dan pendidikannya.
Berdasarkan Al Quran Surat Jumuah 62:2 yang menyatakan Dialah yang
mengutus kepada kaum yang buta huruf (ummy) seorang Rasul diantara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah. Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-beanr dalam kesesatan yang nyata.
Pola Pembinaan dan Pendidikan Rasulullah
13
Rujukan
14
15