Professional Documents
Culture Documents
GERIATRI
Menurut PBB, Indonesia diperkirakan mengalami kenaikan jumlah warga
lansia tertinggi di dunia dalam tempo 35 tahun (1990-2025). Konsekuensinya
adalah terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi
menjadi penyakit degeneratif yang meyebabkan peningkatan pasien geriatrik,
dimana karakteristiknya adalah multipatologi yang membutuhkan berbagai displin
ilmu untuk dapat melakukan penganganan secara paripurna.
Step 1
Warga lansia
bakteri, atau parasit), bukan disebabkan oleh oleh faktor fisik atau kimia.
Penyakit degeneratif : suatu kondisi penyakit yang muncul akibat proses
kemunduran sel-sel tubuh yaitu dari normal menjadi lebih buruk dan
Step 2
1. Penyebab kenaikan jumlah lansia di Indonesia.
2. Pergesaran pola penyakit menjadi penyakit degeneratif.
3. Karakteristik pasien geriatri dan penanganannya.
Step 3
dengan
Stress
Aktifitas fisik <<
Lingkungan buruk
Oral hygiene <<
3. Karakteristik pasien geriatri dan penanganannya
Karakteristik penyakit pada lansia :
Endogenik, tersembunyi
Kumulatif (multiple)
Kronik progresif
Rentan terhadap penyakit lain karena imunitas yang telah menurun
Penanganan pasien geriatri
Diagnosis : menggunakan assesment geriatri yaitu suatu analisis
multidimensional dan sebaiknya dilakukan oleh suatu tim geriatri.
Diagnosis tersebut meliputi :
a. AHS (aktifitas hidup sehari-hari)
b. Sindroma geriatri
c. Penyakit yang ada pada pasien
Terapi, dilaksanakan oleh tim multidisipliner yang bekerja secara
interdisipliner dan yang diperhatikan adalah :
a. Aspek penyakit (fisik-psikis)
b. Sosial ekonomi pasien
c. Lingkungan sekitar pasien
Pelayanan kesehatan vertikal dan horisontal yaitu pelayanan yang
diberikan mulai dari puskesmas ampai dengan rujukan tertinggi
dan juga pelayanan kesehatan yang meyeluruh untuk pasien.
Jenis pelayanan kesehatan, meliputi aspek promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif dengan memperhatikan aspek psiko-sosial
dan lingkungan.
Step 4
Suksesnya pembangunan nasional
Penyakit degeneratif
Healthy aging
proses menua
Step 7
1. Penanganan Paripurna Pasien Geriatri
A. Definisi
P3G merupakan sebuah prosedur evaluasi multi dimensi dimana berbagai
masalah pada pasien geriatric diungkap, diuraikan (described & explainer),
semua asset pasien ditemu kenali, jenis pelayanan yang dibutuhkan
diidentifikasi, rencana asuhan dikembangkan.
B. Tujuan P3G
keberadaan disiplin ilmu yang lain tidak diakui sebagai kompetensi dan
peran profesi. Berbagai data dan laporan yang masuk boleh saja dipelajari
atau dibaca oleh disiplin ilmu yang lain, namun tidak ddirasakan perlu
kekut sertaaan disiplin ilmu yang lain tersebut secatra professional.
Model ini lazim terdapat pada fasilitas kesehatan yang multispesialistik
dimana pasein bisa dirujuk ke berbagai departemen hanya dengan surat
-
bahwa
untuk
mengevaluasi
masalah
yang
sedang
dihadapi.
terjadi penurunan fungsi pada banyak organ dan system, sehingga yang
beraktivitas
Kapasitas vital paru pun menurun, menjadi 68%
Laju filtrasi glomerulus turun menjadi 67%
Aliran plasma ginjal tinggal 40-47%
Di bidang kardiovaskuler
Di bidang pernafasan
Di bidang neurologis
Di bidang saluran cerna ; acute abdomen
Di bidang saluran kemih
Di bidang endokrin dan merabolik
Trauma
ISK (55%)
Paru (10%)
Infeksikulit (10%)
Infeksi GI (5%)
ETIOLOGI
o ISK gram negatif, enterococcus
o GI gram negative, anaerob
o ISPA H.Influenzae, S.pneumonia,group B streptococcusenteric gram
negatif
imobilisasi
o Temperatur tubuh dalam keadaan basal pada lansia memang sudah rendah,
sehingga dalam keadaan infeksi kenaikan temperatur tubuh tidak akan
melebihi 38,3OC).
o Penderita dengan sepsis sering tidak demam, bahkan hipotermia, dan
terjadi pada 20 % penderita.
o Tidak adanya demam selain memperlambat diagnosis juga menurunkan
efek fisiologis dari leukosit dalam melawan infeksi, sehingga akan lebih
berbahaya.
o Gejala tdk khas; Gejala infeksi yang biasa didapati pada orang dewasa
sering tidak didapati bahkan berubah pada lansia.Gejala nyeri yang khas
pada apendisitis akut, kolesistitis akut, meningitis dan lain-lain sering
tidak didapati.
o Batuk pada pneumonia hanya berupa keluhan ringansaja, sehingga oleh
penderita dianggap sebagai batuk biasa. Gejala pneumonia yang sering
didapati berupa penurunan kesadaran/konfusio, inkontinensia, jatuh,
anoreksia dan kelemahan umum2.
2. Gejala akibat penyakit penyerta (komorbid).
Sering menutupi, mengacaukan bahkan menghilangkan gejala khas
akibat infeksi, padahal penyakit komormid ini sering didapati pada lansia.
DIAGNOSIS
-
gejala tidak khas biasanya berdasarkan adanya kecurigaan atas adanya infeksi.
Penurunan kecurigaan atas adanya infeksi. Penurunan kemampuan fisik dan
nafsu makan yang cepat,takhipnu, perubahan status mental dan kegelisahan
infeksi.
Cara yang paling baik mendeteksi infeksi yaitu dengan melakukan asesmen
geriatri yang pada dasarnya mengadakan analisa atas semua aspek, antara lain
: fisik, psikis, kognitif, aspek, antara lain : fisik, psikis, kognitif, lingkungan,
dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan misalnya
pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas dari sekret/darah/urine, yang harus
segera dilakukan.
I. Anamnesis
-
identitas
Tentang obat
Penilaian sistem
Kebiasaan buruk : alkohol, merokok
Gangguan fungsi : mengunyah, membaca
kepribadian,perasaan hati, kesadaran
Sindroma geriatrik : Stroke, TIA/RIND, DM, fraktur, jatuh, dementia,
inkontinentia, dekubitus
b.
c.
Pneumonia
Diagnosis pneumonia pada lansia ditegakkan jika terdapat 1 kriteria mayor + 2
kriteria minor, didukung oleh adanya infiltrat baru atau perubahan infiltrat
yang progresif pada foto thorax.
- Kriteria mayor : batuk-batuk, sputum produktif, demam (>37,8O C).
- Kriteria minor : sesak nafas, nyeri dada, konsolidasi paru pada Kriteria
minor : sesak nafas, nyeri dada, konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik,
lekositosis (> 12.000/mm3).
ISK
Diagnosa sering tidak spesifik, pada kebanyakan penderita hanya merupakan
perubahan mental berupa konfusio. Oleh karena itu, perlu dibantu dengan
pemeriksaan mikroskopik, pewarnaan Gram dan kultur dari urine. Gram dan
kultur dari urine. ISK merupakan penyebab infeksi yang paling sering pada
lansia.
Infeksi jaringan lunak
Dekubitus sering didapati pada lansia oleh karena penyakit kronik dan
keadaannya lemah, dengan komplikasi osteomielitis. Diagnosis dengan irigasi
saline setelah disingkirkan jaringan nekrotik dan luka dimasase serta cairan
dikultur. Kuman aerobik yang paling sering didapati adalah stafilokoki,
enterokoki, P.mirabilis, E.coli, dan P.aeruginosa.
P.aeruginosa. Bakteri
Sering terjadi pada lansia akibat kelainan dan pemasangan katub jantung, alat
prostetik, intravaskuler, yang sebahagian besar disebabkan streptokokus dan
stafilokokus.
Diare infeksi
Faktor yang memudahkan terjadinya diare pada lansia karena aklorhidria,
menurunnya motilitas, penggunaan antibiotik yang terlalu sering atau terlalu
lama (clindamisin dan beta laktam). Pada umumnya disebabkan virus,
klostridium. Penyebab lain: shigela, salmonela
PENGOBATAN
Pengobatan infeksi pada lansia juga merupakan masalah karena meningkatnya
bahaya toksisitas obat antimikroba pada bahaya toksisitas obat antimikroba
pada lansia.
Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik tergantung pada kuman patogen yang didapati. Regimen
pengobatan di bawah ini merupakan terapi empirik sampai
bawah ini
TRAUMA
Penyebab utama biasanya karena jatuh (fall). Jatuh dengan trauma berat perlu
ditelusuri lebih lanjut dan biasanya terjadi karena kombinasi dari perubahan yang
terjadi dalam proses menua. Misal turunnya daya propriosepsi dan kelemahan
otot yang sudah terjadi, dengan penyakit Parkinson, strok dan penglihatan kabur.
Begitu juga efek obat obatan seperti vasodilator, antidepresi. Pengaruh lingkungan
seperti, kurang cahaya, licin, yang juga dipertanyakan.
Dalam ananmesis perlu ditanyakan :
Pada pemeriksaan fisik selain pemeriksaan rutin, perlu dilihat tanda tanda trauma.
Seperti tekanan darah turun karana ruptur, syok yang terjadi karena tekanan darah
turun. Perlu di uji penglihatan, pendenganran dan keseimbangan. Status neurologi
juga harus dilihat apakah ada stroke.
Kegawatan Genitourinarius
Biasanya terjadi infeksi saluran kencing (ISK) dan retensi Urin. Retensi urin
biasanya karena pembesaran kelenjar prostat. Pada pasien usia lanjut wanita, ISK
sering terjadi karena secara anatomis uretra lebih pendek, mukosa sudah menipis
disamping masalah higine genital yang kurang diperhatikan.
Selain itu ISK bisa disebabkan karena :
Gejala klinis dapat berupa : disuria, panas, nyeri, menggigil, kandung kemih
teraba penuh, agitasi, gejala non spesifik : inkomtinensia urin, malaise, weakness
dan confusion. Kadang pasien datang tanpa gejala panas, tetapi gelisah, delirium,
dimana dicurigai infeksi.
Etiologi karena daya tahan menurun, dengan pencetus misal penggunaan kateter
urin. Selain itu juga terjadi perubahan mukosa genitalia dan uretra yang menipis.
Disamping itu Benign Prostate Hypertrophy (BPH) dan juga pada keadaan strok
dan DM sering komorbid ISK.
Kuman yang sering ditemukan : E.coli, Proteus Sp, Enterococcus, dan
Staphylococcus.
Kegawatan Neurologis
Delirium
Terjadi pada cerebro vascular accident (CVA) akut, dan selain itu dapat terjadi
juga karena efek samping obat, infeksi, penyakit kardiovaskuler, dan trauma non
system saraf pusat (SSP).
Penyebab delirium pada lansia :
Tanda klinis sering atipikalis, karena peradangan GI tract dapat keliru dengan
CHF, sehingga datangnya pun terlambat. Untuk diagnostic dilakukan foto polos
abdomen 3 posisi dan kalau perlu dilanjutkan pemeriksaan CT scan abdomen.
Terapi dengan mengatasi syok dan atas indikasi misal kecurigaan perforasi usus,
dilakukan laparotomi.
Kegawatan Pernafasan
Pada usia lanjut terjadi penurunan compliance dinding dada, tekanan maksimal
inspirasi dan ekspirasi menurun dan elastisitas jaringan paru juga menurun.
Penyebab kegawatan napas :
Pneumonia
Tanda klasik : demam, batuk produktif dan sesak. Tetapi pada usia lanjut menjadi
atipikal seperti suhu normal atau rendah, tidak ada batuk, status mental terganggu,
nafsu makan menurun aktivitas menurun / berkurang.
Pada pemeriksaan fisik : ronki, bronkofoni, suara nafas menurun, leukosit naik
dan pada rontgen thoraks terlihat infiltrate.
Emboli Paru
Gejala klinis :
Pada ananmesis didapat riwaya ortopedik dan urologi, trauma selain itu juga bila
pasien imbilisasi yang dapat berkomplikasi menjadi deep vein thrombose (DVT)
Kegawatan Kardiovaskuler
Seperti : henti jantung, syok/hipotensi, nyeri dada, penyakit jantung koroner,
Congestive Heart Failure (CHF), aritmia berat, krisis hipertensi.
Pada system kardiovaskular, proses menua menyebabkan :
rendah.
Pada AV node dan system konduksi terjadi fibrosis, sehingga pada usia
sistolik.
Terjadi proses aterosklerotik pada pembuluh darah koroner dan terjadi
penyekit jantung koroner (PJK).
Dehidrasi akibat diare dan muntah dengan tanda : mukosa kering, turgor menurun,
hipotensi dan takikardia.
Pengobatan dengan subsitusi cairan
Kelainan faal ginjal, baik Gagal Ginjal Akut (GGA), maupun Gagal
sering multipel
b. Efek toksisitas obat
Efek toksisitas obat akan meningkat pada usia lanjut, maka hal-hal
dibawah ini perlu diperhatika n :
Ototoksisitas dan nefroktosisitas pemakaian aminoglycoside
Neuropati perifer pemakaian nitrofurantoin
Hipoglikemia pada pemakaian chlorpropamide
Asidosis laktat pada pemakaian biguanide
Intosikasi pada pemakaian digitalis/digoxin
Obat-obat yang sering digunakan yang bersifat toksin dan ekskresinya
sebagian atau sleuruhnya melalui ginjal antara lain digoxin, insulin,
aminoglycoside, chlorpopamide, penisiline, cephalosporin, cimetidine dan
lain-lain.
3. Gagal Ginjal pada Usia Lanjut
Gagal ginjal akut pada usia lanjut
Penyebab GGA pada usia lanjut sebagai berikut :
- Sebagian besar dehidrasi atau gangguan elektrolit
- Obstruksi merupakan 40% penyebab GGA, terutma hipertrofi prostat
- Kelainan ginjal primer hanya sebagian kecil dari GGA pada usia lanjut
Fase oliguria pada usia lanjut pada umumnya lebih lama, sehingga
memungkinkan terjadinya komplikasi lebih banyak. Prognosa GGA
dipengaruhi oleh usia penderita, makin usia lanjut makin kurang baik
prognosanya.
Gagal ginjal kronik pada usia lanjut
Penyebab GGK paling sering pada usia lanjut :
- Progressive renal sclerosis
- Pielonefritis kronik
Prognosis GGK pada usia lanjut kurang begitu baik. Pilihan terapi pengganti
pada gagal ginjal terminal yang merupakan fase akhir setipa penderita GGK
pada usia lanjut adalah CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis).
Pada saat ini transplantasi ginjal sebagai alternatif terbaik penanganan gagal
ginjal terminal, faktornusia tidak dianggap lagi sebagai faktor risiko.
Anamnesis
Awal anamnesis serupa dengan semua anamnesis yang lain, yaitu berupa
identitas penderita. Tetapi, pertanyaan-pertanyaan berikutnya dilakukan dengan
lebih terinci dan terarah sebagai berikut:
Identitas penderita:
nama,
alamat,
umur,
perkawinan,
bersama penderita),
pekerjaan,
keadaan sosial ekonomi.
Anamnesis mengenai faktor risiko sakit,
usia sangat lanjut (> 70 tahun),
duda hidup sendiri,
baru mengalami kematian orang terdekat,
baru sembuh dari sakit/pulang opname,
gangguan mental nyata,
menderita penyakit progresif,
gangguan mobilitas, dll.
Anamnesis tentang obat baik sebelum sakit ini maupun yang masih
diminum di rumah, baik yang berasal dari resep dokter maupun yang dibeli
bebas (termasuk jamu-jamuan).
stroke, TIA/RIND,
hipotensi ortostatik,
jatuh,
inkontinensia urin/alvi,
dementia,
dekubitus,
patah tulang.
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi penderita,
tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin usia lanjut. Pemeriksaan
laboratorium rutin di sini meliputi:
Pemeriksaan darah, urin, feces rutin, gula darah, lipid, fungsi hepar/renal,
albumin/globulin,
elektrolit
(terutama
FE,
Ca,
P,
sedang trace
EEG, EMG, CT-scan, Echo-c, dan sebagainya hanya dilakukan bila perlu.
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau diperlukan
tindakan diagnostik/terapeutik lain, dapat dilakukan konsultasi/rujukan kepada
disiplin lain, yang hasilnya dapat dievaluasi oleh tim.
Pemeriksaan Fungsi
Hal ini dianggap merupakan fokus sentral. Pelaksanaan asesmen fungsi fisik dan
psikis penderita dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
Daftar pustaka
1. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Hal 1416, Jilid III,
Ed IV. FKUI. Jakarta.
2. Soejono CH. 2006. Pengkajian Paripurna pada Pasien Geriatri. Dalam :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Editor: Sudoyo, Setiyohadi,
Alwi, Simadibrata, Setiati. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
3. Tim penyusun. 2012. Panduan skill lab FK UNIMUS